laju fotosintesis pun akan meningkat sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dan maksimum.
Apabila akar mengalami kerusakan fisiologis maka akar tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik yaitu menyerap unsur hara dan
air. Sehingga proses fotosintesis dan kegiatan translokasi hasil fotosistesis juga terganggu dan berakibat pada pertumbuhan dan pertambahan jumlah
daun pada tanaman sawi. Pernyataan ini didukung oleh Russel 1950 dalam Nathania 2012:81, yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
linear antara tekanan osmosis dan hasil. Semakin tinggi tekanan osmosis maka semakin rendah hasil vegetatif tanaman sawi yang diperoleh.
Sedangkan pada tanaman sawi kontrol meiliki jumlah daun yang sedikit dikarenakan dengan status kesuburan tanah pada daerah Podosoko,
Kecamatan Sawangan dimana kandungan N nitrogen total yang sangat rendah 0,02-0,39. Sehingga perlu dilakukan penambahan pupuk untuk
meningkatkan kadar nitrogen dalam tanah. Selain itu kondisi tanaman sawi yang sangat sensitif juga harus diperhatikan dalam pemberian dosis pupuk,
agar tanaman sawi tidak layu, membusuk, dan mati. Penyebab lainya adalah kondisi suhu pada lokasi penelitian,
suhu yang dikehendaki tanaman sawi untuk apat tumbuh optimal adalah suhu 12-21ºC. Tetapi suhu pada lokasi penelitian rata-rata 30-34ºC pada
siang hari dan 23-26ºC pada malam hari. Tentunya dengan kondisi suhu yang demikian sangat tidak sesui dengan suhu yang dikehendaki tanaman
sawi untuk tumbuh dengan baik. Suhu pada lokasi penelitian cenderung
panas, sehingga pada siang hari tanaman sawi akan terlihat layu dan kembali segar pada sore hari menjelang malam. Akibat lain yang
ditimbulkan dari suhu yang tinggi ini beberapa tepi daun sawi menjadi terbakar, karena dengan suhu lebih dari 24ºC tepi daun sawi akan terbakar
Zulkarnain, 2013:86. Namun, hal ini dapat diminimalisir dengan dilakukan penyiraman secara teratur dan pengaturan drainase yang baik
pada lokasi penelitian. Sehingga tanaman sawi pada perlakuan 1 tetap memberikan hasil yang baik.
Tabel 4.5. Pertambahan Jumlah Daun Sawi Hijau HariTanggal
Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun Sawi Hijau Helai
Perlakuan Kontrol
P1 P2
P3
Minggu, 13 April 2015 5
4 3,71
5 Sabtu, 18 April 2015
6 5
4,71 4,5
Kamis, 23 April 2015 6,85
6 5,71
6 Selasa, 28 April 2015
8,71 7,28
6,66 8
Minggu, 3 Mei 2015 10
8,14 7,28
7,85 Jumat, 18 Mei 2015
11,14 7,71
7,14 7,28
Rabu, 13 Mei 2015 11
8 7,14
6,86
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah daun tanaman sawi hijau P1 lebih banyak 1 helai dari rata-rata
jumlah daun tanaman P2, dan lebih banyak 2 helai dari rata-rata jumlah
daun tanaman sawi P3 dan kontrol. Sehingga dapat dikatakan bahwa pertambahan daun paling rendah justru pada P3 dan kontrol. Perlakuan 3
yaitu dengan pemberian volume pupuk organik cair sabut kelapa yang lebih dari 100 mll, justru menyebabkan pertambahan jumlah daun menjadi
terhambat dan berakibat pula pada terhambatnya proses fotosintesis pada tanaman sawi. Pemberian pupuk cair sabut kelapa dengan volume tinggi
menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah
unsur hara
yang mengakibatkan tekanan osmosis disekitar perakaran tanaman lebih tinggi
sehingga akar mengalami kekeringan fisiologis yang mengakibatkan penyerapan unsur hara semakin rendah Nathania, 2012:81. Sehingga
semakin tinggi volume pupuk cair sabut kelapa, jumlah dan justru semakin rendah.
C. Berat Basah Tanaman Sawi Hijau Meliputi Berat Batang, Daun,
Dan Tangkai DaunBrassica Juncea L.
Hasil analisis keragaman dari perlakuan penggunaan pupuk cair sabut kelapa dengan volume yang berbeda terhadap berat segar tanaman
sawi hijau, menunjukan pengaruh yang positif. Hal ini dapat diketahui melaui uji menggunakan grafik batang pada gambar 4.6 berikut :
10
20 30
40
50
60
P1 P2
P3 P4
Ber at
b asah
cm
Perlakuan
Grafik Berat Basah Tanaman Sawi Hijau
Gambar 4.6. Grafik Berat Basah Tanaman Sawi Hijau
Berdasarkan grafik batang 4.6 diatas, dilakukan uji one sample Kolmogorov - Smirnov test
Lampiran 11, untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji Kolmogorov-Smirnov Z adalah 0.988 0,05,
maka Hi diterima. Hal ini menunjukan bahwa data sampel berasal dari populasi distribusi normal. Pengujian data selanjutnya dilakukan dengan
uji homogenitas. Berdasarkan Test of Homogeneity of Variances yang
dihasilkan dengan levene statistic 0.974, sig 0.421 0.05 Lampiran 11, pada level probabilitas yang artinya pemberian pupuk cair sabut kelapa
memiliki varians yang sama homogen terhadap berat basah batang sawi hijau. Sehingga dapat dilanjutnya dengan uji ANOVA dengan tingkat
kepercayaan 95.
Berdasarkan uji ANOVA Lampiran 12 diketahui 115.351
3.01, hal ini menunjukan bahwa perlakuan dalam pemberian volume pupuk cair sabut kelapa yang berbeda-beda
memberikan pengaruh positif terhadap berat kering daun tanaman sawi hijau secara signifikan Hi diterima. Berdasarkan uji ANOVA yang
dilakukan menunjukan hasil yang signifikan, maka dapat dilanjutkan dengan uji Tukey HSD Lampiran 12. Berat basah batang, perlakuan 1
memiliki berat segar batang paling tinggi yaitu 18. Rata-rata berat basah batang Perlakuan 1 lebih tinggi 1,2 gram dibandingkan dengan P2, lebih
tinggi 1,88 gram dibandingkan P3, dan lebih tinggi 2.03 gram dari kontrol. Hal ini menunjukan bahwa pemberian pupuk cair sabut kelapa dengan
volume 100 mll memiliki berat basah yang lebih baik, dibandingkan dengan 200 mll, 300 mll, dan kontrol.
Pengukuran berat segarberat basah tanaman sawi hijau dilakukan setelah panen yaitu pada umur 45 hari. Penimbangan bobot segar tanaman
dilakukan untuk mengetahui tingkat produksi tanaman sawi hijau. Berdasarkan analisis menggunakan grafik batang diketahui bahwa berat
segar pada tanaman sawi hijau yang meliputi jumlah total berat basah batang, daun, dan tangkai pada setiap perlakuan. Perbedaan ini terkait
dengan kemampuan masing-masing tanaman dalam mengikat air dari media tanaman serta dalam meningkatkan kandungan air, sehingga berat
segar akan meningkat. Berat basah tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan jumlah daun, semakin tinggi tanaman dan semakin banyak
jumlah daun maka berat basah tanaman akan semakin tinggi. Berat basah pada batang menunjukan hasil positif yang ditunjukan pada P1 Perlakuan
1 yaitu dengan pemberian dosis pupuk cair sabut kelapa sebanyak 100 mll. Berbeda dengan hasil yang ditunjukan pada berat basah daun dimana
berat terendah terjadi pada kontrol. Perlakuan yang memberikan pengaruh paling baik adalah
Perlakuan 1 dibandingkan dengan Perlakuan 2, Perlakuan 3, maupun kontrol. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing tanaman
dalam menyerap air pada media tanaman, jika tanaman dapat menyerap air secara optimal maka berat segar akan bertambah. Menurut Jumin 2002,
dalam Dewi, dkk 2012:3 bahwa besarnya kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhan berhubungan langsung dengan proses fisiologi dan faktor
lingkungan. Sedangkan kemampuan tanaman dalam menyerap air ini juga dipengaruhi oleh nutrisi yang ada pada media tanam. Air merupakan
komponen utama dalam kehidupan tanaman, sekitar 70-90 berat segar tanaman berupa air. Air merupakan media yang baik untuk
berlangsungnya reaksi biokimia. Di dalam organ tanaman, air dapat masuk ke jaringan tanaman melalui proses difusi. Proses ini dipengaruhi oleh
banyak faktor diantaranya yaitu : perbedaan konsentrasi air dan adanya faktor lingkungan yang berperan dalam proses keseimbangan air yang ada
pada sistem tanah, tanaman, dan udara. Pada penelitian ini dilakukan penyiraman secara periodik yaitu
satu hari sekali pada sore hari, agar tanaman tidak kekurangan air.
Kekurangan air pada tanman akan berakibat pada proses pembentukan dan perkembangan organ tumbuhan seperti akar, batang, dan daun, serta
berhubungan dengan proses sel tanaman untuk membesar.Sel tanaman akan membesar seiring dengan menebalnya dinding sel dan terbentuknya
selulosa. Ketersediaan air pada tanman juga berpengaruh pada proses transport hara dari tanah ke organ tanaman. Hara dari tanah diangkut oleh
air melaui proses difusi. Selain itu air juga digunakan dalam proses fotosintesis, agar proses berjalan secara optimal.
Pemberian pupuk cair sabut kelapa yang mengandung nitogen sangat berperan penting pada masa vegetatif tanaman dibandingkan
dengan kontrol yang tanpa penambahan pupuk cair sabut kelapa sama sekali, terlebih lagi kondisi tanah yang digunakan rendah kadungan N.
Hasil yang berbeda hanya ditunjukan pada pengukuran berat basah aun, dimana berat basah terendah bukan pada kontrol tetapi pada perlakuan 3.
Disebabkan karena banyaknya daun yang terserang hama dan penyakit sehingga berat basah menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan
Rosmarkam dan Yuwono 2002 yang menyatakan bahwa penambahan pupuk nitrogen dapat menaikan produksi tanaman dan kadar protein.
Dengan meningkatkan kadar protein tanaman akan meningkatkan bobot tanaman dikarenakan tanaman mengakumulasi nitrat pada bagian daun.
Kandungan Kalium yang tinggi pada pupuk cair sabut kelapa juga menjadi salah satu peningkat berat basah tanaman karena kalium berfungsi
mutlak pada proses metabolisme tanaman. Kalium membantu dalam