Tanaman Sawi Brassica juncea L.

normal. Sehingga akan memberikan hasil yang kurang memuaskan, atau tanaman justru tidak tumbuh sama sekali. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 g. Benih sawi yang baik memiliki ciri – ciri berbentuk bulat, kecil-kecil, permukaanya licin mengkilap dan agak keras, dan warna kulit benih cokelat kehitaman.Benih sawi dapat diperoleh dengan cara menyiapkan benih sendiri atau dengan membelinya di toko-toko pertanian, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. a. Membeli benih Membeli benih sawi ditoko harus memperhatikan waktu kadaluwarsa, sebaiknya membeli benih yang masih baru atau belum lama disimpan, sehingga daya tumbuh dan kadar airnya masih sesuai dengan yang tertulis pada label atau kemasan. Perusahaan produsen benih yang baik biasanya sangat menjaga kualitas benihnya. Biasanya dalam kemasan akan tertulis benih murni, benih murni artinya benih hanya terdiri dari satu jenis, tidak tercampur dengan benih jenis lainya, meskipun hanya berbeda dalam varietasnya. Benih yang baik harus bebas dari hama dan penyakit, biasanya benih yang dijual telah direndam dalam pestisida tertentu. Saat memilih benih perhatikan kemasanya, kemasan benih harus utuh tidak robek, lecet. atau ada bekas tertindih. Kemasan benih yang baik adalah yang terbuat dari aluminium foil, karena mampu melindungi benih dengan baik sehingga dapat disimpan dalam waktu cukup lama. Namun, pembeli tidak dapat melihat keadaan benih yang berada di dalam kemasan pakah benih masih baik atau sudah rusak maka pembeli harus memperhatikan tanggal kadaluwarsanya. b. Menyiapkan benih sendiri Mendapatkan benih dengan cara menyiapkan dari tanaman sendiri sering dilakukan oleh petani di Indonesia. Syaratnya kita harus sudah memiliki tanaman induk sendiri. Benih yang disiapkan dari tanaman induk umumnya berlaku untuk tanaman lokal dan bukan merupakan hibrida. Dalam menyiapkan benih sendiri haruslah diambil dari biji-biji tanaman yang sehat serta hasilnya terbukti memuaskan. Dalam hal ini, petani harus melakukan seleksi untuk memilih biji- biji yang akan dijadikan benih. Beberapa patokan dalam melakukan seleksi biji antara lain keadaan tumbuh tanaman bebas terhadap hama dan penyakit, keseragaman bentuk, penentuan jenis yang berumur pendek serta tingkat produksi yang tinggi. Sebelum pemetikan biji sebaiknya lingkungan sekitar dibersihkan dahulu dari gulma atau tanaman lain, sehingga kemurnian terjaga. Tanaman yang direncanakan dugunakan untuk benih ini dipanen pada umur yang lebih tua dari pada untuk tujuan konsumsi, yaitu setelah berumur lebih dari 70 hari. Setelah biji yang dihasilkan cukup tua, biji dipanen dengan dikumpulkan. Selanjutnya biji diangin-anginkan sebentar agar kering. Biji dibersihkan dari kotoran yang masih terikut. Selanjutnya benih dimasukan kedalam wadah kering yang tertutup rapat. Simpan wadah pada tempat yang sejuk dan kering. Penyimpanan yang baik memungkinkan benih dapat bertahan hingga 3 tahun tanpa kehilangan daya tumbuhnya. Penyimpanan yang buruk misalnya lembap, berair, wadah mengalami kerusakan, atau bahkan terkena panas berlebih akan menurunkan kualitas dan daya tumbuh benih. b. Pengolahan Tanah Pertumbuhan tanaman sayuran sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik serta struktur lahan tanamannya, untuk itu perlu dilakukan pengolahan tanah. Kegiatan pengolahan tanah secara umum diawali dengan penggemburan tanah. Penggemburan tanah dapat menciptakan kondisi yang dibutuhkan oleh tanaman agar mampu tumbuh dengan baik. Tahap-tahap penggemburan ini meliputi pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah serta sirkulasi udaranya dan pemberian pupuk organikkimia sebagai pupuk dasar untuk memperbaiki struktur fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan. Tanah yang akan digemburkan mula-mula harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak, atau pepohonan yang tumbuh. Lokasi yang teduh atau ternaungi tidak baik untuk pertumbuhan sawi karena sayuran ini merupakan tanaman yang suka akan cahaya.Sewaktu melaukan penggemburan sebaikanya dilakukan pula pemberian pupuk organik seperti pupuk kandang yang sudah jadi. Tanaman sawi membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10 tonha. Pemberian pupuk kandang ini saat penggemburan akan lebih baik karena pupuk akan lebih cepat bercampur dengan tanah, sehingga siap untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang akan ditanam. c. Pembibitan Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman, agar lebih efisien. Pembibitan dapat dilakukan dengan pembuatan bedengan atau penggunaan polibagplastik kecil, yaitu biji sawi ditabur pada bedengan yang telah dibuat atau ditabur pada polibag yang telah diisi dengan tanah yang dicampur dengan pupuk organikkimia. Setelah biji ditabur, biji ditutupi dengan tanah halus setebal 1-2 cm. Lalu perawatan dengan penyiraman menggunakan sprayer. Benih yang baik akan tumbuh setelah 3-5 hari. Setelah berdaun 3-5 lembar kira-kira berumur 3-4 minggu sejak biji disemaikan. d. Penanaman Pilihlah bibit sawi yang pertumbuhanya baik yaitu setelah berdaun 3-4 helai kira-kira berumur 2-3 minggu, cirinya batang tumbuh tegak, daun hijau segar mengkilap, dan tidak terlihat serangan hama atau penyakit. Pindahkan bibit dengan hati-hati dari bedengan pembibitan polibag pembibitan. Pemindahan bibit ini dapat dilakukan menggunakan tangan atau cetok, sertakan sebagian tanah yang membalut perakaran bibit. Langkah selanjutnya adalah penggalian lubang tanam pada polibag bedengan. Penggalian dapat dilakukan menggunakan tangan, skop kecil, atau sendok pada titik yang sesuai dengan jarak tanam. Ukuran lubang tidak perlu terlalu besar, cukup 4-8 x 6-10 cm, yang penting bibit dapat tumbuh dengan baik dan tidak mudah tercabut. Bibit dimasukan ke dalam lubang dengan hati-hati, selanjutnya lubang dirapikan dan tanah sedikit dimampatkan. e. Pemeliharaan Pemeliharaan adalah tahapan kerja yang terpenting dalam pembudidayaan tanaman. Hasil yang optimal hanya akan dicapai apabila pemeliharaan tanaman dilaukan dengan baik. Tindakan pemeliharaan ini meliputi penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan, dan penggemburan, pemupukan tambahan, serta pengendalian hama dan penyakit. 1 Penyiraman Air adalah faktor pembatas tumbuh tanaman. Tanpa air yang cukup tanaman sawi akan tumbuh kerdil, layu, dan bahkan dapat mati. Sejak tanaman disemai hingga tumbuh dewasa air sangat dibutuhkan. Penyiraman dapat diberikan berupa penyiraman alami atau tambahan. Penyiraman alami adalah turunya air hujan yang memenuhi kebutuhan air tanaman, ini biasa terjadi pada musim hujan. Penyiraman tambahan adalah air siraman yang diberikan untuk tanaman. Dimusim kemarau atau saat hujan turun tak menentu, siraman tambahan menjadi penting. Kita dapat melaukan penyiraman menggunakan gembor, pipa penyemprotan, sprinkler, atau dengan sistem leb Sistem leb adalah memasukan air ke areal melalui parit drainase selama beberapa waktu 2-8 jam, tergantung kebutuhan dan situasi kekeringan. Namun, penyiraman dengan gembor hingga air cukup membasahi tanah pada pagi dan sore hari umumnya sudah memadai. Saat cuaca tak terlalu panas beberapa petani sawi hanya melakukan penyiraman sekali sehari sore hari saja dengan alasan menghemat tenaga kerja. 2 Penjarangan Penanaman sawi tanpa melaui pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Disana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang brjarak tanam terlalu dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlau rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menghisap unsur hara dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur. 3 Penyulaman Adakalanya karena suatu hal tanaman yang sudah tumbuh tiba-tiba mati. Tanaman tersebut harus segera diganti agar produksi yang diharapkan tidak terganggu. Tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman yang baru disebut penyulaman. Tanaman biasanya diambil dari bibit tanaman yang masih tersisa dari pembibitan. Dengan demikian umur dan tingkat pertumbuhan tanaman yang sudah tumbuh dengan baik dibandingkan dengan tanaman hasil penyulaman tidak berbeda. Cara penyulaman cukup sederhana. Tanaman yang mati dibuang, lubang penanaman dibuat pada bekas tempat tersebut. Selanjutnya tanaman sulaman ditanam sebagai pengganti. Selain untuk mengganti tanaman yang mati, penyulaman juga dilakukan untuk tanaman yang pertumbuhanya kurang baik kerdilrusak diserang hamapenyakit. 4 Penyiangan, penggemburan, dan pengguludan Penyiangan biasanya dilakukan 2-4 kali selama masa tanam sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Setelah tanaman berumur 2 minggu biasanya gulma mulai bermunculan, karena masa panen sawi yang tergolong singkat, penyiangan dilaukan 1-2 minggu berikutnya. Apabila kondisi tanah masih sama dengan saat penanaman maka tidak perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan. Tetapi jika kondisi tanah berubah menjadi padat atau mengeras maka penggemburan dan pengguludan perlu dilakukan. penggemburan dan pengguludan biasanya dilakukan bersamaan dengan penyiangan. Saat mencabut gulma dengan kored biasanya petani juga mencacah tanah disekitar penanaman agar gembur. Penggemburan harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena seringkali merusak tanamannya sendiri. 5 Pemupukan tambahan Pupuk tambahan diberikan pada saat 3 minggu setelah tanam yaitu urea dengan dosis 50 kgha. Perlu ditekankan disini bahwa tambahan pupuk urea saja sudah cukup memadai. Alasanya sawi adalah sayuran daun yang lebih membutuhkan pupuk untuk membantu pertumbuhan bagian tersebut. Pupuk TSP dan KCl yang dibutuhkan untuk ketegaran pertumbuhan batang, bunga, atau bagian tanaman lainya sudah cukup sebagai pupuk dasar saja. Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan penaburan pada lahan tanam, atau dapat juga dengan melarutkan kedalam air lalu disiramkan pada lahan tanam. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pada pagi atau sore hari. 6. Hama, Penyakit, dan Pengendaliannya Hama dan penyakit sama-sama merugikan bagi petani karena dapat menurunkan produksi sawi. Hama merupakan binatang yang merusak tanaman dan berukuran cukup besar sehingga dapat dilihat oleh mata telanjang. Adapun penyakit merupakan keadaan tanaman yang terganggu pertumbuhanya dan penyebabnya bukanlah binatang yang mudah tampak oleh mata. Penyebab penyakit dapat berupa bakteri, virus, jamur, maupun gangguan fisiologis yang mungkin terjadi. Berikut ini hama dan penyakit yang menyerang tanaman sawi dan selada beserta cara pengendalianya menurut Haryanto, dkk 1995: 73-85. a. Hama Hama tanaman sawi yang cukup penting diantaranya adalah : ulat Crocidolomia binotalis , ulat tritip, siput, ulat Thepa javanica, dan cacing bulu. 1 Ulat titik tumbuh Crocidolomia binotalis Zell. Penyebab : Penyebab kerusakan tersebut adalah ulat titik tumbuh atau yang disebut Crocidolomia binotalis Zell. Ulat ini berwarna hijau, dipunggungnya terdapat garis berwarna hijau muda dan rambut yang berwarna hitam. Serangga dewasa meghasilkan telur yang jumlahnya 30-80 butir tiap kelompok. Telur ini akan menetas dalam jangka waktu 1-2 minggu dan setiap hari jumlah telurnya akan bertambah. Setelah menetas alat akan melalap habis daun sawi yang berada disekitarnya. Gejala : Daun bagian dalam yang terlindungi oleh daun bagian luar rusak dan kelihatan bekas gigitan. Tadak heran bila dari luar tanaman masih kelihatan baik tetapi setelah diperiksa ternyata bagian dalamnya sudah rusak. Pengendalian : Pengendalian dapat dilaukan dengan cara preventil, yaitu menyemprot tanamn sebelum muncul serangga. Insektisida yang dapat dipakai ialah Dipterex 50 SP dengan dosis 10-20 g10 l air, Diazinon 60 EC dengan dosis 10-20 cc10 l air, Bayrusil 25 EC dengan dosis 10-20 cc10 l air, Phosvel 30 EC dengan dosis 20-25 cc10 l air, atau Orthena 75 EC 5-10 g10 l air. Pengendalian secara kuratif atau setelah terjadi serangan dapat juga dilakukan dengan menggunakan insektisida yang sama. 2 Ulat tritip Plutella maculipennis Penyebab : Penyebab kerusakan tersebut adalah Plutella maculipennis. Ulat yang baru menetas warnanya hijau muda. Setelah dewasa warna kepalanya menjadi lebih pucat dan terdapat bintik cokelat. Serangga dewasa menghasilkan telur secara berkelompok tetapi hanya terdapat 2-3 butir telur setiap kelompok. Gejala : Daun tampak seperti bercak-bercak putih. Jika lebih diperhatikan ternyata bercak-bercak tersebut adalah kulit ari daun yang tersisa setelah dagingnya dimakan hama. Selanjutnya daun menjadi berlubang karena kulit ari daun tersebut mengering dan sobek. Serangan berat menyebabkan seluruh daging daun habis termakan, sehingga yang tertinggal hanyalah tulang-tulang daunnya Pengendalian : Cara sederhana pemberantasan hama ini adalah dengan menggunakan obor atau lampu penarik serangga karena hama ini tertarik akan cahaya. Pada malam hari obor diletakkan di beberapa penjuru lahan. Dibawah obor diletakkan wadah berisi air. Karena terangnya cahaya, hama akan terbang menghampiri obor shingga terbakar dan jatuh kedalam wadah. Pemberantasan secara kimia dapat dilakukan dengan insektisida Diazinon 60 EC dengan dosis 1-2 ccl air, atau Sevin dengan dosis 1-2 khhektar. Volume semprotnya 400-500 l larutan per hektar. Selain itu dianjurkan melakukan rotasi tanaman agar daur hidup hama terhenti. 3 Siput Agriolimax sp. Penyebab : Penyebab gejala tersebut adalah siput Agriolimax sp. Hewan bercangkang cokelat dengan tubuh lunak ini bergerak amat lambat, dan umumnya menyerang pada malam hari. Gejala Tanaman yang terserang hama ini daunya banyak berlubang tetapi tidak merata. Sering pula dijumpai jalur-jalur bekas lendir pada tanaman atau sekitarnya. Pengendalian : Hama jenis ini dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida Metapar 99 WP dengan dosis 0,5-1 gl air. Siput yang terlihat disekitar tanaman sebaiknya diambil dan dimusnahkan. 4 Ulat Thepa javanica Penyebab : Penyebabnya adalah Ulat Thepa javanica. Gejala : Daun banyak berlubang dengan jarak antara lubang sangat dekat dan menggerombol. Pengendalian : Hama jenis ini daat dikendalikan dengan menggunakan insektisida Metapar 99 WP dengan dosis 0,5-1 g l air. 5 Cacing bulu cut warm Penyebab : Penyebabnya dalah yang tinggal dalam tanah dan menggerogoti pangkal batang. Gejala : Bagian pangkal batang sawi yang terserang menjadi rapuh, lama kelamaan tanaman menjadi roboh. Pengendalian : Hama ini dapat dikendalikan dengan cara menggenangi lahan dengan air yang dicampur insektisida Diazinon dengan dosis 10 cc10 l air. b. Penyakit Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain penyakit akar pekuk, bercak daun alemaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik. 1 Penyakit akar pekuk Penyebab : Penyebab penyakit akar pekuk disebabkan oleh jamur Plasmodiofora brassicae War. Penyebab penyakit ini dapat terjadi melalui air drainase, alat-alat pertanian, tanah yang tertiup angin, pupuk kandang, hewan, dan bibit tanaman. Bibit inilah yang utama memencarkan penyakit secara luas. Jamur tidak dapat mencapai biji, oleh karena itu penyakit ini tidak disebarkan lewat biji. Gejala : Akar-akar yang terserang penyakit ini akan mengadakan reaksi dengan pembelahan dan pembesaran sel yang menyebabkan terjadinya bintil yang tidak teratur. Seterusnya bintil-bintil ini bersatu sehingga menjadi bengkakan yang mirip batang. Pengendalian : a Jangan memindahkan bibit atau tanaman yang ditanam dari lahan yang sakit ke lahan yang masih sehat. b Sterilisasi tanah dapat diusahakan dengan memberi fungsida, seperti Vapan bahan aktif natrium N-metil diktiokarbonat, Benlate benomyl, Topsin M tiofanat metil, atau Brassicol quintozine atau PCNB. Pemberian Brassicol yang mengandung bahan aktif quintozine dapat disiram. Dosis fungsida yang digunakan adalah 0,75 atau 75 g dalam 100 l air. 2. Bercak daun alternaria Penyebab : Penyebab penyakit ini adalah jamur Alternaria brassicae Berk Sacc. Jamur ini dapat terbawa oleh biji, jika biji ditanam jamur akan menginfeksi persemaian. Jamur juga dapat menyerang pangkal bibit yang menyebabkan penyakit rebah semai dumping off. Gejala Pada daun terdapat bercak berwarna kelabu gelap yang meluas dengan cepat. Sehingga menjadi bercak bulat dengan garis tengah mencapai 1 cm. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daun tua, jika terdapat banyak bercak daun akan cepat mati. Pengendalian : a Benih yang akan ditanam direndam dalam air hangat bersuhu 50ºC selama 30 menit. b Penyemprotan dengan fungsida Difolatan 4 F kaptapol dengan dosis 2-3 ccl air. Pada musim kemarau dapat juga disemprot dengan Antracol 70 WP propineb sebanyak 2gl air, dengan volume semprot 300-800lhektar. 3. Busuk basah soft root Penyebab : Penyebab penyakit ini dalah bakteri Erwinia carotovora Jones Dye, yang dulu lazim disebut sebagai Erwinia carotovora Jones Holland. Busuk basah adalah penyakit yang amat merugikan tanaman sayuran secara umum karena dapat menjangkau hampir semua komoditas sawi. Gejala : Pada bagian yang terinfeksi mula-mula bercak kebasahan. Bercak membesar dan bentuknya tidak teratur. Jaringan yang membusuk mulanya tidak berbau, tetapi dengan adanya serangan bakteri sekunder jaringan tersebut menjadi berbau khas menyolok hidung. Serangan dapat terjadi tidak hanya di lahan, namun juga dalam tempat penyimpanan dan pengangkutan sebagai penyakit pasca panen. Pengendalian : a Jarak antar tanaman jangan terlalu rapat. b Pemanenan dilakukan secara hati-hati. Hindari terjadinya lecet pada tanaman baik saat pemanenan, penyimpanan, maupun saat mengangkutan. c Setelah panen tanaman dapat dicuci dengan larutan klorin. d Kurangi kelembapan di dalam ruang penyimpanan dan buatlah ventilasi yang cukup. 4. Penyakit embun tepung downy mildew Penyebab : Penyakit ini disebabkan oleh jamur Perenospora parasitica. Penyebaran pnyakit ini sangat luas, bahkan sampai diseluruh dunia. Penyakit ini berkembang lebih cepat pada suhu antara 10-15ºC, dalam cuaca mendung, atau di tempat yang teduh sehingga terdapat embun sepanjang hari. Gejala : Gejala penyakit ini timbul di persemaian terkadang pula pada bedengan penanaman. Pada permukaan atas daun terlihat adanya jaringan di antara tulang- tulang daun yang menguning, mirip dengan kekurangan unsur hara tertentu. Bagian yang menguning berubah menjadi cokelat ungu dan tekstur daun berubah seperti kertas. Daun-daun dibawah rontok lebih awal. Apabila daun dibalik, pada permukaan bawah daun terdapat kapang putih seperti tepung. Pengendalian : a Mengurangi kelembapan di persemaian. b Eradikasi tanaman yang sakit dicabut lalu dibakar c Penyemprotan dengan fungsida seperti Dithane M-45 dengan dosis 0,2 atau 2 g dilarutkan dalam satu liter air. 5. Penyakit rebah semai dumping off Penyebab : Penyebabnya adalah jamur Fusarium spp. dan Phytium spp. Jamur ini menyerang pertanaman sawi dan penyebarannya sangat luas hampir diseluruh dunia. Sebagian besar tanaman dapat menjadi inang jamur ini. Gejala : Sebagian tanaman pada bedeng pembibitan rebah. Pengamatan lebih dekat menunjukan adanya luka seperti tersiram air panas pada pangkal batang. Kadang-kadang rebahan terjadi sesaat sebelum tunas membuka. Pengendalian : a Perbaikan teknik budidaya, penyiraman bedengan. b Pengendalian secara kimia, sterilisasi bedeng pembibitan dengan menggunakan Basamid G, dosis yang dipakai 30-40 gm² bedeng. Penyiraman dengan fungsida yang mengandung bahan aktif seperti thiram, captan, dithiocarbamat, dan tembaga. Dosis yang digunakan gl air. 6. Busuk daun Penyebab : Penyebab penyakit ini adalah jamur Bremia lactucae Regel. Jamur terutama terdapat pada daerah yang tinggi, karena perkecambahan dan infeksi memerlukan suhu yang relatif rendah. Sporangium berkecambah pada suhu 1- 19ºC, dengan suhu optimum sekitar 10ºC. Suhu optimum untuk pembentukan sporangium dan infeksi adalah 15-17ºC. Perkecambahan dan infeksi diperlukan kelembapan udara yang tinggi. Penyebaran penyakit ini dibantu oleh kabut dan embun. Gejala : Diantara tulang-tulang daun terjadi bercak bersudut berwarna hijau pucat sampai kuning. Pada permukaan bawah daun dapat terbentuk kapang berwarna putih. Bagian daun yang terinfeksi saling berhubungan, lantas berubah warna menjadi cokelat yang membesar. Jika penyakit timbul pada saat tanaman masih kecil maka tanaman akan tumbuh kerdil. Infeksi pada tanaman yang sudah besar menyebabkan banyak daun yang harus dibuang. Penyakit ini dapat berkembang menjadi penyakit pasca panen. Pengendalian : Sebenarnya menghindari penyakit busuk daun cukup mudah, yaitu dengan menanam sawi di dataran rendah.Apabila penyakit sudah menyerang maka dapat diatasi dengan penyemprotan fungsida yang berbahan aktif zineb, seperti Tiezene 80 WP, Vancozeb 75 WP, atau Velimex 80 WP. Dengan dosis 2- 2,5 gl air dengan volume seprot 400-800 lhektar. 7. Busuk Rhizoctonia bottom root Penyebab : Penyakit ini disebabkan oleh jamur Rhizoctonia solani Kuhn yang merupakan jamur yang umum terdapat ditanah. Jika didalam tanah terdapat bahan organik maka populasi jamur semakin bertambah dilahan tersebut. Penyakit ini banyak terdapat didaerah tropika. Selain di Indonesia penyakit ini terdapat juga di Malaysia, Thailand, dan Filipina. Gejala : Pada waktu tanaman hampir panen, daun-daun tua yang terletak disebelah atas akan terkena infeksi. Pada tangkai dan tulang daun induk terjadi bercak cokelat seperti lendir. Jika lingkungan amat lembab serangan selanjutnya kan menyebabkan seluruh tanaman berlendir. Jika cuaca kering tanaman busuk dan mnegering menjadi “mummy” hitam. Serangan terutama pada sawi yang daunya membentuk krop. Pengendalian : a Jarak tanam tidak boleh terlalu rapat agar kelembapan berkurang. b Daun-daun yang bersentuhan dengan tanah dibuang. c Penggiliran tanamn dengan tanamn yang bukan dari famili kubis-kubisan untuk memutuskan daur hidup. 2 Bercak daun Penyebab : Penyebab penyakit ini adalah Cercospora longisima Sacc. Meskipun tersebar diseluruh dunia, penyakit ini dianggap tidak terlalu merugikan. Gejala : Mula-mula tampak bercak kecil kebasah-basahan pada tepi daun. Secara bertahap bercak berkembang makin ke dalam dan jaringan yang sakit menjadi kecokelatan di bagian tengahnya. Pengendalian : a Lahan tidak ditanami sayuran dari keluarga kubis-kubisan secara terus menerus. Pergiliran tanaman dapat dilakukan dengan menanami cabai, kapri, tomat, dll. b Pengendalian secara mekanis dengan cara mengumpulkan daun-daun yang sakit atau terserang, kemudian membakarnya. c Penyemprotan dengan menggunakan fungsida Tiezene 80 WP atau Velimex 80 WP sebanyak 2-2,5 gl air dengan volume penyemprotan 400-800 lhektar. 7. Panen dan Pasca Panen Sawi dapat dipanen umur 35-70 hari setelah tanam, tetapi tergantung pada kultivar dan musim. Selain umur, kriteria tanaman siap dipanen dapat dilihat dari kondisi fisik tanaman, seperti warna, bentuk, dan ukuran daun. Disamping itu krop sudah terbentuk sempurna, padat dan kompak. Pemanenan biasanya dilakukan dengan memotong bagian batang yang berada diatas tanah. Akan tetapi, pemanenan dapat dengan mencabut tanaman sehingga akarnya turut terbawa. Adanya sistem perakaran ini dapat membantu penyerapan air dari media simpan sehingga kesegaran tanaman dapat bertahan lebih lama. Sawi yang baru dipanen hendaknya diletakkan di tempat yang teduh dan diperciki air disemprot dengan mist spray agar tetap segar. Selanjutnya dilakukan penyortiran dan bagian-bagian tanaman yang tua, busuk, atau rusak dibuang. Selain itu perlu juga memisahkan krop yang besar dan yang kecil. Krop yang besar biasaya dijual di pasar modern atau supermarket, sedangkan krop yang kecil dijual di pasar tradisional Zulkarnain, 2013: 92-93. 8. Nilai Gizi dan Manfaat Sawi dapat dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau lalapan seperti pe- tsai atau bok choy, dimasak seperti sawi putih, atau dibuat asinan seperti chai sin. Salah satu menu masakan korea, kimchi adalah sawi yang difermentasi dan direndam didalam larutan garam. Beberapa penelitian menunjukan bahwa senyawa brassinim yang dikandung oleh sawi dapat membantu mencegah timbulnya tumor payudara. Apabila ditambah dengan indoles dan isothiocyanate, sawi dapat bermanfaat mencegah kanker payudara. Sawi juga bermanfaat untuk menyehatkan mata dan mengendalikan kadar kolesterol di dalam darah sehingga mengkonsumsi sawi dapat menghindari serangan jantung. Semangkuk sayur bok choy mengandung ± 20 kalori dan 3 g serat, serta 158 mg kalsium 16 dari kebutuhan kalsium harian yang sangat bermanfaat untuk mencegah osteoporosis. Tabel 2.2 berikut, menyajikan nilai gizi dari setiap 100 g bagian tanaman sawi yang dapat dimakan Zulkarnain, 2013 : 93-94. Tabel 2.2. Komposisi Kimia Sawi Hijau Per 100 gr Senyawa Sawi hijau Kadar Nutrisi Persen Dari Kebutuhan Harian Lemak total g 0,20 1,00 Serat g 1,00 2,50 Folat µg 66,00 16,00 Asam pantotenat mg 0,088 1,50 Piridoksin mg 0,194 15,00 Riboflavin mg 0,070 5,00 Tiamin mg 0,040 3,50 Vitamin A IU 4,468 149,00 Vitamin C mg 45,00 75,00 Vitamin K µg 45,00 38,00 Natrium mg 65,00 4,00 Kalium mg 252,00 5,00 Kalsium mg 105,00 10,50 Besi mg 0,80 10,00 Magnesium mg 19,00 5,00 Mangan mg 0,159 7,00 Fosfor mg 37,00 5,00 Seng mg 0,19 1,50 β-karoten µg 2,681,00 - α-karoten µg 1,00 - Lutein-zeasantin µg 40,00 - Sumber : USDA National Nutrient Data Base Zulkarnaen, 2013.

D. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah pupuk yang terbuat dari sari tumbuhan alami berbentuk cair. Salah satu contoh merek dagang pupuk organik cair adalah “hormon tanaman unggul”. Pupuk ini memiliki warna yang lebih gelap karena melaui proses fermentasi. Kelebihan pupuk organik cair adalah dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan virus dan bakteri. Selain itu, pupuk ini juga dapat membentu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman melebihi pertumbuhan standar. Hal ini disebabkan karena selain mengandung unsur hara yang lengkap, pupuk organik cair juga mengandung hormon pertumbuhan tanaman. Serta mempercepat keluarnya bungaq, mempercepat masa panen sehingga panen lebih cepat, dan yang paling penting tidak menyebabkan pencemaran tanah atau lingkungan Siahaan, 2006:8. Unsur hara yang terkandung pada pupuk organik cair lebih mudah diserap oleh tanah dan tanaman. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk cair lebih mudah diserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman mudah menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga mempunyai kemampuan menyerap hara oleh Musnamar 2005, dalam Siahaan 2006:8. Sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair tidak hanya diberikan di sekitar tanaman, tetapi juga di atas daun-daun. Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan, kesehatan tanaman. Unsur-unsur hara itu terdiri dari: unsur nitrogen untuk pertumbuhan tunas, batang, dan daun. Unsur fosfor untuk merangsang pertumbuhan akar, buah, dan biji. Unsur kalium untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Pupuk organik cair ini merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk ini kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial N,P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik. Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang. Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah: 1. Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara. 2. Dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit. 3. Merangsang pertumbuhan cabang produktif 4. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta 5. Mengurangi gugurnya daun, bunga, dan bakal buah. Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun pemberian dalam dosis berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman Yuanita, D., 2012.

E. Sabut Kelapa

Gambar 2.2 : Buah Kelapa Gambar 2.3: Sabut Kelapa 1. Klasifikasi tanaman kelapa Klasifikasi tanaman kelapa adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Cocos Spesies : Cocos nucifera Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena seluruh organ tanaman kelapa ini dapat dimanfaatkan, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah bagian utama dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan baku industri. Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa, dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama, sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping by product dari buah kelapa. Buah kelapa mempunyai diameter 15 –20 cm berwarna hijau, coklat, atau kuning Zainal, 2005:5. Limbah sabut kelapa merupakan sisa buah kelapa yang sudah tidak terpakai yaitu bagian terluar buah kelapa yang membungkus tempurung kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6 cm yang terdiri atas lapisan terluar exocarpium dan lapisan dalam endocarpium. Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30 serat. Dengan komposisi kimia sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potassium Rindengan dkk., 1995:49. Menurut Prawoso 2001, dalam Sundari 2013:2: kandungan unsur hara dan air dalam sabut kelapa adalah sebagai berikut: air 53,83, N: 0,28ppm, K: 6,726 ppm, Ca: 140 ppm, Mg: 170 ppm. Pupuk cair dari sabut kelapa memiliki PH 7 Sundari 2013:3. Pada pembuatan pupuk cair dari sabut kelapa tidak memerlukan bantuan mikroorganisme, pupuk tersebut hanyalah di rendam selama 2 minggu. 2. Unsur Kalium Kalium bukan merupakan komponen dari bahan organik yang membentuk tanaman. Kalium khusus terdapat di dalam cairan sel di dalam bentuk ion-ion K+. Menurut penelitian, Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung Kalium. Pada sel-sel zat ini terdapat sebagai ion-ion di dalam cairan sel dan keadaan demikian akan merupakan bagian penting dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmotis. Selain itu, ion Kalium mempunyai fungsi fisiologis yang khusus pada asimilasi zat arang, yang berarti apabila tanaman sama sekali tidak diberi Kalium, maka asimilasi dapat terganggu. Menurut Sutedjo 1987, dalam Sundari 2013:7. kalium mempunyai fungsi yang mutlak harus ada di dalam metabolisme tanaman. Kalium mempunyai pengaruh positif terhadap hasil dan kualitas tanaman. Sifat-sifat positif kalium antara lain: a. Mendorong produksi hidrat arang. Tanaman yang banyak mengandung komponen ini seperti bengkoang dan bit membutuhkan banyak pupuk kalium. b. Mempunyai peranan penting dalam mengangkut hidrat arang dalam tanaman. Kekurangan unsur ini dapat mengakibatkan berkumpulnya gula pada daun yang diproduksi melalui asimilasi. c. Mengurangi kepekaan tanaman terhadap kekeringan. Kalium membantu pengisapan air oleh akar tanaman, dan mencegah menguapnya air keluar dari daun. d. Mengurangi kepekaan tanaman terhadap hawa dingin dan hawa dingin malam e. Sedikit banyak mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh berbagai penyakit. f. Memperbaiki beberapa sifat kualitatif rasa, warna, bau harum, tahan lama, dan sebagainya. 3. Nitrogen N Unsur Nitrogen dengan lambang unsur N, sangat berperan dalam pembentukan sel tanaman, jaringan, dan organ tanaman. Nitrogen memiliki