Out put Descritives Out put descriptive
memuat hasil-hasil data statistic deskriptif seperti mean, standar deviasi, angka terendah dan tertinggi serta standar eror. Pada bagian
ini terlihat ringkasan statistik dari keempat sampel.
Tabel 3.5. Contoh Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1
df2 Sig.
Output Test of homogeneity of variances Tes ini bertujuan untuk menguji berlaku tidaknya asumsi untuk ANOVA,
yaitu apakah keempat sampel mempunyai varians yang sama. Untuk mengetahui apakah asumsi bahwa keempat kelompok sampel yang ada
mempunyai varians yang sama homogen dapat diterima. Hipotesis:
Ho = Keempat varians populasi adalah tidak sama Hi = Keempat varians populasi adalah sama
Dengan pengambilan keputusan : a. Jika signifikan 0.05 maka Ho ditolak
b. Jika signifikan 0.05 maka Ho diterima
Tabel 3.6. Contoh Uji ANOVA
Sum of Squares Df
Mean Square F
Sig. Between
Groups Within Groups
Total
Setelah keempat varians terbukti homogen, maka dilanjutkan uji ANOVA untuk menguji apakah keempat sampel mempunyai rata-rata yang sama.
Output ANOVA adalah akhir dari perhitungan yang digunakan sebagai
penentuanan alisis terhadap hipotesis yang akan diterima atau ditolak. Berdasarkan hasil output SPSS 16, untuk menolak atau menerima hipotesis
penelitian dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika F hitung F table maka Ho ditolak
b. Jika F hitung F tabel maka Ho diterima c. Jika signifikan atau probabilitas 0.05, maka Ho ditolak
d. Jika signifikan atau probabilitas 0.05, maka Ho diterima
Tabel 3.7. Contoh Uji Multiple Comparisons
Tukey HSD
I Perlakuan
J Perlakuan Mean
Difference I- J
Std. Error Sig.
95 Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
Perlakuan 1
Perlakuan2 Perlakuan3
Kontrol Perlakuan
2 Perlakuan1
Perlakuan3 Kontrol
Perlakuan 3
Perlakuan1 Perlakuan2
Kontrol Kontrol
Perlakuan1 Perlakuan2
Perlakuan3
Hasil uji dari Post hoc dilakukan untuk mengetahui kelompok mana yang
berbeda dan yang tidak berbeda. Untuk mengetahui significan atau tidaknya hanya dengan melihat pada output dengan ada atau tidaknya tanda pada
kolom ”means Difference”. Jika tanda ada maka perbedaan tersebut
signifikan, jika tidak ada maka perbedaan tidak nyata tidak signifikan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan pupuk cair organik berbahan dasar sabut kelapa Cocos nucifera dengan dosis yang berbeda memberikan hasil yang
positif terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau Brassica juncea L.. Parameter pertumbuhan yang diukur dalam penelitian ini meliputi tinggi
batang, jumlah daun, berat basah batang, daun, dan tangkai daun, serta berat kering batang, daun, dan tangkai daun. Tinggi tanaman merupakan
ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan. Berat basah merupakan total berat tanaman yang menunjukan hasil aktivitas
metabolik tanaman, sedangkan berat kering merupakan hasil penimbunan hasil bersih asimilasi
. A.
Pertambahan Tinggi Batang Tanaman Sawi Brassica Juncea L.
Pengukuran tinggi tanaman sawi dimulai pada tanggal 13 April hingga 13 Mei 2015, yaitu pada saat tanaman sawi berusia 3 minggu
hingga panen dengan menggunakan meteran. Berikut adalah grafik 4.4 laju pertambahan tinggi batang tanaman sawi Brassica juncea L. yang diukur
setiap 5 hari.
55
Berdasarkan grafik 4.4 diatas pemberian perlakuan pupuk cair sabut kelapa pada tanaman sawi memberikan pengaruh positif terhadap
pertambahan tinggi batang tanaman sawi. Tanaman sawi yang diberikan perlakuan pupuk cair sabut kelapa dengan volume 100 mll atau pada
perlakuan 1 memiliki tinggi maksimum atau yang terbanyak dengan rata- rata pertambahan tingginya mencapai ± 0,5 cm setiap lima hari.
Sedangkan pada perlakuan 2 dengan volume pupuk cair sabut kelapa sebanyak 200 mll mengalami kenaikan tinggi batang ± 0,3 cm dalam 5
hari, sama halnya dengan perlakuan 3 dengan volume pupuk sabut kelapa sebanyak 300 mll mengalami kenaikan tinggi batang ± 0,3 cm dalam 5
hari. Pertambahan tinggi batang paling rendah terjadi pada kontrol dimana hanya bertambah 0,2 cm dalam 5 hari.
Gambar 4.4. Grafik Pertambahan Tinggi Batang Tanaman Sawi Hijau
Dari grafik 4.4 ini dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi batang maksimal terjadi pada perlakuan awal yaitu tanggal 18, 23, 28 April 2015
dimana sawi masih berusia ± 4 sampai 6 minggu. Setelah sawi berusia lebih dari 6 minggu pertambahan tinggi batang mulai lambat dan semakin
lama batang sawi tidak mengalami pertambahan tinggi. Pertambahan tinggi maksimal yang dialami tanaman sawi terjadi pada perlakuan 1
dengan volume pupuk cair 100 mll. Hal ini disebabkan karena pada volume ini terpenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman
sawi hijau Brassica juncea L.. Berdasarkan uji normalitas Lampiran 7 yang dilakukan
menunjukkan bahwa nilai uji Kolmogorov - Smirnov Z 0,624 0,05, maka Ho diterima. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal. Pengujian data dilanjutkan dengan uji homogenitas varians Lampiran 7 yang dihasilkan dengan nilai levene statistic 3.016 nilai sig
0,051 ≤ 0,05 pada level probabilitas yang artinya perlakuan dalam
pemberian volume yang berbeda – beda pupuk cair sabut kelapa terhadap
tinggi batang tanaman sawi hijau memiliki varians yang sama homogen. Sehingga dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA Lampiran 8.
Berdasarkan uji ANOVA diketahui bahwa nilai probabilitas adalah sig 0,058 ≥ 0,05, dengan demikian Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian pupuk cair sabut kelapa dengan volume yang berbeda-beda 100 mll, 200 mll, dan 300 mll memberikan pengaruh
positif lebih baik terhadap pertambahan tinggi batang sawi hijau.
Sehingga dapat dilanjutkan pada uji Post hoc menggunakan Tukey HSD Lampiran 8. Namun, berdasarkan uji Post hoc menggunakan Tukey HSD
menunjukkan bahwa data pada mean difference tidak berbeda, karena symbol Means difference signifikan pada level 0.05 tidak muncul.
Jenis tanah di area penelitian merupakan tanah latosol yang memiliki pH dan nutrisi yang rendah. pH tanah di desa Podosoko
mencapai 5,5-6, sedangkan pH yang dibutuhkan tanaman sawi untuk tumbuh adalah pH 6-7, untuk itu dilakukan penambahan pupuk cair sabut
kelapa yang memiliki pH 7 dalam Sundari 2013:3 serta kandungan N: 0,28ppm, K: 6,726 ppm, Ca: 140 ppm, Mg: 170 ppm. Kandungan Ca
yang tinggi pada pupuk cair sabut kelapa dapat meningkatkan pH tanah, terutama pada tanah latosol dengan pH yang asam. Diharapkkan melalui
penambahan pupuk cair dengan volume yang sesuai ini akan meningkatkan kondisi pH tanah yang tadinya sangat asam menjadi pH
yang sesuai dengan toleransi pertumbuhan tanaman sawi. Pupuk cair sabut kelapa dapat meningkatkan pH tanah karena mengandung Ca yang tinggi
menurut Yulipriyanto 2010, dalam Mandalia 2010:45. Sedangkan pada volume pupuk cair sabut kelapa 200 mll dan 300mll, tanaman sawi justru
mengalami hambatan dalam pertumbuhan. Tanaman sawi hijau pada kontrol juga mengalami pertumbuhan yang lambat, bahkan pertambahan
tinggi batangnya dibawah tanaman sawi hijau yang diberikan perlakuan. Hal ini disebabkan karena pada kontrol tanaman sawi hijau tidak
mendapatkan perlakuan pupuk cair sabut kelapa, sehingga tanah masih dalam kondisi asam dan membuat pertumbuhan sawi tidak optimal.
Sebelum mengaplikasikan pupuk cair sabut kelapa pada tanaman sawi, terlebih dahulu pupuk cair sabut kelapa diencerkan dalam air dengan
perbandingan 1:15 dalam liter. Hal ini dikarenakan air berperan penting dalam kehidupan mikroba yang ada di dalam pupuk untuk mereaksikan
unsur-unsur di dalam tanah. Keberadaan hara dalam tanah selalu terkait dengan adanya air yang tersedia. Pemupukan menggunakan pupuk cair
organik sabut kelapa ini dapat mendukung penyediaan unsur hara dalam tanah karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
sehingga perlu diberikan secara periodik. Selain iu dengan ketersediaan air, di dalam sel tumbuhan air akan berfungsi dalam menjaga tekanan
turgor, proses transpirasi, fotosintesis, difusi, osmosis, serta metabolisme tubuh lainya.
Data hasil penelitian yang dilakuan setiap 5 hari dari tanggal 13 April
–13 Mei 2015, berupa selisih tinggi batang pada setiap perlakuan dengan kontrol. Berikut tabel 4.4 data laju pertambahan tinggi batang
tanaman sawi hijau Brassica juncea L. :