Sabut Kelapa TINJAUAN PUSTAKA

sekulen karena mengandung banyak air. Hal itu menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan jamur dan penyakit, serta mudah roboh. Produksi bunga pun akan menurun. www. distanbanggai.go.id, 2014. 4. Magnesium Mg Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun, terutama untuk ketersediaan klorofil. Jadi kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis protein. Kekurangan magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut karena energi yang tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah unsur berbobot „ringan‟ seperti nitrogen. Akibatnya terbentuk sel-sel berukuran besar tetapi encer. Jaringan menjadi lemah dan jarak antar ruas panjang. Ciri-ciri ini persis seperti gejala etiolasi-kekurangan cahaya pada tanaman www. distanbanggai.go.id, 2014.  Kekurangan Magnesium Muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal ini terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang penyakit terutama embun tepung powdery mildew.  Kelebihan Magnesium Kelebihan Mg tidak menimbulkan gejala ekstrim. 5. Kalsium Ca Unsur ini yang paling berperan adalah pertumbuhan sel. Ia komponen yang menguatkan, dan mengatur daya tembus, serta merawat dinding sel. Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defiensi Ca, pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu, dan berakibat penyerapan hara terhambat. Ca berperan dalam proses pembelahan dan perpanjangan sel, dan mengatur distribusi hasil fotosintesis www. distanbanggai.go.id, 2014.  Kekurangan Kalsium Gejala kekurangan kalsium yaitu titik tumbuh lemah, terjadi perubahan bentuk daun, mengeriting, kecil, dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman tinggi tetapi tidak kekar. Karena berefek langsung pada titik tumbuh maka kekurangan unsur ini menyebabkan produksi bunga terhambat. Bunga gugur juga efek kekurangan kalsium www. distanbanggai.go.id, 2014.  Kelebihan Kalsium Kelebihan kalsium tidak berefek banyak, hanya mempengaruhi pH tanah www. distanbanggai.go.id, 2014. F. Sekam Padi Sekam merupakan sumber bahan organik yang mudah didapat yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembawa pupuk hayati. Sekam padi merupakan bahan organik yang berasal dari limbah pertanian yang mengandung beberapa unsur penting seperti protein kasar, lemak, serat kasar, karbon, hidrogen, oksigen dan silica. Hasil analisis media tumbuh inokulan zeolit dan arang sekam menunjukkan bahwa kandungan C organik zeolit rendah, sedangkan arang sekam padi tinggi, N total keduanya rendah, P dan K total zeolit sangat tinggi sedangkan arang sekam sangat rendah. Kapasitas tukar kation arang sekam padi lebih tinggi daripada zeolit. Kemasaman atau Ph zeolit agak basa, sedangkan Ph arang sekam padi netral Nurbaity A., dkk. 2011:11.

G. Kotoran Sapi sebagai Pupuk Organik

Menurut Brady 1974, dalam Sudarkoco 1992:13 kotoran sapi merupakan bahan organik yang scara spsifik berperan dalam meningkatkan ketersediaan fosfor dan unsur-unsur mikro, mengurangi pengaruh buruk dari aluminium, menyediakan karbondioksida dan kanopi tanaman, terutama pada tanaman dengan kanopi lebat dimana sirkulasi udara terbatas. Kotoran sapi banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti nitrogen, fosfor, kaium, kalsium, magnesium, belerang, dan boron.

H. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anik Waryanti, Sudarno, dan Endro Sutrisno 2013, dengan judul “Studi Pengaruh Penambahan Sabut Kelapa pada Pembuatan Pupuk Cair dari Limbah Air Cucian Ikan Terhadap Kualitas Unsur Hara Makro CNPK . ” Dalam penelitian ini, limbah air cucian ikan menjadi bahan baku pupuk cair, yang ditambah dengan sabut kelapa melalui teknik fermentasi. Digunakan 6 variasi pemambahan jumlah sabut kelapa untuk mengetahui pengaruh unsur hara makro yang terbaik pada pupuk cair. Variasi penambahan sabut kelapa antara lain : 0 ml, 100 ml, 200 ml, 300 ml, 400 ml, dan 500 ml dan difermentasi selama 28 hari. Penambahan sabut kelapa yang paling baik pada pupuk cair terdapat pada penambahan sabut kelapa sebanyak 100 ml. Kandungan unsur hara pada sabut kelapa 100 ml yaitu C-organik 11,69, Nitrogen 2,251 , Fosfor 0,71, dan kalium 0,029. Persentase kandungan unsur hara makro pada sabut kelapa ini mengalami kenaikan setelah melalui proses fermentasi selama 2 minggu yaitu C-organik 11,28 , Nitrogen 2,366, Fosfor 0,70, dan kalium 0,041. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nasarudin dan Rosmawati 2010, yang berjudul “Pengaruh Pupuk Organik Cair POC Hasil Fermentasi Daun Gamal, Batang Pisang, dan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao. Penelitian dilakukan di rumah kasa, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makasar yang berlangsung dari bulan Agustus sampai Oktober 2010. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pertumbuhan bibit kakao dari berbagai volume fermentasi daun gamal, batang pisang, dan sabut kelapa. Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang tediri dari tanpa pemupukan, aplikasi POC 15 ml, 30 ml, 45 ml, 60 ml, dan 75 ml . pohon dan pemberian 4 gram pupuk campuran dari urea, SP-36 dan KCL 2:1:1. Setiap perlakuan terdiri dari empat tanaman dan di ulang 3 kali sehingga terdapat 112 unit tanaman. POC diperoleh dari hasil fermentasi daun gamal, batang pisang, dan sabut kelapa dengan perbandingan 1:1:1. Hasil Penelitian diperoleh bahwa pemberian pupuk organic cair dari hasil fermentasi daun gamal, batang pisang, dan sabut kelapa menghasilkan respon pertumbuhan bibit kakao yang lebih baik. Perlakuan 15 sampai 30 ml. . pohon memberikan pengaruh terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainya.

I. Kerangka Berfikir

Pemanfaatan sabut kelapa yang merupakan limbah rumah tanggalimbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair organik pengganti KCl anorganik, karena sabut kelapa mengandung unsuk kalium yang tinggi. Selain itu sabut kelapa juga mengandung Kalsium Ca, Magnesium Mg, Natrium Na dan Fospor P. Air hasil rendaman yang mengandung unsur Kalium tersebut sangat baik jika diberikan sebagai pupuk serta pengganti pupuk KCI anorganik untuk tanaman seperti tanaman sawi hijau guna mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini bertujuan agar tanaman tidak mengalami defisiensi Kalium ditandai dengan terjadinya klorosis pada daun tua kehilangan klorofil Samekto R.,2008:66. Jika sayuran mengalami klorosis maka kandungan nutrisi pada daun yang dikonsumsi akan sangat rendah. Unsur kalium pada sabut kelapa akan memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan tanaman sawi Brassica juncea L., serta diharapkan unsur kalium tersebut dapat meningkatkan produktivitas pada tanaman sawi Brassica juncea L..

J. Hipotesa

Hipotesa dari penelitian ini adalah : 1. Pemberian volume pupuk cair organik sabut kelapa memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan terutama pada tinggi dan jumlah daun sawi Brassica juncea L.. Berdasarkan parameter pertumbuhan yaitu tinggi batang dan jumlah daun sawi setiap 5 hari sekali, selama 30 hari. 2. Pemberian volume pupuk cair organik sabut kelapa memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap hasil panen tanaman sawi Brassica juncea L., yang ditunjukan melalui perhitungan berat basah dan berat kering tanaman sawi. 3. Volume pupuk organik cair sabut kelapa yang optimal terhadap pertumbuhan dan hasil penen tanaman sawi hijau Brassica juncea L. adalah 200 mll. Pupuk organik cair sabut kelapa pada volume 200 mll dapat meningkatkan kandungan hara pada tanah tanpa menimbulkan toksik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental murni dengan RAL Rancangan Acak Lengkap atau desain CRD Completely Randomize Design. Jenis penelitian murni yaitu dengan melakukan percobaan pada kelompok perlakuan dan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penelitian ini terbagi dalam 4 kelompok 3 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol dengan masing-masing 7 ulangan. Media yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tanah, sekam, pupuk kotoran sapi dengan perbandingan 2:1:1, perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Kelompok pertama yaitu perlakukan 1 P1 dengan menggunakan kontrol media yang diberi perlakuan 100 mll pupuk cair sabut kelapa. 2. Kelompok kedua yaitu perlakukan 2 P2 dengan menggunakan kontrol media yang diberi perlakuan 200 mll pupuk cair sabut kelapa. 3. Kelompok ketiga yaitu perlakukan 3 P3 dengan menggunakan kontrol media yang diberi perlakuan 300 mll pupuk cair sabut kelapa. 4. Kelompok keempat yaitu kontrol K dengan menggunakan kontrol media tanpa pemberian pupuk cair sabut kelapa. Dalam penelitian eksperimental ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. 43 • Variabel bebas yang digunakan yaitu pemberian volume pupuk organik cair sabut kelapa. • Variabel terikat meliputi tinggi batang, jumlah daun, berat basah, dan berat kering. • Variabel kontrol meliputi kontrol media, suhu, dan pemeliharaan.

B. ALAT DAN BAHAN

1. Cangkul 2. Sekop 3. Polibag 4. Ember bekas 5. Gelas ukur 6. Meteranpenggaris 7. Kertas label 8. Pisau 9. Alat tulis 10. Botol spray 11. Biji sawi hijau 12. Sekam 13. Pupuk kotoran Sapi 14. Tanah 15. Air 16. Sabut kelapa