Berat Basah Tanaman Sawi Hijau Meliputi Berat Batang, Daun,

Kekurangan air pada tanman akan berakibat pada proses pembentukan dan perkembangan organ tumbuhan seperti akar, batang, dan daun, serta berhubungan dengan proses sel tanaman untuk membesar.Sel tanaman akan membesar seiring dengan menebalnya dinding sel dan terbentuknya selulosa. Ketersediaan air pada tanman juga berpengaruh pada proses transport hara dari tanah ke organ tanaman. Hara dari tanah diangkut oleh air melaui proses difusi. Selain itu air juga digunakan dalam proses fotosintesis, agar proses berjalan secara optimal. Pemberian pupuk cair sabut kelapa yang mengandung nitogen sangat berperan penting pada masa vegetatif tanaman dibandingkan dengan kontrol yang tanpa penambahan pupuk cair sabut kelapa sama sekali, terlebih lagi kondisi tanah yang digunakan rendah kadungan N. Hasil yang berbeda hanya ditunjukan pada pengukuran berat basah aun, dimana berat basah terendah bukan pada kontrol tetapi pada perlakuan 3. Disebabkan karena banyaknya daun yang terserang hama dan penyakit sehingga berat basah menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan Rosmarkam dan Yuwono 2002 yang menyatakan bahwa penambahan pupuk nitrogen dapat menaikan produksi tanaman dan kadar protein. Dengan meningkatkan kadar protein tanaman akan meningkatkan bobot tanaman dikarenakan tanaman mengakumulasi nitrat pada bagian daun. Kandungan Kalium yang tinggi pada pupuk cair sabut kelapa juga menjadi salah satu peningkat berat basah tanaman karena kalium berfungsi mutlak pada proses metabolisme tanaman. Kalium membantu dalam mencegah menguapnya air keluar dari daun, sehingga tanaman terutama sayuran akan terhindar dari kekeringan. Perlakuan 2 dan 3 dengan dosis pupuk cair sabut kelapa yang lebih tinggi justru mengalami penurunan berat basah. Hal ini dikarenakan pemberian unsur hara seperti nitogen, kalium, Phospor yang terkandung pada pupuk cair sabut kelapa terlalu berlebih sehingga justru merusak tanaman,sehingga tanman mudah terserang hama dan penyakit. Ini sesuai dengan pendapat Garner, dkk 1995 dalam Elvhi, dkk 2014:777 yang menyatakan bahwa pemupukan yang berlebihan mengakibatkan toksik bagi tanaman sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman tersebut. Ketersediaan unsur hara yang cukup pada tanah karena pengaplikasian pupuk cair sabut kelapa juga akan meningkatkan jumlah sel pada tanaman sehingga dapat meningkatkan berat segar tanaman. Menurut Nyakpa dkk 1988 dalam Hidayat, dkk 2010:7, unsur-unsur hara tersebut juga memacu proses fotosinteis, sehingga apabila fotosintesis meningkat maka fotosintat juga meningkat dan akan ditranslokasikan ke organ-organ lainnya yang akan berpengaruh terhadap berat basah tanaman layak konsumsi. Disini yang paling berperan dalam membantu proses fotosintesis adalah kalium yang merupakan pengatur fisiologis tanaman seperti proses fotosintesis, akumulasi, translokasi, transportasi, dll. Serta kalsium Ca yang berperan penting dalam pertumbuhan sel, proses pembelahan dan perpanjangan sel, dan mengatur distribusi hasil fotosintesis. Jika tanaman kekurangan kalium dan kalsium maka tanaman menjadi kecil dan lemah, serta berakibat pada penyerapan unsur hara yang terhambat.

D. Berat Kering Batang, Daun, dan Tangkai Daun Tanaman Sawi

Brassica Juncea L. Gambar 4.8. Grafik Berat Kering Tanaman Sawi Hijau Berdasarkan grafik batang diatas menunjukan bahwa berat kering tanaman sawi tertinggi ditunjukan oleh perlakuan 1, sedangkan yang terendah ditunjukan oleh kontro. Hal ini juga diperkuat dengan uji statistic menggunakan SPSS 16. Berat kering sawi hijau menunjukan bahwa nilai uji Kolmogorov-Sminorv Z 0.945 0,05, maka Ho diterima Lampiran 13. Hal ini menunjukan bahwa data sampel berasal dari populasi distribusi normal. Pengujian data dilanjutkan dengan uji homogenitas. Uji Homogeneity Of Variances menunjukan bahwa homogenitas varians yang dihasilkan dengan nilai levene statistic 1.475 nilai probabilitas, 0.246 0.05, yang artinya ketiga perlakuan pemberian pupuk cair sabut kelapa dengan perbedaan volume terhadap berat kering batang tanaman sawi hijau memiliki varians yang sama homogen Lampiran 13. Sehingga berat kering sawi hijau dapat dilanjutnya dengan uji ANOVA dengan tingkat kepercayaan 95. Uji ANOVA, pada berat kering daun sawi memiliki nilai 12.193 3.01, hal ini menunjukan bahwa perlakuan dalam pemberian volume pupuk cair sabut kelapa yang berbeda-beda memberikan pengaruh positif terhadap berat kering daun tanaman sawi hijau secara signifikan Hi diterima Lampiran 14. Uji Anova menunjukan hasi yang signifikan maka dapat dilanjutkan dengan uji Post Hoc dengan menggunakan uji Tukey HSD. Rata-rata berat kering daun Perlakuan 1 lebih tinggi 0,85 gram dari Perlakuan 2, lebih tinggi 0,77 gram dari perlakuan 3, dan lebih tinggi 1.03 gram dari kontrol. Hal ini menunjukan bahwa tanaman sawi hijau pada kontrol memiliki berat kering paling rendah yaitu 0,26 lebih rendah dari perlakuan 3 Lampiran 14. Kandungan nitrogen, kalium, kalsium, dan magnesium dari pupuk cair sabut kelapa mampu diserap dan dimanfaatkan secara maksimal oleh tanaman sehingga pertumbuhan vegetatifnya akar, batang, dan daun terpacu menjadi lebih baik. Nitogen merupakan unsur hara yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman, karena berfungsi sebagai pembentuk klorofil, protein, lemak, dan persenyawaan organik lainya. Menurut Lingga 1986, dalam Nathania, dkk 2012:81 meningkatnya jumlah klorofil mengakibatkan laju fotosinteis ikut meningkat sehingga pertumbuhan tanaman menjadi cepat dan maksimal Sebaliknya pada konsentrasi hara yang terlalu tinggi justru menyebabkan terjadinya kerusakan pada organ tanaman, terutama akar. Hal ini disebabkan karena akar tanaman mengalami plasmolisis, pada larutan yang berkosentrasi tinggi larutan menjadi pekat sehingga sel akar akan kehilangan turgornya. Apabila volume kandungan sel dalam akar tanaman terus berkurang, juga dapat menyebabkan plasmolisis. Fitter dan Hay 1994:412, menyatakan terjadinya plasmolisis yang terus menerus akan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan fisiologis. Apabila kar mengalami kerusakan fisiologis maka akar tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam menyerap unsur hara dan air, serta dalam menstranslokasikan ke bagian-bagian tanaman yang membutuhkan seperti batang dan daun. Terganggunya proses metabolisme pada tanaman sawi dapat menurunkan proses fotosintesis sehingga bagian daun tidak mendapatkan cukup unsur hara. Hal ini dapat dilihat dari berat kering tanaman sawi hijau terendah yaitu pada perlakuan 3 dan kontrol. Pada kontrol diperoleh hasil berat kering yang rendah karena rendahnya unsur hara yang terkandung didalam tanah seperti nitrogen, kalium, phospor, dll. Sehingga menghambat laju fotosinntesis dan pertumbuhan vegetatif tanaman yang berpengaruh pada rendahnya berat kering tanaman sawi hijau. Sedangkan pada perlakuan 3, dengan volume pupuk cair paling tinggi yaitu 300 mll, diduga melebihi batas optimum penambahan unsur hara. Sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman yang berdampak pada rendahnya berat kering tanaman sawi hijau. Menurut Buckman dan Brady 1982 dalam Nathania, dkk 2012:82, bahwa pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh jumlah unsur hara yang tersedia di tanah. Jika keseimbangan unsur hara terganggu dapat mengakibatkan terjadinya penekanan depressing effect oleh salah satu unsur hara terhadap unsur hara lainya dan terjadi akumulasi salah satu unsur hara dalam tanaman. Akar merupakan salah satu bagian vital tanaman, karena sangat berpengaruh dalam pengambilan unsur hara dan air. Berat kering oven tertinggi diperoleh pada perlakuan 1 dengan volume pupuk cair sabut kelapa 100 mll. Tingginya berat kering tanaman mencerminkan pertumbuhan vegetatif tanaman yang baik pula, karena tanaman dapat menyerap unsur-unsur hara dan air di dalam tanah dengan optimal sesuai dengan kebutuhan nutrisinya. Dengan terjadinya proses fotosintesis yang optimal karena dukungan berbagai unsur hara dan organ tumbuhan, akan menghasilkan karbohidrat yang lebih banyak pula sebagai bahan kering tanaman. Hasil suatu tanaman ditentukan oleh kegiatan yang berlangsung dalam sel dan jaringan tanaman. Daun merupakan organ vital tanaman karena pada bagian ini terjadi proses fotosintesis. Sitompul dan Guritno 1995 Nathania, dkk 2012:83, menyatakan bahwa jumlah radiasi yang diintersepsi oleh tanaman tergantung pada luas daun total yang terkena cahaya matahari, yang dapat mempengaruhin fotosintat yang dihasilkan. Apabila jumlah fotosintat yang dihasilkan semakin besar, maka akan berpengaruh pada berat kering daun yang dihasilkan.

E. Keterbatasan Dalam Penelitian

Penelitian penggunaan sabut kelapa sebagai pupuk cair organik dalam penelitian ini dipusatkan pada volume, maka akan lebih baik jika dilanjutkan dalam pengujian dosis pupuk cair organik sabut kelapa. Selain itu pengaruh waktu atau lamanya fermentasi sabut kelapa juga akan mempengaruhi kadar hara pada pupuk cair sabut kelapa. Sehingga perlu adanya penelitian lanjutan. Selama penelitian berlangsung hambatan yang dialami peneliti adalah keterbatasan alat. Dimana dalam penelitian ini tidak dilakukan uji pH pupuk cair organik sabut kelapa yang telah dibuat, serta tidak memakai pH meter untuk mengukur kelembaban pH tanah yang digunakan dalam penelitian. Selain itu kondisi tanaman sawi hijau yang diserang hama dan penyakit juga menjadi kendala, sehingga perlu dilakukan penyulaman.