masing-masing kelompok,
dan memberikan
pesan-pesan untuk
memperkuat dampak intervensi Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2014.
Menurut Modul yang dibuat oleh Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, pelaksanaan CBIA dapat diikuti oleh seluruh kalangan masyarakat dan
memiliki kriteria mempunyai kemampuan baca tulis dan dapat berkomunikasi dengan baik. Fasilitator dapat seorang petugas kesehatan, mahasiswa farmasi,
mahasiswa kedokteran, atau orang dari lingkungan yang akan diintervensi. Sebelum bertugas, fasilitator harus menjalani pelatihan agar menguasai semua
permasalahan.
E. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditimbulkan ketika sel
pancreas tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah cukup atau ketika jaringan tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan produk insulin IDF,
2014.
1. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologis diabetes mellitus menurut American Diabetes Associastion
ADA 2003 aitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2,
diabetes mellitus tipe lain dan diabetes gestasional.
a. Diabetes melitus tipe 1. Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh
pengrusakan autoimun pada sel sel beta pankreas. Diabetes
melitus tipe ini biasanya terjadi pada anak-anak, remaja dan dapat ditemukan pada berbagai usia. Umumnya pada anak-anak
atau usia muda pengrusakan sel-sel beta pankreas lebih cepat sehingga menyebabkan ketoasidosis, sedangkan pada orang
dewasa untuk mencegah terjadinya ketoasidosis, seringkali pengeluaran insulin harus dijaga Dipiro, Talbert, Yee, Matzke,
Welss, dan Posey, 2008 b.
Diabetes mellitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan terjadinya resistensi dan berkurangnya sekresi insulin secara
progresif dari waktu ke waktu. Sebagian besar pasien dengan diabetes melitus tipe 2 menunjukkan adanya obesitas abnormal
yang menyebabkan resistensi insulin. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 juga terjadi hipertensi, dislipidemia dan
peningkatan inhibitor
plasminogen activator
-1 PAI-1.
Ketidaknormalan ini meningkatkan komplikasi makrovaskular Dipiro dkk, 2008.
c. Diabetes tipe lain. Tipe diabetes melitus lainnya yaitu
disebabkan oleh cacat genetik pada sel β, cacat genetik fungsi kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas seperti cystic fibrosis
dan induksi kimia atau obat seperti pengobatan HIVAIDS atau transplantasi organ ADA, 2012.
d. Diabetes mellitus gestasional. Diabetes melitus gestasional yaitu
terjadinya intoleransi glukosa yang terjadi selama kehamilan.
Kadar gula darah akan kembali normal paska melahirkan, namun 30-50 akan menjadi diabetes melitus tipe 2 atau
berlanjut menjadi intoleransi glukosa. Deteksi klinis penting untuk melakukan terapi agar mengurangi resiko morbiditas dan
mortalitas perinatal Dipiro dkk, 2008. 2.
Faktor risiko
Beberapa faktor risiko diabetes melitus, yaitu: a.
Usia. Sousa 2009 menjelaskan bahwa sebagian besar pasien diabetes Melitus tipe 2 sering terjadi pada pasien di atas usia 45
tahun dikarenakan proses menua yang mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologi dan biokimia. Penelitian antara umur dengan
kejadian diabetes melitus menunjukan adanya hubungan yang signifikan. Kelompok umur 45 tahun merupakan kelompok yang
kurang berisiko menderita diabetes melitus Tipe 2. Risiko pada kelompok ini 72 lebih rendah dibanding kelompok umur ≥45
tahun. Pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30 dan memicu terjadinya resistensi insulin Trisnawati dan Setyorogo,
2013. b.
Jenis kelamin. Berdasarkan analisis antara jenis kelamin dengan kejadian diabetes melitus Tipe 2, prevalensi kejadian diabetes
melitus Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Wanita
lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar Trisnawati
dan Setyorogo, 2013. Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sousa 2009, bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 lebih banyak
terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini karena adanya persentase timbunan lemak badan pada wanita yang
lebih besar sehingga dapat menurunkan sensitifitas kerja insulin pada otot dan hati.
c. Lama menderita diabetes melitus. Lama pasien menderita diabetes
melitus dikaitkan dengan komplikasi kronik yang menyertainya. Semakin lama pasien menderita diabetes melitus dengan kondisi
hiperglikemia, maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya komplikasi kronik karena adanya kadar glukosa darah yang
abnormal Waspadji, 2009. d.
Penyakit penyerta. Penyandang diabetes melitus mempunyai risiko untuk terjadinya penyakit jantung coroner dan penyakit pembuluh
darah otak 2 kali lebih besar, 5 kali lebih mudah menderita ulkusgangrene, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal
dan 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina daripada pasien non diabetes melitus. Jika sudah diserai dengan
penyakit penyerta maka usaha untuk menyembuhkan melalui pengontrolan kadar glukosa darah dan pengobatan penyakit tersebut
kearah normal akan sulit, kerusakan yang sudah terjadi umumnya akan menetap Waspadji, 2009.
3. Gejala dan tanda