2. Perizinan
Tahap perizinan dimulai dengan mengajukan permohonan izin dan proposal penelitian ke Pemerintah Kota Yogyakarta bagian Dinas Perizinan.
Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan izin penelitian dengan mengeluarkan surat izin penelitian nomor 0703466. Subyek penelitian yang dilibatkan adalah
masyarakat Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta, maka proses perizinan dilanjutkan ke kantor Kecamatan Tegalrejo. Responden yang terlibat dalam
penelitian ini mengisi informed consent sebagai bentuk kesediaannya untuk mengikuti penelitian.
3. Penelusuran data populasi
Penelusuran data populasi dilakukan di kantor Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta. Informasi yang didapat adalah terdapat Komisi Lanjut Usia yang
merupakan perkumpulan bagi penduduk lansia di Kecamatan Tegalrejo. Peneliti kemudian menghubungi pengurus Komisi Lansia untuk membantu mencari ibu-
ibu lansia yang bersedia mengikuti penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
4. Pembuatan kuesioner
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner hasil pengembangan kuesioner yang sebelumnya telah tervalidasi dan telah digunakan dalam penelitian
yang mirip oleh Hartayu pada tahun 2012. Peneliti kemudian melakukan uji validitas, uji pemahaman bahasa dan uji reliabilitas terhadap kuesioner
pengembangan yang digunakan yang disesuaikan dengan responden pada penelitian ini yaitu ibu-ibu lansia.
a. Uji validitas instrumen. Pada kuesioner yang sudah dikembangkan
kemudian dilakukan uji validitas terhadap kuesioner tersebut. Uji validitas kuesioner pengembangan yang digunakan adalah validitas
isi Content Validity. Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa kuesioner yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan responden terkait diabetes melitus Sugiyono, 2008. Validitas isi kuesioner ini
ditentukan oleh sejauh mana isi kuesioner mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep Effendi dan Tukiran,
2012. Menurut Sugiyono 2008, untuk menguji validitas kuesioner, dapat digunakan pendapat dari ahli professional judgment. Uji
validitas pada penelitian ini melibatkan apoteker yang memahami diabetes melitus. Apoteker memberikan rekomendasi penambahan
aitem kuesioner, perbaikan pada beberapa kata yang digunakan dalam kuesioner, penegasan pernyataan pada kuesioner dan
penyederhanaan pernyataan pada kuesioner. Hasil pengujian validitas kuesioner yang diujikan ditampilkan pada lampiran 2-16.
Setelah pengujian dari ahli, kemudian dilakukan uji korelasi aitem total untuk mengetahui apakah aitem dalam kuesioner
mampu mengukur atribut yang sama dengan atribut yang secara keseluruhan diukur dalam tes tersebut. Uji korelasi aitem total
dilakukan dengan mengkorelasikan jumlah skor aitem kuesioner dengan skor total. Uji korelasi aitem total dilakukan dengan
korelasi Point-Biserial dan korelasi Pearson Product Moment. Uji korelasi Point-Biserial digunakan untuk menyeleksi aitem dengan
data dikotomus skoring 0 dan 1 sedangkan uji korelasi Pearson Product Moment
digunakan pada aitem yang diberi skor kontinyu Azwar, 2011. Hasil uji korelasi aitem total dapat dilihat pada
lampiran 17. pada aitem yang memiliki nilai korelasi ≥0,20 layak
dipertahankan Supratiknya, 2014. b.
Uji pemahaman bahasa. Setelah aitem-aitem kuesioner dinyatakan layak secara konten, kemudian peneliti melakukan uji pemahaman
bahasa. Uji pemahaman bahasa dilakukan pada 30 lay people yang bukan merupakan subyek dalam penelitian ini. Uji ini dilakukan
dengan memberikan kuesioner pengembangan yang sudah divalidasi kepada lay people. Lay people diminta membaca setiap pernyataan
dalam kuesioner untuk menyatakan apakah pernyataan tersebut dapat dimengerti atau tidak dan apakah petunjuk pengerjaan kuesioner
sudah jelas atau belum. Lay people diminta memberi tanda centang pada kolom mengerti pada kuesioner jika pernyataan sudah dapat
dimengerti dan memberi tanda centang pada kolom tidak mengerti jika pernyataan pada kuesioner belum jelas atau belum dapat
dimengerti dan melingkari kata atau istilah yang dianggap sulit dimengerti oleh masing-masing Lay people.
Dari hasil uji pemahaman bahasa yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa aitem dalam
kuesioner yang dinilai sulit untuk dipahami. Pada aspek pengetahuan, aitem yang dinilai sulit adalah aitem nomor 2, 3, dan 7
pada kuesioner pretest dan aitem nomor 2 dan 8 pada kuesioner posttest.
Pada aspek sikap, aitem yang dinilai sulit adalah aitem nomor 10 pada kuesioner pretest dan posttest. Pada aspek tindakan,
aitem yang dinilai sulit adalah aitem nomor 10 pada kuesioner pretest
dan posttest. Resume lengkap hasil uji pemahaman bahasa pada Lay people disajikan secara lebih lengkap pada lampiran 18.
Aitem yang dinilai sulit kemudian diperbaiki struktur kalimat dan pemilihan katanya menjadi yang lebih sederhana. Salah satu
perbaikan yang dilakukan yaitu pada kalimat “Putus obat tidak dapat
meningkatkan kadar gula darah” istilah “putus obat” diganti menjadi “Tidak mengkonsumsi obat DM”. Setelah aitem-aitem dalam
kuesioner diperbaiki, kuesioner di kembalikan lagi pada responden. Pada pengujian pemahaman bahasa yang kedua tidak ditemukan
respon negatif sehingga semua aitem pada kuesioner dapat dilanjutkan ke tahap uji reliabilitas.
c. Uji reliabilitas instrumen. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama Sugiyono, 2008. Pada
penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach dengan taraf kepercayaan 95. Uji ini dilakukan pada 30 orang ibu-ibu
lansia di RT 07 Kepuh Sari Sleman Yogyakarta dan di Gereja
Kristen Indonesia Gajayan Yogyakarta. Kuesioner dinyatakan reliabel jika sudah memberikan nilai koefisien Cronbach Alpha
0,60 Budiman dan Riyanto, 2013.
Tabel III. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Variabel Nilai α
Pengetahuan
Pretest 0.67
Posttest 0.70
Sikap
Pretest 0.60
Posttest 0.65
Tindakan
Pretest 0.68
Posttest 0.68
5. Pelaksanaan intervensi