variasi demografi seperti umur dan jenis kelamin. Faktor pemungkin merupakan faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik dan yang termasuk didalamnya
adalah sarana dan prasarana. Faktor pendukung adalah faktor yang meliputi sikap dan perilaku orang penting di masyarakat Green dan Keuter, 2000.
3. Pengukuran tindakan
Pengukuran tindakan dilakukan melalui 2 metode yaitu langsung dan tidak langsung. Metode langsung adalah peneliti langsung mengamati atau
mengobservasi perilaku subyek yang diteliti. Untuk melakukan metode langsung dapat dilakukan dengan mengingat kembali melalui orang ketiga yang dekat
dengan subyek dan melalui indikator. Metode tidak langsung adalah peneliti tidak secara langsung mengamati perilaku orang yang diteliti yakni dengan wawancara
atau penyebaran kuesioner terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu. Notoatmodjo, 2010. Tingkat tindakan baik apabila
jawaban responden benar antara 76-100, tingkat tindakan cukupsedang apabila jawaban responden benar antara 56-75 dan tingkat tindakan kurang apabila
jawaban responden benar 56 Nursalam, 2013.
D. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan
Tindakan
Untuk meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan informasi-informasi kepada masyarakat. Pemberian informasi kepada masyarakat
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan pemberian informasi secara lisan dan pemberian informasi secara tulisan. Pemberian infromasi secara lisan
diakukan secara langsung antara dua orang atau lebih yang berhadapan melalui suatu pertemuan atau percakapan yang terjadi antara mereka. Contoh pemberian
informasi secara lisan yaitu ceramah, dialog, diskusi dan seminar. Pemberian informasi secara tulisan dilakukan secara tidak langsung, melalui perantara dan
tidak terjadi interaksi, pertemuan, ataupun percakapan antara dua orang atau lebih. Pemberian informasi ini biasanya ditulis dan disebarkan kepada seluruh
masyarakat, contohnya: Brosur, majalah, koran dan poster Priani, 2009. Untuk meningkatkan sikap dan tindakan masyakarat dapat dilakukan
dengan memberikan pendidikan kesehatan. Salah satu upaya pemberian pendidikan kesehatan adalah melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok adalah dengan metode
ceramah dan diskusi. Pada metode ceramah dan diskusi dapat terjadi proses perubahan sikap kearah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling
tukar pengalaman sesama sasaran Notoatmodjo, 2007. Dalam penelitiannya, Lubis 2013 menyatakan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan metode
diskusi dapat meningkatkan sikap masyarakat tentang kebiasaan hidup bersih dan sehat, dan metode penyuluhan yang paling efektif digunakan untuk meningkatkan
sikap masyarakat adalah melalui metode diskusi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Firstya 2010, tindakan masyarakat dapat ditingkatkan melalui
pendidikan kesehatan dengan metode ceramah. Metode lain yang terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
tindakan masyarakat adalah metode CBIA. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Hartayu 2012, disebutkan bahwa metode CBIA terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pola hidup sehat pada penderita
diabetes melitus tipe 2. Metode CBIA adalah metode yang digunakan untuk public education
yang menekankan pada peran aktif peserta edukasi dalam mencari informasi. Tujuan dari CBIA adalah untuk memberdayakan peserta untuk mencari dan kritis
menilai informasi tentang pengobatan mereka. Metode CBIA juga bertujuan untuk menumbuhkan
sikap kritis
dari peserta
edukasi sehingga
timbul motivasikeinginan untuk melakukan sesuatu, baik berupa motivasi dari
luarkeluarga maupun motivasi dari dalam individu sendiri, sehingga fasilitator hanya berfungsi sebagai motivator atau pendorong agar minat dan potensi peserta
dapat berkembang Hartayu dkk, 2012 dan Suryawati, 2012. Berbeda dengan kegiatan edukasi atau pelatihan pada umumnya, kegiatan
edukasi masyarakat dengan metode CBIA dilaksanakan dengan cara melibatkan peserta secara aktif. Metode CBIA secara signifikan dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman peserta dibandingkan dengan metode ceramah dan tanya jawab presentasipenyuluhan. Dengan metode CBIA, peserta mengingat
dengan lebih baik, karena dilakukan secara aktif dan visual melalui pengamatan secara langsung. Tutor dan fasilitator hanya berperan sebagai pemandu dalam
diskusi, sedangkan informasi lebih lanjut yang dibutuhkan dapat disampaikan oleh Narasumber yang diundang. Narasumber dapat didatangkan dari profesi apoteker
yang telah berpengalaman Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2014.
Salah satu kegiatan CBIA yang telah dilakukan adalah mengenai self- medication
. Dalam kegiatan CBIA mengenai self-medication peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 6-8 orang. Kegiatan yang dilaksanakan
dibagi menjadi 3 tahap yaitu: 1.
Kegiatan 1 Kelompok Setiap kelompok dibagikan paket obat tertentu yang telah
disiapkan, lalu peserta diminta untuk : a.
Mengamati kemasan obat dan mempelajari informasi yang tertera yaitu nama dagang, nama bahan aktif, dosiskekuatan bahan aktif,
bahan aktif utama dan tambahan pada obat kombinasi. b.
Mengelompokkan obat berdasarkan bahan aktif, bukan berdasarkan indikasi.
c. Mendiskusikan hasil pengamatan di atas.
2. Kegiatan 2 Kelompok
Tahap kegiatan ini bertujuan agar peserta berlatih mencari informasi dari kemasan, dengan cara meneliti setiap tulisan yang tersedia
pada produk. Beberapa sediaan obat dalam bentuk cairan seperti sirup, eliksir, obat tetes atau obat luar berupa krim dan salep, disertakan brosur
dari pabrik sebagai informasi produk. Sedangkan sediaan tablet dalam kemasan obat bebas over the counterOTC seringkali hanya
menyediakan informasi produk pada kemasan terluar. Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan
sebagai dasar melakukan self-medication, yaitu nama bahan aktif, indikasi, aturan penggunaan, efek samping dan kontraindikasi.
Peran fasilitator dalam tahap ini cukup besar, untuk mendorong semua kebutuhan informasi, yakni 5 lima komponen utama informasi
ditemukan secara lengkap. Dalam kegiatan ini digunakan lembar kerja yang telah disediakan dengan jumlah lembar kerja yang tidak perlu
dibatasi. Kelengkapan pengisian lembar kerja diharapkan dapat memacu aktifitas peserta pada tahap selanjutnya. Dengan dipimpin ketua kelompok,
pencarian informasi
dilakukan secara
bersama-sama, sambil
membandingkan kelengkapan informasi dari satu nama dagang dengan
nama dagang yang lain. Walaupun kegiatan ini dilakukan dalam kelompok, namun tiap peserta harus mencatat untuk keperluan sendiri.
Sambil mencatat informasi, peserta sekaligus dapat menelaah secara
sederhana kelengkapan dan kejelasan informasi yang disajikan pada tiap kemasan.
3. Kegiatan 3 Individual
Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk keberanian peserta mencari informasi sendiri. Perlu dipastikan dahulu bahwa lembar kerja
pada kegiatan 2 telah terisi dengan baik. Dalam tahap ini, peserta diminta untuk mengerjakan pencatatan informasi seperti kegiatan 2, terhadap obat
yang ada di rumah masing-masing. Setelah menjelaskan kegiatan 3, diskusi ditutup dengan rangkuman oleh salah satu tutor atau narasumber,
mengidentifikasi kembali temuan-temuan penting yang diperoleh di
masing-masing kelompok,
dan memberikan
pesan-pesan untuk
memperkuat dampak intervensi Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2014.
Menurut Modul yang dibuat oleh Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, pelaksanaan CBIA dapat diikuti oleh seluruh kalangan masyarakat dan
memiliki kriteria mempunyai kemampuan baca tulis dan dapat berkomunikasi dengan baik. Fasilitator dapat seorang petugas kesehatan, mahasiswa farmasi,
mahasiswa kedokteran, atau orang dari lingkungan yang akan diintervensi. Sebelum bertugas, fasilitator harus menjalani pelatihan agar menguasai semua
permasalahan.
E. Diabetes Melitus