85
3.2.4 Mira W.
Mira W. adalah penulis novel Indonesia yang sangat terkenal karena hampir seluruh novel karyanya telah diadaptasi menjadi film atau
sinetron ini memiliki nama asli Mira Wijaya. Ia lahir dan besar di Jakarta, menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Novelis yang sekaligus berprofesi sebagai dokter ini bertugas di Universitas Prof. Dr. Moestopo sebagai staf pengajar. Mira W. sangat
menikmati ketiga profesi yang menurutnya saling berhubungan. Menjadi dokter umum yang berpraktik di universitas tempatnya mengajar,
seringkali membuahkan ide cerita yang menarik untuk diangkat dalam berbagai tulisan.
Mira W. mulai menulis cerpen di majalah-majalah ibukota pada tahun 1975. Pertama kali ia mengirimkan cerpen berjudul Bentang Kasih
langsung dimuat sebuah majalah. Hal tersebut membuat dokter umum ini semakin percaya diri menulis cerita. Cerpen-cerpennya kemudian dimuat
majalah Femina, Kartini, Dewi, dan lain-lain dengan nama M. Wijaya. Sejak tahun 1977, ia menulis cerita bersambung di majalah Dewi dengan
judul Dokter Nona Friska. Cerita bersambung tersebut kemudian dijadikan novel dengan judul Kemilau Kemuning Senja dan pernah diangkat ke
layar lebar dengan judul yang sama. Pada tahun 1978, Mira W kembali merampungkan novel kedua
dengan judul Sepolos Cinta Dini yang awalnya dimuat sebagai cerita
86 bersambung di harian Kompas lalu diterbitkan oleh Gramedia.
Selanjutnya, Mira W. sangat produktif menulis novel dengan ciri khas mengusung tokoh utama wanita tanpa bermaksud menyampaikan pesan
tertentu bagi kaumnya. Hingga kini tak kurang dari 67 novel telah lahir dari tangan dingin wanita yang tidak pernah bercita-cita menjadi penulis ini.
3.2.5 Maria A. Sardjono
Saat kecil, Maria A. Sardjono telah hidup dalam keluarga gemar membaca. Buku bukan benda langka di rumahnya. Kakek Maria adalah
teman Marah Rusli, penulis roman Siti Nurbaya. Ia telah hidup dalam lingkungan yang mendukung kepenulisan sejak kecil.
Wanita kelahiran 22 April 1945 ini mulai menulis sejak SMP. Saat itu banyak tulisan-tulisannya hanya tersimpan di laci meja. Baru setelah
seorang teman berkunjung kerumahnya dan membaca sebuah cerpen, ia menyarankan agar Maria mengirimkan cerpen-cerpen tersebut ke
beberapa majalah. Ternyata cerpen-cerpennya diterima pihak redaksi dan tak ada yang dikembalikan. Sejak saat itu ia telah banyak merampungkan
novel dengan tema cinta. Maria mengaku tak pernah mampu menulis cerita bergenre horor, sebaliknya ia sangat menikmati tulisan-tulisannya
dalam kisah bertema cinta dua insan manusia. Wanita yang pada tahun 2004 telah menyelesaikan studi S2 di bidang filsafat humaniora ini telah
merampungkan 85 novel selama 30 tahun kiprahnya dalam ranah kepenulisan.
87
3.2.6 Hilman Hariwijaya