Balada Si Roy: Joe Karya Gola Gong

63

3.1.8 Balada Si Roy: Joe Karya Gola Gong

Balada Si Roy adalah novel yang ditulis oleh Gola Gong, nama pena dari Heri Hendrayana Harris. Sekitar tahun 2003, adaptasi novel Balada Si Roy dijadikan sinetron oleh PT. Indika Entertainment di RCTI dengan judul Petualangan si Roy. Awal Maret 1988, episode pertama seri petualangan Balada Si Roy dimuat majalah “Hai”. Selanjutnya, serial petualangan “Balada Si Roy” ini menjadi cerita bersambung di majalah yang sama dan digemari oleh pembacanya. Bulan Juni 1989, Gramedia Pustaka Utama menerbitkannya sebanyak 10 judul: Joe, Avonturir, Rendez-vous, Bad Days, Blue Ransel, Solidarnos, Telegram, Kapal, Traveler, dan Epilogi. Serial petualangan Balada Si Roy ini telah mengalami cetak ulang hingga beberapa kali. Secara umum, Balada Si Roy adalah novel yang menggunakan bahasa remaja dan mengangkat realita kehidupan dengan Roy sebagai tokoh utama yang senang bertualang ke berbagai tempat. Kisah Balada Si Roy diawali dengan kisah Roy yang memiliki anjing peliharaan pemberian ayahnya bernama Joe. Suatu ketika Joe mati dibunuh oleh kelompok remaja “Borsalino” saat Roy berkelahi dengan kelompok remaja tersebut. Sejak itulah, Roy merasa sangat terpukul atas kematian Joe dan berubah menjadi seorang remaja yang brutal. Untuk menghilangkan rasa rindunya terhadap Joe, Roy memutuskan diri untuk menjadi seorang pengembara. Demikian awal cerita petualangan Balada Si Roy hingga episode selanjutnya mengisahkan pengembaraan Roy di berbagai tempat: mulai 64 dari daerah di Indonesia, hingga Negara di Asia seperti India pada novel terakhir “Balada Si Roy: Epilog”. Novel pertama Balada Si Roy: Joe mengisahkan Roy, remaja yang masih duduk di bangku SMA dan memiliki anjing peliharaan pemberian ayahnya bernama Joe. Suatu ketika Joe mati dibunuh oleh kelompok remaja Borsalino karena Roy mendekati Ani, gadis cantik murid baru di sekolahnya. Sejak itulah, Roy merasa sangat terpukul atas kematian Joe dan berubah menjadi seorang remaja yang brutal. Ibu Roy begitu sedih mendapati anak yang telah dibesarkannya memakai obat-obatan untuk mengatasi kematian Joe. Roy melalukan petualangan cinta dengan beberapa gadis cantik. Gadis pertama yang singgah dalam hidup Roy adalah Ani. Saat Ani dan Roy mengajak Joe bermain-main di laut, kawanan Borsalino membunuh Joe. Sejak saat itu, Roy tak lagi dekat dengan Ani. Namun Ani tetap menjadi Dewi Venus bagi Roy. Luka yang menyayat hatinya juga disebabkan oleh makhluk yang bernama perempuan. Itulah awal kisah yang mengantarnya pada petualangan cinta dengan gadis-gadis di luar sana. Salah satu gadis yang terpesona dengan aura seorang Roy adalah Dewi. Saat Dewi menyatakan cintanya, sebagai lelaki Roy menolak dengan halus dan tetap membuat Dewi mencintainya sepenuh hati. Dewi pindah ke Maluku. Ani kembali mewarnai kisah hidup Roy yang telah lebih dewasa. Petualangan Roy mengarungi kehidupannya membuat Roy semakin mantap menjadi seorang lelaki. Kehilangan demi kehilangan jiwa 65 yang dikasihinya menjadikan Roy semakin kuat, juga ketika Andi, sahabatnya, meninggal. Di mata Ani, Roy kini telah lebih dewasa. Yang menarik dari petualangan Roy adalah jati diri dan prinsip yang dipegangnya dalam menghadapi kehidupan. Semangat juang agar tidak mudah putus asa dan motivasi menjalani pahit getir kehidupan ditawarkan novel ini. Balada Si Roy menyuguhkan realita yang perih dan bagaimana seorang pemuda bernama Roy menghadapinya. Gejolak batin dipaparkan sehingga menyentuh hati pembaca. Juga romansa kisah cinta Roy dengan gadis-gadis yang ditemuinya dalam petualangan menjelajah pulau-pulau lain. Dalam setiap pembuka judul yang terdapat dalam novel ini, Gola Gong selalu mengawali kisahnya dengan bait-bait sajak. Sajak tersebut menjadi semacam pengantar bagi pembaca untuk mengawali cerita. Hal tersebut merupakan salah satu ciri Balada Si Roy yang tetap memperhatikan estetika kata. Sebuah novel yang menawarkan perihnya cobaan dan rintangan dalam kehidupan Roy dan berbagai hikmah yang tersembunyi di balik kisah kasihnya. 3.1.9 Ms. B: “Will You Marry Me?” Karya Fira Basuki