50 mahasiswa
dalam menuntut
Tritura. Nasakom
dianggap gagal
menyatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Novel ini tidak hanya menceritakan kisah cinta yang seringkali
mendominasi tema novel tahun 70-an. Unsur sejarah yang diangkat juga merupakan hal yang sangat perlu diungkap. Ada juga diskriminasi etnis
Tiong Hoa dalam novel ini namun tidak menjadi konflik utama yang diangkat Marga T. Harga sembako yang meningkat, kesulitan mencari
bahan makanan dan segelintir permasalahan sosial lain juga melatari kondisi perekonomian saat itu.
3.1.4 Merpati Tak Pernah Ingkar Janji Karya Mira W.
Merpati Tak Pernah Ingkar Janji adalah novel yang ditulis oleh Mira W. dan terbit pertama kali pada tahun 1984. Penulis bernama asli Mira
Wijaya yang lahir dan besar di Jakarta ini menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Ia juga berprofesi sebagai staf
pengajar merangkap dokter di Klinik Karyawan dan Mahasiswa Universitas Prof. Dr. Moestopo Jakarta.
Novel Merpati Tak Pernah Ingkar Janji diterbitkan Gramedia Pustaka Utama dan telah dicetak ulang sebanyak tujuh kali hingga tahun
2004. Novel ini kemudian diangkat ke layar lebar pada tahun 1986 dengan pemeran utama Paramitha Rusady sebagai Maria dan Adi Bing Slamet
sebagai Guntur. Film berkategori drama keluarga yang berdurasi 104
51 menit ini cukup sukses pada masanya. Istimewanya, hampir semua novel
Mira W. pernah diangkat menjadi film atau sinetron. Seperti novel Mira W. pada umumnya, Merpati Tak Pernah Ingkar
Janji mengedepankan tokoh wanita dengan berbagai konflik yang dihadapinya. Maria, tokoh utama dalam novel ini adalah seorang gadis
yang dipingit oleh ayahnya untuk dipersembahkan kepada Tuhan sebagai biarawati. Ayahnya over protective dalam menjaga Maria. Sebagai calon
biarawati, Maria harus suci karena kehidupannya akan diabdikan kepada Tuhan. Perjalanan hidup penuh liku membawanya pada keikhlasan
menjadi seorang biarawati. Maria, gadis misterius yang kurang pergaulan berubah menjadi suster yang dewasa dan bijaksana di akhir cerita. Judul
Merpati Tak Pernah Ingkar Janji merupakan refleksi kehidupan Maria. Merpati identik dengan warna bulu yang putih bersih. Maria digambarkan
sebagai seorang wanita bersih tanpa noda yang menepati janji Ayahnya untuk menjadi biarawati.
Disamping tema cinta, novel ini bertema utama religius. Konflik batin yang mendera Maria merupakan pertentangan antara kehidupan
remaja yang menggodanya dan pengabdian diri kepada Tuhan untuk menjadi biarawati. Tema religius tersebut menjadikan Merpati Tak Pernah
Ingkar Janji berbeda dengan novel tahun 80-an pada umumnya yang seringkali bertemakan cinta.
Kisah novel ini diawali dengan masuknya Maria ke sekolah SMA khusus wanita. Memasuki dunia sekolah merupakan hal yang sama sekali
52 baru bagi Maria karena sampai SMP ayahnya memanggil guru untuk
mengajar Maria di rumah dan mengikuti ujian Negara untuk mendapat ijazah. Maria tumbuh menjadi gadis yang kurang pergaulan. Hal tersebut
disebabkan Pak Handoyo, ayah Maria, berpikiran sangat kolot dan kaku. Ia bahkan disebut sebagai orang aneh di sekolah barunya. Di umurnya
yang ke 16, Maria tidak memiliki kepercayaan diri seperti teman-teman yang lain. Matanya selalu menyorotkan ketakutan yang misterius. Hanya
bibir tipis yang menggoreskan kecantikan di wajahnya. Rambut yang selalu dikepang dua membuatnya semakin terlihat kuno.
Alur mundur kemudian mengungkap masa lalu kedua orangtua Maria. Ayahnya adalah seorang pastor yang menikahi biarawati. Ketika
melahirkan Maria, ibunya meninggal dunia. Ayah Maria sangat terpukul dan merasa berdosa. Untuk itu Ayahnya bersumpah menyilih dosanya
dengan mempersembahkan Maria sebagai biarawati. Konflik pertama dimulai saat Maria harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang sama sekali tak pernah dikenalnya. Teman-teman Maria mengucilkannya. Ia sering menjadi bahan ejekan di sekolah barunya.
Beruntung, Elita berbaik hati mau berteman dengan Maria. Perilaku teman-teman Maria berangsur membaik saat pertandingan
voli antarsekolah, Maria mengantarkan tim sekolahnya menjadi juara. Itulah saat pertama kali Maria bertemu dengan Guntur, pria dari sekolah
berbeda yang dikenal sebagai play boy. Guntur sangat ingin mendekati Maria dan berusaha mengubahnya menjadi gadis normal pada umumnya.
53 Berbagai upaya dilakukan Guntur dan teman-teman Maria untuk
menjadikannya gadis normal seperti teman-teman wanita lainnya. Namun usaha Guntur untuk mendekati Maria berakhir tragis. Tanpa
deskripsi yang jelas tentang dari mana Pak Handoyo mengetahui rumah Guntur, tiba-tiba Pak Handoyo telah sampai di sana. Terjadi perkelahian
sebelum akhirnya Guntur tertembak senapan Pak Handoyo. Kisah mengharukan berakhir dengan janji yang ditepati oleh Maria. Saat Guntur
di ambang kematian, Maria berdoa kepada Tuhan untuk menukar dirinya dengan nyawa Guntur.
Tujuh belas tahun kemudian saat Maria telah menjadi seorang suster di sebuah rumah sakit kecil di lereng pegunungan milik sebuah
yayasan Katolik. Secara kebetulan, Maria, Guntur dan Pak Handoyo bertemu karena kecelakaan di sebuah jembatan. Maria telah menjadi
seorang suster yang dewasa dan bijaksana. Maria telah menemukan hidupnya di rumah sakit kecil itu. Guntur bertekad mendampingi Maria
seumur hidupnya dalam menunaikan tugas. Mereka percaya tidak semua cinta harus diakhiri dengan pernikahan. Ada tujuan yang lebuh luhur
selain menikahi orang yang dicintai. Tema pengorbanan yang sangat menarik dan penting untuk
diangkat menjadikan novel ini memiliki pesan moral yang tinggi dalam mengkritik pergaulan anak sekolah pada zaman itu.
54
3.1.5 Tiga Orang Perempuan Karya Maria A. Sardjono