32 populer, novel ini berhasil memenangi Sayembara Dewan Kesenian
Jakarta pada tahun 1975. secara kualitas, Raumanen juga banyak dipuji. Sebuah artikel yang ditulis Sihar Ramses Simatupang berjudul
‘Memorabilia” Novelis Marianne Katoppo Menelisik ”Raumanen” sampai ”Anggrek tak Pernah Berdusta”’ Sinar Harapan, edisi 24 Novemver 2007
mengutip pendapat
Meilani Budianta tentang
tentang kelebihan Raumanen.
Menurut Budianta: ”Dia Raumanen berbeda dengan struktur novel populer lainnya,
cara penceritaan di mana tokoh Monang dan Manen, diungkap bergantian. Di teks sastra dunia, penceritaan dua tokoh, yang
menghadirkan pola back tracking jalan cerita bolak-balik jelas bukan hal yang baru. Namun di antara novel pop, bahkan di novel
sastra Indonesia masa itu, eksperimen struktur tergolong sedikit.
Sinar Harapan, 24 Agustus 2004 Pernyataan Budianta di atas menandakan bahwa eksperimentasi
struktur novel Raumanen
telah melampaui
zamannya, bahkan
dibandingkan dengan novel berkualitas sastra sekalipun. Begitu pula dengan novel Arjuna Mencari Cinta. Meskipun tergolong sebagai novel
populer, seperti diakui oleh Sumarjo 1982: 160, novel ini pantas mendapatkan pujian.
2.4 Sejarah Novel Populer
Dibandingkan dengan novel yang diasosiasikan sebagai novel serius, novel populer ternyata memiliki sejarah yang lebih panjang dalam
khasanah kesusastraan Indonesia. Salam mengatakan bahwa fenomena
33 novel populer sudah dikenal sejak tahun 1890-an. Pada masa itu, novel
populer ditulis oleh orang Cina-Melayu dengan menggunakan bahasa Melayu pasaran. Bacaan itu dimaksudkan hanya sebagai hiburan semata.
Novel bahasa Melayu pertama ditulis oleh wartawan Lie Kim Kok dalam bahasa Melayu-Cina Melayu pasaran pada tahun 1884 berjudul
Sobat Anak-Anak Sumarjo, 1982:38. Selain novel tersebut, ia juga menulis beberapa novel lagi, baik berupa karya sendiri maupun saduran
dari karya asing. Menurut Sumarjo 1982:38, terbitnya novel karya Lie Kim Kok ini memicu penerbitan novel-novel sejenis. Meskipun ruang
lingkupnya masih terbatas, novel yang kala itu masih bernama “roman pitjisan” ini dianggap menjadi cikal-bakal kelahiran novel populer.
Perkembangan novel populer kembali menghangat pada masa yang disebut sebagai masa novel-novel Medan. Hal ini dapat dipahami
karena bahasa yang berkembang di sana adalah bahasa Melayu. Menurut Sumarjo 1982: 39-40, novel Medan pada beberapa sisi masih memiliki
kesamaan dengan novel-novel Melayu-Cina. Novel-novel Medan masih menggarap cerita-cerita novel Melayu-Cina seperti drama percintaan dan
cerita mistis. Namun, meskipun memiliki kesamaan, kedua jenis novel ini
memiliki perbedaan. Novel Medan biasanya lebih pendek dan ceritanya kurang mendalam. Sementara itu, novel Melayu-Cina biasanya lebih
panjang dan mendalam karena terpengaruh pada kisah-kisah silat Cina yang panjang. Selain terpengaruh pada kisah-kisah silat Cina, novel
34 Melayu Cina juga banyak dipengaruhi oleh sastra Barat, sedangkan novel
Medan lebih banyak berorientasi pada sastra Arab. Keterpengaruhan pada kultur di luar Indonesia masih terasa sampai
pada tahun 1960-an. Menurut Sumardjo 1982: 43, meskipun tahun 1960- an ditandai sebagai masa demokrasi terpimpin dan kecenderungan
pemerintahan pada masa itu untuk menolak kultur dari Barat, bacaan- bacaan populer pada masa itu justru lebih banyak mengadopsi cerita dari
Barat. Pada masa itu, novel yang paling banyak adalah novel saduran atau terjemahan dari Barat seperti novel detektif, perang, dan spionase.
Pada masa itu pula sudah dikenal karya-karya seperti James Bond karya Ian Flemings atau novel-novel detektif karya Agatha Christie.
Memasuki tahun 1967, mulai dikenal novel populer Indonesia karya Motinggo Busye. Novel-novel Motinggo Busye sebagian besar bersetting
Indonesia dengan setting sosial kehidupan golongan menengah dan elit di Jakarta. Pada masa novel-novel Motinggo Busye ini, sambutan pembaca
kembali antusias. Memasuki tahun 1970-an, novel populer mengalami momentumnya dengan diterbitkannya novel-novel yang sampai saat ini
masih diakui keberadaannya seperti Ali Topan Anak Jalanan, Karmila, Cintaku di Kampus Biru, Cowok Komersil, dan Gita Cinta dari SMA. Pada
masa ini pula dikenal nama-nama penulis yang dikenal sampai saat ini seperti Motinggo Busye, Ashadi Siregar, Eddy D. Iskandar, Marga T., dan
Teguh Esha.
35
2.5 Perkembangan Novel Populer Mutakhir