Ashadi Siregar Marga T.

82 Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, dan Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Departemen Ilmu Politik Universitas Indonesia, namun tak ada satu pun yang selesai. Saat berkuliah di Universitas Dr. Moestopo jurusan Publistik, Teguh Esha melahirkan Ali Topan dalam bentuk cerita bersambung di majalah Stop. Ia mengaku, Ali Topan adalah refleksi dirinya sendiri yang drop out dari Universitas Trisakti karena masalah finansial. Setelah itu, Teguh Esha mengenal dunia wartawan dari abangnya Kadjat Adrai. Pada tahun 1971, bersama dengan Kadjat Adrai dan Djoko Prajitno, ia menerbitkan majalah Sonata dan menjabat Wakil Pemimpin Redaksi. Tahun 1975 bersama dengan Noorca dan Yudhistira A.N.M. Masardi ia menerbitkan Majalah Lelaki dan menjabat sebagai Pemimpin Redaksi. Latar belakang jurnalistik yang dimiliki Teguh Esha terefleksi dari karangannya yang juga bergaya jurnalis. Seperti ketika menulis Ali Topan, dipaparkan keadaan daerah Bulungan Jakarta dengan begitu mendetail sehingga fakta dan realitas terasa begitu nyata. Teguh Esha percaya bahwa sastra yang dilandasi jurnalisme memiliki ketajaman tersendiri.

3.2.2 Ashadi Siregar

Ashadi Siregar lahir di Pematang Siantar pada 3 Juli 1945. Novelis yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Gadjah Mada ini menyelesaikan pendidikan tingginya pada tahun 1970 dari universitas yang sama. Sebagai dosen pada Jurusan Publisistik Komunikasi Fakultas 83 Sosial dan Politik UGM, ia juga menjabat sebagai Lektor Kepala FISIP dan menjadi Direktur Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogya LP3Y. Selain memproduseri produksi sinetron di stasiun televisi swasta, ia juga produktif menulis buku, artikel, dan kolom untuk surat kabar dan majalah. Dari pernikahan dengan Helga K. ia dikaruniai dua orang putra, yaitu Adibanua Siregar dan Adimesa Siregar. Kepiawaiannya menulis novel mulai dituangkan Ashadi Siregar pada tahun 1974. Terbukti sukses merampungkan novel Cintaku di Kampus Biru yang langsung meledak, kedua lanjutan trilogi tersebut berturut-turut Kugapai Cintamu, dan Terminal Cinta Terakhir terbit di tahun 1975 dan 1976. Menurut Umar Kayam 1981:82, sebutan novel populer, atau novel pop mulai merebak sesudah suksesnya novel Cintaku di Kampus Biru dan Karmila di tahun 70-an. Merebaknya istilah populer tersebut membuktikan kesuksesan trilogi karya Ashadi Siregar ini. Selain trilogi Cintaku di Kampus Biru, karya populer lainnya adalah Sirkuit Kemelut, Jentera Lepas, dan Sunyi Nirmala. Empat diantaranya telah difilmkan dan menuai kesuksesan yang tak kalah dengan novelnya.

3.2.3 Marga T.

Sukses melejit dengan novel Karmila dan Badai Pasti Berlalu yang melambungkan nama Marga T., penulis kelahiran Jakarta, 27 Januari 1943, ini terus menghasilkan karya-karya yang khas “novel manis”. Novel 84 Karmila yang terbit pada Desember 1973 mewarnai segmen baru dunia novel Indonesia. Karmila datang saat pembaca haus hiburan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari dan Karmila menyuguhkan hal tersebut. Novel ini kemudian memunculkan istilah populer seperti dikatakan Umar Kayam 1981:82 sebagai pelopor novel bertajuk pop. Novelis yang sekaligus berprofesi sebagai dokter ini bernama panjang Margaretha Harjamulia. Ia seorang wanita berdarah Tiong Hoa dengan nama Tjia Liang Tjoe. Wanita yang lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti pada tahun 1975 ini mengaku enggan terkenal. Jika sudah terkenal, ia tak bebas lagi naik bis atau menonton bioskop dan akan kehilangan ide ceritanya. Cerpen pertama Marga yang berjudul “Kamar 27” terbit pada tahun 1964. Setelah itu karangan-karangannya banyak mengisi koran dan majalah-majalah di Jakarta. Novel karya Marga T. sebelum Karmila ialah Rumahku Adalah Istanaku. Setelah sukses dengan Karmila, Karmila II dan Badai Pasti Berlalu, ia juga telah melahirkan novel populer lain seperti Sebuah Ilusi, Sepotong Hati Tua, Gema Sebuah Hati, dan Edelweis. Ia dapat mewujudkan impian menjelajah Eropa dari kesuksesan novel Karmila dan Filmnya. Di sanalah, Marga terpaut pada seorang insinyur Teknik Kimia sesama lulusan Trisakti. Novelis, dokter sekaligus ibu rumah tangga ini gemar membaca tulisan apa pun di sela-sela kesibukannya. Menurutnya, seorang penulis harus mau membaca tulisan siapapun. 85

3.2.4 Mira W.