Istana Kedua Karya Asma Nadia

69 kehidupan bebas diangkat Fira dari realita yang banyak terjadi di masyarakat. Kisah cinta B dengan dua pria yang berlainan karakter terus berlanjut. Suatu ketika B datang ke kantor Matt untuk sekadar bertemu. Namun, B sangat kecewa karena mendapati Matt sedang memeluk gadis lain di kantornya. Esok paginya Mas Ugi memberi B bunga mawar merah lengkap dengan sebuah cincin yang digunakan untuk melamar. Pernikahan dalam budaya Jawa telah dipersiapkan untuk menyatukan B dan Mas Ugi dalam ikatan suci. Tragisnya, pernikahan mewah itu batal karena B kabur dengan Matt tepat di hari pernikahannya dengan Mas Ugi. Kisah yang berakhir menegangkan tersebut menjadi klimaks yang menutup cerita. Jika pembaca bertanya tentang kelanjutan bayi dalam kandungan Fifin, jawabannya mungkin ada dalam serial ketiga Ms. B: Jadi Mami. Begitu pula dengan kelanjutan kisah cinta B dengan Matt dan Mas Ugi. Cerita dalam bentuk serial seperti ini memang memungkinkan pengarang menggantung jalan cerita dengan kelanjutan pada episode berikutnya.

3.1.10 Istana Kedua Karya Asma Nadia

Istana Kedua adalah novel Asma Nadia yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2007. Asma Nadia menulis buku pertama kali pada tahun 2000 dan telah merampungkan sekitar 32 karya 70 fiksi dan nonfiksi. Novelis kelahiran 26 Maret 1972 ini mengangkat tema poligami dalam novel Istana Kedua. Awalnya, Istana Kedua adalah cerita bersambung di majalah Ummi dan untuk menjadikannya sebuah novel, Asma Nadia melakukan banyak revisi. Novel setebal 243 halaman ini mendapat penghargaan sebagai fiksi islami terbaik versi Islamic Book Fair Award 2008. Novel ini memiliki teknik penceritaan yang berbeda dengan novel biasa. Alur yang tidak linear dengan empat sudut pandang sekaligus, dibuat sengaja melompat-lompat sehingga membentuk puzzle yang harus disusun sendiri oleh pembaca. Susunan cerita yang dibangun secara puzzle tersebut memaksa pembaca untuk terus berpikir dan merupakan teknis penulisan yang membutuhkan kejelian. Poligami memang tema yang sangat menarik diperbincangkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini diangkat Asma Nadia sebagai realita yang “jujur” adanya. Tokoh-tokoh dalam novel ini juga tidak dikendalikan oleh selera pembaca. Sad ending merupakan muara kisah yang membuat pembaca bebas berinterpretasi di akhir cerita. Melalui tokoh Arini, kondisi psikologis seorang wanita yang dihadapkan pada persoalan poligami dikemas dengan indah melalui estetika diksi. Novel ini mengisahkan Arini, seorang ibu beranak tiga, yang hidup berbahagian dengan suaminya, Pras. Kebahagiaan itu mulai terusik ketika Arini menyadari adanya perubahan sikap pada diri suaminya. Ia merasa ada yang disembunyikan oleh suaminya. Kecurigaan itu terbukti ketika 71 tanpa disengaja Arini mengontak nomor telepon yang disimpan suaminya. Ternyata yang menyambut teleponnya adalah seorang perempuan yang mengaku sebagai Nyonya Pras. Konflik pada diri Arini mulai menajam. Di satu sisi, Arini belum bisa menerima kenyataan ini. Akan tetapi, di sisi lain, kepatuhannya sebagai istri membuat langkah Arini begitu berat untuk mencari kebenaran itu. Perempuan yang dinikahi Pras itu bernama Mei Rose, perempuan Tiong Hoa yang tidak pernah mendapat kebahagiaan. Pergolakan batin tokoh Mei Rose dalam menghadapi pahit getir kehidupan digambarkan dengan baik dan sangat memainkan emosi pembaca. Mei Rose mempertanyakan keberadaan Tuhan karena kehidupan yang dialaminya begitu menyedihkan, hampir tanpa kebahagiaan hingga Mei Rose merasa bahwa Tuhan tidak pernah ada. Kebahagiaan itu akhirnya datang ketika kecelakaan yang menimpa Mei Ro se, secara tidak sengaja mempertemukannya dengan Pras. Kebaikan hati Pras yang mengurusnya selama di rumah sakit membuat Mei Rose tidak ingin kehilangan Pras. Ia ingin dinikahi Pras meskipun dijadikan sebagai istri kedua. Sementara itu, kondisi psikologis Arini sangat terpukul atas perlakuan Pras terhadapnya. Kepedihan hatinya membawanya pulang ke rumah. Akan tetapi di sana dia mendapatkan jawaban atas kegundahan dan kepedihan hatinya. 72 Akhir cerita mengisahkan keikhlasan Arini dalam menerima kenyataan poligami yang dilakukan suaminya. Pembaca benar-benar digiring menuju klimaks di akhir. Asma Nadia menggunakan alur flashback campuran dengan berbagai latar kejadian dan tahun yang berbeda. Penggunaan alur yang retak-retak, latar waktu dan sudut pandang yang berbeda-beda menjadi daya tarik tersendiri dari novel ini. Pembabakan yang menarik tersebut membuktikan kejelian pengarang dalam menyusun alur cerita yang begitu pelik. Latar dan sudut pandang dikemas sedemikian rupa namun tetap berkesinambungan dan memiliki kesatuan jalan cerita yang utuh. Melalui sudut pandang orang pertama sebagai aku, Asma Nadia menggunakan tiga sudut pandang sekaligus. Arini, Mei Rose, Pras, dan Ratih: tokoh cerita berbingkai dalam novel yang dibuat Arini. Istana Kedua memiliki kekuatan dalam esensi novel dan teknik pendeskripsian yang sangat mendetail.

3.1.11 Peluang Kedua Karya Agnes Jessica