C. Pengaturan Pokok Investasi Langsung di Indonesia
1. Asas-Asas Penyelenggaraan Penanaman Modal
Hal lain yang menarik dalam Undang-Undang Penanaman Modal adalah dicantumkannya sejumlah asas yang menjiwai norma yang ada dalam undang-
undang penanaman modal. Tampaknya pembentuk undang-undang berupaya untuk menangkap nilai-nilai yang hidup dalam tatanan pergaulan masyarakat baik
di tingkat nasional maupun di dunia internasional. Artinya dengan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai forum internasional, maka berbagai nilai yang dianggap
telah menjadi norma universal diakomodasikan ke dalam hukum nasional. Di era globalisasi ini penerapan tata kelola Pemerintahan yang bersih dan baik serta tata
kelola perusahaan yang baik sudah menjadi acuan berbagai pihak dalam memberi layanan publik maupun dalam menjalankan aktivitas bisnis. Adapun prinsip dasar
yang terkandung dalam tata Pemerintahan dan tata kelola perusahaan yang baik satu di antaranya adalah adanya kepastian hukum. Demikian juga halnya dalam
Undang-Undang Penanaman Modal pun dicantumkan sejumlah asas.
46
Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa penanaman modal diselenggarakan
berdasarkan asas:
47
a. Kepastian hukum
Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan
46
Sentosa Sembiring, op.cit., hal. 132.
47
Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
b. Keterbukaan
Yang dimaksud dengan “asas keterbukaan” adalah asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal. c.
Akuntabilitas Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara
Yang dimaksud dengan “asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara” adalah asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dlam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal dari satu
negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya. e.
Kebersamaan Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah asas yang mendorong
peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
f. Efisiensi berkeadilan
Yang dimaksud “asas efisiensi berkeadilan” adalah asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan
dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
g. Berkelanjutan
Yang dimaksud dengan “asas berkelanjutan” adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui
penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun yang akan datang.
h. Berwawasan lingkungan
Yang dimaksud dengan “asas berwawasan lingkungan” adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan
mengutamakan perindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. i.
Kemandirian Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah asas penanaman modal
yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya
pertumbuhan ekonomi.
j. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional” adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan
ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional. Di samping asas-asas hukum di atas, dalam Agreement on Trade Related
Investment Measures TRIMs telah ditentukan sebuah asas, yaitu asas nondiskriminasi, yaitu asas di dalam penanaman investasi tidak membedakan
antara investasi asing maupun lokal mengingat investasi itu sendiri bersifat state borderless tidak mengenal batas negara. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa investasi yang ditanamkan oleh investor tidak dibedakan antara investasi asing dengan investasi lokal. Asas ini telah dimasukkan ke dalam pasal 3 ayat 1
huruf d Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam ketentuan ini, tidak dibedakan antara investasi asing dengan investasi
domestik.
48
Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman
modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Untuk itu, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional.
49
48
Salim HS Budi Sutrisno, op.cit., hal. 15-16.
49
Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007, Hal. 106.
2. Ketentuan Bidang Usaha