f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Penyelesaian Sengketa
Satu hal yang sering menjadi pertimbangan calon investor, jika ia ingin menanamkan modalnya di luar negeri adalah, eksistensi lembaga penyelesaian
sengketa antara investor dengan negara tuan rumah. Sebenarnya secara konvensional di negara maupun di dunia ini telah tersedia lembaga penyelesaian
sengketa yakni lembaga peradilan, yang dalam teori hukum ketatanegaraan dikenal sebagai lembaga yudikatif. Hanya saja, jika penyelesaian sengketa antara
investor dengan negara tuan rumah diselesaikan lewat lembaga peradilan ada keraguan di kalangan calon investor asing.
83
Penyelesaian sengketa dalam hal ini diatur dalam Pasal 32 UUPM yang menyatakan bahwa dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara
Pemerintah dengan penanam modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat.
84
Apabila penyelesaian sengketa melalui musyawarah dan mufakat tidak tercapai, maka penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase
atau alternatif penyelesaian sengketa atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
85
Kemudian apabila terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan
sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan kesepakatan para pihak, dan jika
83
Sentosa Sembiring, op.cit., hal 238.
84
Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
85
Pasal 32 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati, penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan.
86
Selanjutnya, dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal asing, para pihak akan menyelesaikan
sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus disepakati oleh para pihak.
87
Dalam penyelesaian sengketa berkenaan dengan penanaman modal asing di Indonesia terdapat kecenderungan bahwa pilihan forum penyelesaian sengketa
yang disepakati dipilih sebagai forum penyelesaian sengketa adalah arbitrase, bahkan negara-negara masyarakat hukum internasional telah membentuk arbitrase
khusus mengenai penyelesaian sengketa penanaman modal, dengan adanya konvensi Multilateral Investment Guarantee Agreement MIGA maupun
International Centre of Settlement of Investment Disputes ICSID demikian juga terdapat pengakuan dan penerimaan putusan badandewan arbitrase internasional
yang dapat di eksekusi di negara lain sesama peserta yang bersangkutan, misalnya konvensi New York 1958.
88
Secara teoretis, dengan diratifikasinya Konvensi New York 1958 tersebut oleh Pemerintah Indonesia, maka konvensi tersebut menjadi hukum nasional. Hal
ini berarti putusan arbitrase asing secara otomatis akan diakui dan dapat dilaksanakan di Indonesia. Namun, dalam kenyataannya, putusan pelaksanaan
arbitrase asing tersebut belum sepenuhnya berjalan sebagaimana yang diharapkan.
86
Pasal 32 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
87
Pasal 32 ayat 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
88
“Arbitrase Sebagai Penyelesaian Sengketa Dalam Penanaman Modal Asing”, http:www.scribd.com
, terakhir kali diakses tanggal 8 Januari 2011.
Hal ini tampak dari pandangan lembaga peradilan di Indonesia dalam menyikapi putusan arbitrase yang akan dijalankan di negeri ini tidak konsisten. Alasan yang
digunakan untuk menolak pelaksanaan putusan arbitrase asing bertentangan dengan kepentingan umum public policy.
89
D. Perlindungan Terhadap Investor