BAB III PENGATURAN HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL DI
INDONESIA
A. Pengertian Perjanjian Internasional
Hubungan antara hukum nasional dan hukum internasional dalam sistem tata hukum merupakan hal yang sangat menarik baik dilihat dari sisi teori hukum
atau ilmu hukum maupun dari sisi praktis. Kedudukan hukum internasional dalam tata hukum secara umum didasarkan atas anggapan bahwa hukum internasional
sebagai suatu jenis atau bidang hukum merupakan bagian dari hukum pada umumnya. Anggapan ini didasarkan pada kenyataan bahwa hukum internasional
sebagai suatu perangkat ketentuan dan asas yang efektif yang benar-benar hidup dalam kenyataan sehingga mempunyai efektif dengan ketentuan dan asas pada
bidang hukum lainnya. Bidang hukum lainnya yang paling penting adalah bidang hukum nasional.
100
Perwujudan atau realisasi hubungan-hubungan internasional dalam bentuk perjanjian-perjanjian internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-
negara di dunia ini. Perjanjian-perjanjian tersebut merupakan hukum yang harus dihormati dan ditaati oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Tidaklah berlebihan
jika dikatakan, bahwa selama masih tetap berlangsungnya hubungan-hubungan antara bangsa-bangsa atau negara-negara di dunia ini, selala itu pula masih tetap
akan selalu muncul perjanjian-perjanjian internasional. Pasang surutnya
100
Pan Mohamad Faiz, “Proses Pengesahan Perjanjian Internasional Menjadi Undang- Undang Di Indonesia”,
http:jurnalhukum.blogspot.com , terakhir kali diakses tanggal 13
November 2010.
perjanjian-perjanjian internasional itu tergantung pula pada pasang surutnya hubungan-hubungan antar bangsa atau negara.
101
Perjanjian internasional merupakan sumber hukum terpenting dalam hukum ekonomi internasional. Masyarakat internasional umumnya menempuh
cara pembentukan perjanjian untuk menciptakan hak dan kewajiban dalam hubungan-hubungan ekonomi internasional. Perjanjian internasional pula yang
digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan hubungan ekonomi negara- negara.
102
Pada dasarnya, sebuah perjanjian internasional adalah sebuah perjanjian tertulis yang dibuat oleh dua atau lebih negara yang berdaulat atau organisasi
internasional. Dan seperti layaknya sebuah perjanjian, perjanjian internasional dapat diakhiri dengan berbagai cara, antara lain mulai dari kesepakatan yang
diatur di dalam perjanjian internasional, repudiasi kewajiban oleh salah satu pihak di dalam perjanjian internasional, dan hilangnya objek dari perjanjian
internasional atas dari prinsip hukum rebus sic stantibus.
103
Menurut Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, perjanjian internasional adalah perjanjian, dalam bentuk
dan nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang hukum publik.
104
101
I Wayan Parthiana, Perjanjian Internasional Bag.:1, Bandung:Mandar Maju, 2002, hal. 1.
102
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional, Bandung:PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hal. 149.
103
“Perjanjian Internasional dan Konflik Bersenjata”, www.hukumonline.com
., terakhir kali diakses tanggal 13 November 2010.
104
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.
Pengertian Perjanjian Internasional adalah perjanjian internasional antara negara-negara sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 butir a Konvensi Wina tahun 1969
adalah:
Treaty means an international agreement conclude between states in written form and governed by international law, whether embodied in a single instrument or in
two or more related instruments and whatever its particular designation. Perjanjian artinya suatu persetujuan internasional yang diadakan antara negara-
negara dalam bentuk yang tertulis dan diatur dalam hukum internasional, baik yang berupa satu instrumen tunggal atau berupa dua atau lebih instrumen yang
berkaitan tanpa memandang apapun juga namanya.
105
A treaty is international agreement which is entered into by two or more states or other international persons and its governed by international law. Perjanjian
adalah perjanjian internasional yang disepakati oleh dua atau lebih Negara atau orang-orang internasional lainnya dan diatur oleh hukum internasional.
Perjanjian Internasional menurut Michael Virally adalah sebagai berikut:
106
Sedangkan menurut Mochtar Kusumaatmadja, perjanjian Internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang
bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu.
107
Menurut I Wayan Parthiana, perjanjian Internasional adalah kata sepakat antara dua atau lebih subjek hukum Internasional mengenai suatu objek atau
masalah tertentu dengan maksud membentuk suatu hubungan hukum atau melahirkan hak dan kewajiban yang diatur oleh hukum Internasional.
108
105
Wasito, Konvensi-Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsuler dan Hukum PerjanjianTraktat, Yogyakarta:Andi Offset, 1984.
106
F. A. Whisnu Situni, Identifikasi dan Reformasi Sumber-Sumber Hukum Internasional, Bandung:Mandar Maju, 1989, hal. 31.
107
Mochtar Kusumaatmadja Etty R. Agoe, Pengantar Hukum Internasional, Jakarta:P. T. Alumni, 2002, hal. 117.
108
I Wayan Parthiana, op.cit., hal. 12.
Pengertian ini tampak masih sangat umum dan luas, antara lain dapat ditunjukkan pada:
Pertama, dalam defenisi tersebut semua subjek hukum internasional dipandang dapat mengadakan perjanjian internasional. Padahal dalam
kenyataannya, tidaklah setiap subjek hukum internasional dapat berkedudukan sebagai pihak dalam perjanjian internasional. Atau tidak semua subjek hukum
internasional itu dapat mengadakan perjanjian internasional.
109
Kedua, definisi tersebut disamping mencakup perjanjian internasional tertulis juga mencakup perjanjian internasional yang berbentuk tidak tertulis, yang
masing-masing memiliki karakter yang sangat berbeda, meskipun sama-sama merupakan perjanjian internasional.
110
Dengan kata lain, pengertian perjanjian yang sangat umum dan luas ini berguna sebagai titik tolak untuk mengklarifikasikan perjanjian internasional
dengan lebih mempersempit ruang lingkupnya, baik ruang lingkup subjek hukumnya maupun ruang lingkup bentuknya. Dengan demikian juga dapat
diharapkan kejelasan dari ruang lingkupnya yang secara substansial diatur oleh hukum perjanjian internasional.
111
109
Ibid., hal. 12.
110
Ibid., hal. 13.
111
Ibid., hal. 13.
B. Bentuk dan Macam Perjanjian Internasional