Fasilitas Penanaman Modal Pengaturan Pokok Investasi Langsung di Indonesia

Pasal 2 Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2007 menyatakan : 64 1 Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. 2 Bidang usaha yang tertutup adalah jenis usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal oleh penanam modal. 3 Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah jenis usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan persyaratan tertentu.

3. Fasilitas Penanaman Modal

Fasilitas penanaman modal sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 dapat diberikan kepada penanaman modal yang: 65 a. melakukan perluasan usaha b. melakukan penanaman modal baru. Penanaman modal yang mendapat fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat 2 adalah yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut ini: 66 a. menyerap banyak tenaga kerja b. termasuk skala prioritas tinggi 64 Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 Tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. 65 Pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 66 Pasal 18 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. c. termasuk pembangunan infrastruktur d. melakukan alih teknologi e. melakukan industri prionir f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu g. menjaga kelestarian lingkungan hidup h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri. Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 dalam Undang-Undang Penanaman Modal dapat berupa: 67 a. pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu; b. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri; c. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu; 67 Pasal 18 ayat 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. d. pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu; e. penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan f. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu. Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi yang baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. 68 Bagi penanaman modal yang sedang berlangsung yang melakukan penggantian mesin atau barang modal lainnya, dapat diberikan fasilitas berupa keringanan atau pembebasan bea masuk. 69 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian fasilitas fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat 4 sampai dengan ayat 6 diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. 70 Fasilitas yang dimaksudkan dalam Pasal 18 dalam UUPM tidak berlaku bagi penanaman modal asing yang tidak berbentuk perseroan terbatas. 71 Selain fasilitas tersebut, Pemerintah memberikan kemudahan pelayanan danatau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh: 72 a. hak atas tanah 68 Pasal 18 ayat 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 69 Pasal 18 ayat 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 70 Pasal 18 ayat 7 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 71 Pasal 20 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 72 Pasal 21 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. b. fasilitas pelayanan keimigrasian c. fasilitas perizinan impor. Kemudahan pelayanan danatau perizinan atas fasilitas keimigrasian tersebut dapat diberikan untuk: 73 a. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing dalam merealisasikan penanaman modal b. penanaman modal yang membutuhkan tenaga kerja asing yang bersifat sementara dalam rangka perbaikan mesin, alat bantu produksi lainnya, dan pelayanan purnajual c. calon penanam modal yang akan melakukan penjajakan modal. Kemudian di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 juga disebutkan bahwa untuk penanam modal asing diberikan fasilitas, yaitu: 74 a. pemberian izin tinggal terbatas bagi penanam modal asing selama 2 dua tahun b. pemberian alih status izin tinggal terbatas bagi penanam modal menjadi izin tinggal tetap dapat dilakukan setelah tinggal di Indonesia selama 2 dua tahun berturut-turut c. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dan dengan masa berlaku 1 satu tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 12 dua belas bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan 73 Pasal 23 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 74 Pasal 23 ayat 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. d. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal terbatas dengan masa berlaku 2 dua tahun diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan terhitung sejak izin tinggal terbatas diberikan e. pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal tetap diberikan untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan terhitung sejak izin tinggal tetap diberikan.

4. Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Persetujuan Antara Republik Indonesia Dan Hong Kong Special Administrative Region Di Bidang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana

0 48 150

Analisis Yuridis Mengenai Bilateral Investment Treaties (Bits) Antara Indonesia Dengan Qatar (Studi Terhadap Peraturan Presiden No. 84 Tahun 2007 Tentang Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah Negara Qatar Mengenai Peni

7 136 114

Analisis Yuridis Tentang Problematika Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 36 Tahun 2005 Dan Peraturan Presiden RI No. 65 Tahun 2006

4 120 116

Kasus Nirmala Bonat dan Implikasinya Terhadap Pembentukan MoU Mengenai Penempatan TKI antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Malaysia

8 60 45

Persepsi Pejabat Daerah Mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Analisa Birokrasi di Kabupaten Sumenep)

0 6 2

Kerjasama Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi Mengenai Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Pasca di Berlakukan Moratorium TKI Sektor Informal Tahun 2011

1 20 139

Kerjasama Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi Mengenai Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Pasca di Berlakukan Moratorium TKI Sektor Informal Tahun 2011

1 48 139

View of Aspek Yuridis Renegosiasi Kontrak Karya di Indonesia (Studi Mengenai Kontrak Karya Antara Pemerintah Republik Indonesia Dengan PT. Freeport Indonesia)

1 0 19

7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 1991 Tentang Latihan Kerja 20171025020652

1 2 22

2OO4 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia" Tahun

0 0 7