untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha- usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat.
Menurut Mardiasmo 2002, “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
pemerintah daerah dilarang : a Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi
biaya tinggi dan, b Menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas
penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan importekspor. Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah
tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.
2.1.2. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
Sumber-sumber Pendapatan Daerah terdiri atas : a. Hasil Pajak Daerah
Kesit 2003 menyatakan bahwa pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang yang berlaku, yang hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah. Mardiasmo 1992 yang dimaksud dengan
Universita Sumatera Utara
pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga
pemerintah daerah tersebut. Pajak daerah dalam hal ini ditetapkan oleh peraturan daerah. Untuk
menerbitkan peraturan daerah peraturan daerah tentang pajak diharuskan memenuhi kriteria sebagai berikut :
1 Bersifat pajak dan bukan retribusi 2 Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten
3 Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum
4 Objek pajak bukan objek provinsi dan atau objek pajak pusat. 5 Potensinya memadai, berarti bahwa hasil pajak cukup besar sebagai salah
satu sumber pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi.
6 Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, yang berarti bahwa pajak tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi secara efisien
dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah dan kegiatan ekspor-impor Halim dan Mujib, 2009.
Pemerintah daerah harus memastikan bahwa penerimaan pajak lebih besar dari biaya pemungutannya. Selain itu, pemerintah daerah perlu menjaga
stabilitas penerimaan pajak tersebut. Fluktuasi penerimaan pajak hendaknya dijaga tidak terlalu besar sebab jika sangat berfluktuasi juga kurang baik untuk
perencanaan keuangan daerah Mahmudi, 2010.
Universita Sumatera Utara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Jenis pajak daerah terdiri dari pajak daerah kabupatenkota cukup banyak dan bervariasi. Dengan
peraturan perpajakan yang baru jumlah penerimaan pajak ini diharapkan meningkat untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam
mengelola perekonomian dan pembangunan daerahnya masing-masing.
Tabel 2.1. Jenis Pajak Daerah Untuk KabupatenKota Menurut Undang- undang Nomor 342000 dan Undang-undang Nomor 282009
Landasan KabupatenKota
Hukum Jenis Pajak
Tarif
UU No. 342000 1. Pajak Hotel
10 2. Pajak Restoran
10 3. Pajak Hiburan
35 4. Pajak Reklame
25 5. Pajak Penerangan Jalan
10 6. Pajak Pengambilan Bahan Golongan C
20 7. Pajak Parkir
20 UU No. 282009
1. Pajak Hotel 10
2. Pajak Restoran 10
3. Pajak Hiburan 35
4. Pajak Reklame 25
5. Pajak Penerangan Jalan 10
6. Pajak Mineral Bukan Logam 25
7. Pajak Parkir 30
8. Pajak Air Tanah 20
9. Pajak Sarang Burung Walet 10
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
30 11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan 5
Sumber : UU No. 342000 dan UU No. 282009
Universita Sumatera Utara
b. Hasil Retribusi Daerah Menurut Sumitro 1979, pengertian retribusi secara umum adalah
pembayaran-pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara. Pengertian yang hampir sama diberikan oleh
Munawir 1980, retribusi daerah adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini
bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik pemerintah dia tidak dikenakan iuran itu.
Retribusi daerah pada umumnya merupakan sumber pendapatan penyumbang PAD kedua setelah pajak daerah. Bahkan untuk beberapa daerah
penerimaan retribusi daerah ini lebih tinggi daripada pajak daerah. Retribusi daerah memiliki karakteristik yang berbeda dengan pajak daerah. Pajak
daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib pajak atas pembayaran pajak tersebut. Sementara itu, retribusi daerah
merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu yang disediakan pemerintah.
Jadi dalam hal ini terdapat imbalan langsung yang dapat dinikmati pembayar retribusi.
Terdapat tiga jenis retribusi daerah yaitu, retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Berbeda dengan pajak
daerah yang bersifat tertutup, untuk retribusi ini pemerintah daerah masih diberi peluang untuk menambah jenisnya namun harus pula memenuhi
persyaratan tertentu sebagaimana diatur undang-undang Mahmudi, 2010
Universita Sumatera Utara
Karena retribusi ini terkait dengan pelayanan tertentu, maka prinsip manajemen retribusi daerah yang paling utama adalah perbaikan pelayanan
tersebut. Tentunya selain perbaikan pelayanan, pemerintah daerah juga perlu melakukan berbagai perbaikan sebagaimana halnya pajak daerah, seperti
perluasan basis retribusi, pengendalian atas kebocoran penerimaan retribusi, dan perbaikan administrasi pemungutan retribusi Mahmudi, 2009.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Jenis Retribusi Jasa Umum adalah :
a Retribusi Jasa Kesehatan; b Retribusi Pelayanan PersampahanKebersihan;
c Retribusi Pelayanan Parkir di tepi Jalan Umum; d Retribusi Pelayanan Pasar;
e Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; f Retribusi Pemeriksaaan Alat Pemadam Kebakaran
g Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta; h Retribusi Pelayanan TeraTera Ulang;
i Retribusi Pelayanan Pendidikan; j Retribusi Penyediaan danatau penyedot kakus;
k Retribusi Pengolahan Limbah Cair; l Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi; Retribusi Penggantian
Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil. Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah :
a Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; b Retribusi Pasar Grosir danatau Pertokoan;
Universita Sumatera Utara
c Retribusi Terminal; d Retribusi Tempat Khusus Parkir;
e Retribusi Tempat PenginapanMess f Retribusi Rumah Potong Hewan;
g Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga; h Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah : a Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
b Retribusi Izin Gangguan; c Retribusi Izin Trayek;
d Retribusi Izin Usaha Perikanan. c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan milikdaerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup :
1 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD. 2 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negaraBUMD.
3 Bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta swasta atau kelompok usahha masyarakat.
d. Lain-lain PAD yang sah Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain
milik Pemda. Rekening ini untuk mengakuntansikan penerimaan daerah
Universita Sumatera Utara
selain yang disebut di atas. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut :
1 Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan 2 Jasa giro
3 Pendapatan bunga 4 Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah
5 Penerimaan komisi, potongan, atau bentuk lain sebagai akibat dari penjualan pengadaan barang, dan jasa oleh daerah.
6 Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
7 Pendapatan denda pajak 8 Pendapatan denda retribusi
9 Pendapatan eksekusi atas jaminan 10 Pendapatan dari pengembalian
11 Fasilitas sosial dan umum 12 Pendapatan dari penyelenggara pendidikan dan pelatihan
13 Pendapatan dari angsurancicilan penjualan e. Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase
tertentu untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Pengaturan DBH dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan penyelarasan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Universita Sumatera Utara
1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Dalam Undang-
Undang tersebut dimuat pengaturan mengenai Bagi Hasil penerimaan Pajak penghasilan PPh pasal 2529 Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri dan
PPh Pasal 21 serta sektor pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas
Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang semula termasuk bagian dari DAK, dialihkan menjadi DBH. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber
daya alam. DBH terdiri atas:
1. DBH Pajak: a. Pajak Bumi dan Bangunan
b. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan c. Pajak Penghasilan:
1 Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
2 Pajak Penghasilan Pasal 21 2. DBH Sumber Daya Alam:
a. Kehutanan: 1 Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan IIUPH
2 Provisi Sumber Daya Hutan PSDH 3 Dana Reboisasi
DR
Universita Sumatera Utara
b. Pertambangan Umum: 1 Iuran Tetap Land-rent
2 Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi Royalty c. Perikanan:
1 Pungutan Pengusahaan Perikanan 2 Pungutan Hasil Perikanan
d. Pertambangan Minyak Bumi 1 Setoran Bagian Pemerintah; atau
2 Iuran Tetap dan Iuran Produksi e. Pertambangan Gas Bumi
f. Pertambangan Panas Bumi
2.1.3. Potensi Pendapatan Daerah