Pengelolaan Keuangan Daerah Landasan Teori

2.1.4. Pengelolaan Keuangan Daerah

Pada dasarnya pengelolaan keuangan daerah menyangkut tiga bidang analisis yang saling terkait satu bidang dengan lainnya. Ketiga aspek itu meliputi : 1. Analisis penerimaan, yaitu analisis mengenai kemampuan pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang berpotensi dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut. 2. Analisis pengeluaran, yaitu analisis mengenai seberapa besarbiaya-biaya dari suatu pelayanan publik dari faktor-faktor yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat. 3. Analisis anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan antara pendapatan dan pengeluaran serta kecendrungan yang diproyeksikan untuk masa depan. Hasil analisis pendapatan dan pengeluaran merupakan komponen dalam menganalisis keuanagan daerah. Jika pendapatan lebih besar dari pengeluaran, akan terjadi surplus anggaran dan jika pengeluaran lebih besar dari pada pendapatan akan terjadi difisit anggaran. Dalam hal ini perlu diperhatikan bagaimana kondisi keuangan yang ada pada tahun sekarang dan kecendrungannya untuk masa yang akan datang, sehingga pola surplus dan defisit anggaran adapat diprediksikan. Stabilitas anggaran dari tahun ke tahun juga perlu diperhatikan. Dilihat dari sisi pendapatan, keuangan daerah yang berhasil adalah keuangan daerah yang mampu meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan seiring dengan perkembangan perekonomian tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan keadilan serta dengan sejumlah biaya administrasi keuangan daerah yang berhasil. Indikator keuangan daerah yang berhasil adalah : Universita Sumatera Utara 1. Daya Pajak Tax Effort Daya Pajak Tax Effort adalah ratio antara penerimaan pajak dengan kapasitas atau kemampuan bayar pajak di suatu daerah. Salah satu indikator yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kemampuan membayar masyarakat adalah Produk Domestik Regional Bruto PDRB, dengan formula : Daya Pajak = Pajak Bayar Kemampuan Pajak Kemampuan = PDRB Pajak Penerimaan x 100 Jika PDRB suatu daerah meningkat maka kemampuan daerah dalam membayar abbility to pay pajak juga akan meningkat. Ini mengandung arti bahwa administrasi penerimaan daerah dapat meningkatkan daya pajaknya agar penerimaan pajak meningkat. 2. Keefektifan Effectiveness Keefektifan adalah mengukur hubungan antara hasil pungut suatu pajak dengan potensi pajak itu sendiri, atau dengan formula : Keefektifan = Pajak Potensi Pajak Penerimaan x 100 Indikator kefektifan adalah ratio antara hasil pemungutan suatu pajak dengan potensi hasil pajak, dengan anggapan semua wajib pajak yang terutang. Kefektifan menyangkut semua tahap administrasi penerimaan pajak, menentukan wajib pajak, memungut pajak, menegakkan sistem pajak dan membukukanpenerimaan pajak. Universita Sumatera Utara 3. Efisiensi Efficiency Efisiensi mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya pemungutan pajak yang bersangkutan, atau : Efisiensi = Dipungut yang Pajak Penerimaan Pungutan Biaya x 100 Selain mencaku biaya langsunglangsung kantor pajak yang bersangkutan, ada gunanya juga menghitung biaya tidak langsung bagi kantor pajak. Yaitu waktu yang digunakan untuk membantu kegiatan memungut pajak. 4. Elastisitas Elasticity Analisis ini untuk mengetahui tingkat kepekaan perubahan suatu jenis penerimaan jika terjadi perubahan pada jumah PDRB dan jumlah penduduk, dengan formula : EPDRB = PDRB Perubahan PAD Perubahan x 100 EPDDK = Penduduk Perubahan PAD Perubahan x 100

2.1.5. Penilaian Potensi Pendapatan Asli Daerah