Pertambangan dan Energi yang didukung juga oleh fasilitas listrik dan telekomunikasi.
4.1.3. Gambaran Umum Aceh Tamiang
Kabupaten Aceh Tamiang terletak antara 03°53’18,81” - 04°32’56,76” Lintang Utara dan 97°43’41,51” - 98°14’45,41” Bujur Timur dengan ketinggian
rata-rata 20 – 700 meter di atas permukaan laut. Pada tahun 2007, Kabupaten Aceh Tamiang mengalamai pemekaran kecamatan sehingga wilayah administrasi
menjadi 12 Kecamatan dan 213 kampung. Kabupaten Aceh Timur memiliki batas-batas wilayahnya sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Aceh Timur dan Kota Langsa. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Sumatera Utara.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gayo Lues. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh
Tenggara. Luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 195.702,50 ha, dengan
lahan perkebunan perusahaan sebagai lahan terluas mencapai 46.817 ha, diikuti lahan perkebunan rakyat mencapai 44.460 ha. Kecamatan terluas di Kabupaten
Aceh Tamiang adalah Tenggulun dengan luas sebesar 29.555 ha atau sekitar 15,10 persen dari luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.
Kondisi Iklim dan Topografi Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tamiang
beriklim tropis yang mempunyai 2 musim. Musim kemarau biasanya terjadi antara bulan Februari sd bulan Agustus dan musim penghujan antara bulan
September sd bulan Januari. Namun pada beberapa tahun terakhir terjadi perubahan musim. Jumlah rata-rata curah hujan selama sepuluh tahun terakhir
Universita Sumatera Utara
163,2 mm dan 1442 HH Hari Hujan dengan suhu berkisar antara 26oC – 31oC dan tipe iklim C1, C2, D1 E2 Oldeman. Namun akibat adanya pemanasan global
dunia menyebabkan terjadinya anomali iklim sehingga pada saat sekarang ini
musim kemarau dan musim penghujan sangat sulit untuk ditentukan.
Kabupaten Aceh Tamiang mempunyai topografi yang bervariasi, mulai dari mendatar, bergelombang dan berbukit dengan ketinggian yang bervariasi
yaitu 36,02 luas Kabupaten Aceh Tamiang berada pada ketinggian 25-100 m dpl atau seluas 67.864 Ha dan paling sedikit berada pada ketinggian lebih dari
1.000 m hanya sekitar 3,84 yaitu sekitar 7.440 Ha.
Kondisi Demografis Aceh Tamiang, jumlah penduduk di Kabupaten
Aceh Tamiang berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2011 sebanyak 257.681 jiwa, terdiri atas 130.264 laki-laki dan 127.417 jiwa perempuan. Kepadatan
penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2011 mencapai 132 jiwakm 2. Namun, penduduk yang menyebar di dua belas kecamatan berbeda kepadatannya
antar daerah. Kecamatan terpadat adalah Kota Kualasimpang yang rata-rata per kilometer wilayahnya dihuni oleh sekitar 4.044 jiwa. Lalu Kecamatan Rantau dan
Kecamatan Karang Baru masing-masing 653 jiwakm2 dan 267 jiwakm2. Sebaliknya, Kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Sekerak yaitu
hanya 24 jiwakm2.
Kabupaten Aceh Tamiang merupakan pecahan dari Kabupaten Aceh Timur dan merupakan satu-satunya kawasan di Aceh yang banyak bermukim etnis
Melayu 60. Walaupun dalam jumlah populasi suku Jawa 20 lebih banyak dibandingkan dengan etnis Melayu, namun dalam pemerintahan
Universita Sumatera Utara
orang Melayu lebih dominan. Selain kedua etnis tersebut, suku Aceh 15 juga banyak dijumpai di kabupaten ini.
Potensi Wilayah Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Tamiang merupakan
kawasan kaya minyak dan gas, meski jumlahnya tidak sebesar Kabupaten Aceh Utara, dan kawasan ini juga merupakan salah satu pusat perkebunan kelapa
sawit di Aceh. Di samping itu, Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor angkutan karena posisinya yang strategis, dan angkutan air merupakan salah satu primadona
alternatif karena kabupaten ini dialiri dua sungai besar yakni Sungai Tamiang yang terpecah menjadi Simpang Kiri dan Simpang Kanan dan Sungai Kaloy.
Kabupaten Aceh Tamiang juga mengandalkan sektor pertanian, industri
pengolahan dan perdagangan.
Kabupaten Aceh Tamiang memiliki beberapa tempat wisata yang hingga saat ini perlu penataan yang serius dan dikelola dengan baik. Air Terjun Tujuh
Tingkat, Bendungan, Gua Walet, Pantai Seruway adalah beberapa contoh tempat wisata di Aceh Tamiang yang perlu mendapatkan perhatian untuk dapat dikelola
menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah.
4.2. Pertumbuhan Perekonomian