Penilaian Potensi Pendapatan Asli Daerah

3. Efisiensi Efficiency Efisiensi mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya pemungutan pajak yang bersangkutan, atau : Efisiensi = Dipungut yang Pajak Penerimaan Pungutan Biaya x 100 Selain mencaku biaya langsunglangsung kantor pajak yang bersangkutan, ada gunanya juga menghitung biaya tidak langsung bagi kantor pajak. Yaitu waktu yang digunakan untuk membantu kegiatan memungut pajak. 4. Elastisitas Elasticity Analisis ini untuk mengetahui tingkat kepekaan perubahan suatu jenis penerimaan jika terjadi perubahan pada jumah PDRB dan jumlah penduduk, dengan formula : EPDRB = PDRB Perubahan PAD Perubahan x 100 EPDDK = Penduduk Perubahan PAD Perubahan x 100

2.1.5. Penilaian Potensi Pendapatan Asli Daerah

Dalam menilai potensi PAD suatu daerah dapat digunakan dua perangkat analisis keuangan daerah yakni elastisitas pajak dan bouyanci tax. Spesifikasi model yang digunakan untuk mengukur elastisitas pajak dapat merujuk kepada persamaan pajak Mansfield 1972 dan Wirasasmita 1982, dan model adjustment equation modifikasi Wirasasmita 1994. Model argumentasi Mansfield-Wirasasmita tersebut memiliki kesamaan seperti dituliskan berikut ini. Ln T = Ln α + ε Ln Ykap ……………………………………………… 1 Universita Sumatera Utara dimana notasi T menunjukkan besarnya penerimaan keuangan daerah, Ykop adalah PDRB per kapita, α adalah konstanta, dan terakhir ε adalah koefisien elastisitas. Indikator elastisitas pajak yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan fiscal daerah adalah sebagai berikut : 1. Jika E T 2. Jika E 1, menandakan respons pajak terhadap perubahan PDRB bersifat elastis, hal ini mengandung makna bahwa ketergantungan daerah terhadap bantuan pusat dalam jangka panjang relatif semakin berkurang. T 3. Jika E 1, menandakan respons pajak terhadap perubahan PDRB bersifat inelastis, hal ini mengandung makna ketergantungan daerah terhadap bantuan pusat dalam jangka panjang relative semakin bertambah. T Model modifikasi Wirasamita 1994 dapat juga diadaptasikan untuk menghasilkan koefisien buoyancy tingkat kesulitan realisasi penerimaan sumber keuangan daerah. Model buoyancy yang dimaksud adalah sebagai berikut. = 1, menandakan respons pajak terhadap perubahan PDRB bersifat unitary,hal ini mengandung makna ketergantungan daerah terhadap bantuan pusat dalam jangka panjang relative tidak berubah. R t = b 1 + b 2 Y 1 + U 1 dimana R ………………………………………………………. 2 t adalah penerimaan keuangan daerah bisa berupa pajak, retribusi, dan PAD, sedangkan Y 1 Dalam persamaan, R adalah PDRB pada tahun t. t dianggap fungsi linear dari Y 1 R PDRB, dan tidak dapat diobservasi. Untuk mengatasi hal itu dipergunakan adjustment equation Wirasasmita, 1994, dengan hasil akhir persamaan : t = k b 1 Y t kb2 R t - 1 1-k kU t + V 1 ………………………………………… 3 Universita Sumatera Utara atau dalam bentuk persamaan linier menjadi : Ln R t = Ln kb 1 + kb 2 Ln Y 1 + 1-k R t – 1 + Ln kU t + V 1 Ln R t = Ln a + a 1 Ln Y 1 + a 2 Ln R t – 1 Berdasarkan persamaan ini dapat diketahui ; ……………………………………….. 4 a 2 k = 1 - a = 1 - k ≤ k ≤ 1 2 dimana k itu merupakan koefisien penyesuaian, yang dalam hal ini digunakan untuk mengukur tingkat kesulitan yang diestimasi. Dengan demikian dari persamaan 4 diperoleh nilai koefisien elastisitas b 2 Nilai koefisien elastisitas b dan nilai adjustment equation koefisien tingkat kesulitan k . Kemudian untuk mendapatkan tingkat keterlambatan pemungutan dalam satuan tahun, bulan dan hari, kembali ke persamaan 1 dengan cara 1-kk. 2 , yang diartikan disini sebagai perubahan penerimaan sumber keuangan daerah yang berkaitan dengan perubahan pendapatan regional PDRB. Tingkat kesulitan k dapat diestimasi; apabila k mendekati atau sama dengan satu, berarti tingkat kesulitan relative rendah, karena telah dapat merealisasikan rencana target penerimaan. Sebaliknya jika mendekati nol, berarti tingkat kesulitan relative tinggi, karena tidak bisa merealisasikan target penerimaan yang direncanakan. Universita Sumatera Utara

2.1.6. PengukuranPenilaian Pendapatan Asli Daerah