37 3. Jika masih belum puas, tidak ada larangan untuk menuliskannya ke media
massa, sosial media, atau media lainnya sebagai pengingat. 4. Hubungi layanan pengaduan yang dimiliki oleh Badan Regulasi
Telekomunikasi Indonesia BRTI, baik melalui situs resmi mereka, SMS melalui nomor telepon 08158930000, atau melalui email ke
pengaduanbrti.or.id. Sejatinya di negara ini, konsumen telekomunikasi belum mendapatkan
perlindungan yang optimal atas penggunaan jasa layanan telekomunikasi. Beberapa regulasi yang ada tidak serta merta menguatkan implementasi di
lapangan tentang penegakan hukum yang berlaku. Konsumen atau pelanggan selama ini masih dijadikan obyek bukan subyek.
B. Pengertian dan Cakupan Hukum Perlindungan Konsumen.
Pengertian perlindungan konsumen termaktub dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang
menegaskan “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”.
Kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen itu antara lain adalah dengan meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta
membuka akses informasi tentang barang danatau jasa baginya, dan menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha yang jujur dan bertanggungjawab.
32
32
Bandingkan konsideran huruf d. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Universitas Sumatera Utara
38 Apabila diperhatikan dalam penjelasan Bab sebelumnya, dapat di perhatikan
bahwa sangat penting untuk dapat melindungi konsumen dari berbagai hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi mereka. Konsumen perlu dilindungi, karena
konsumen dianggap memiliki suatu “kedudukan” yang tidak seimbang dengan para pelaku usaha. Ketidakseimbangan ini menyangktu bidang pendidikan dan
posisi tawar yang dimiliki oleh konsumen. Sering kali konsumen tidak berdaya menghadapi posisi yang lebih kuat dari para pelaku usaha.
Pelindungan konsumen yang dijamin oleh Undang-Undang ini adalah adanya kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan konsumen.
Kepastian hukum itu meliputi segala upaya berdasarkan hukum untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menetukan pilihannya atas barang
danatau jasa kebutuhannya serta mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh pelaku usaha. Pemberdayaan konsumen itu adalah dengan
meningkatkan kesadaran kemampuan, dan kemandiriannya melindungi diri sendiri sehingga mampu mengangkat harkat dan martabat konsumen.
Di samping itu juga ada kemudahan dalam proses menjalankan sengketa konsumen yang timbul karena kerugian harta bendanya, keselamatan kesehatan
tubuhnya, penggunaan danatau pemanfaatan produk konsumen. Perlu diingat bahwa sebelum ada Undang-Undang ini ,”konsumen umumnya lemah dalam
bidang ekonomi, pendidikan, dan daya tawar”.
33
Terdapat tiga pengertian konsumen yang ingin mendapat perlindungan :
33
UN General Assembly Resolution 39248 tanggal 9 April 1985, “...recognizing that consumers often face imbalance in economic terms, educational levels and bargaining power”.
Universitas Sumatera Utara
39 1. Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna danatau pemanfaat
barang danatau jasa untuk tujuan tertentu. 2. Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna danatau pemanfaat barang
danatau jasa untuk diproduksi produsen menjadi barang jasa lain atau untuk memperdagangkannya distributor, dengan tujuan komersial.
Konsumen antara ini sama dengan pelaku usaha. 3. Konsumen akhir, yaitu pemakai, pengguna danatau pemanfaat barang
danatau jasa konsumen untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah tangganya, tidak untuk diperdagangkan kembali.
Konsumen akhir inilah yang dengan jelas diatur perlindungannya dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut. Selanjutnya, apabila
digunakan istilah konsumen dalam Undang-Undang, yang dimaksudkan adalah konsumen akhir. Undang-Undang ini mendefenisikan konsumen Pasal 1 angka 2
sebagai berikut : ”setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan.” Sedangkan pelaku usaha adalah istilah yang digunakan pembuat Undang-
Undang yang pada umumnya lebih dikenal dengan istilah pengusaha. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia ISEI menyebut empat kelompok besar kalangan
pelaku ekonomi, tiga diantaranya termasuk kelompok pengusaha pelaku usaha, baik privat maupun publik. Ketiga kelompok pelaku usaha tersebut adalah
sebagai berikut :
34
34
Ibid, hal. 11.
Universitas Sumatera Utara
40 1. kalangan investor, yaitu pelaku usaha penyedia dana untuk membiayai
berbagai kepentingan, seperti perbankan, usaha leasing, tengkulak penyedia dana lainnya, dan sebagainya.
2. produsen, yaitu pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang danatau jasa dari barang-barang danatau jasa-jasa lain bahan baku,
bahan tambahanpenolong, dan bahan-bahan lainnya. Mereka dapat terdiri atas orang badan usaha berkaitan dengan pangan, orangusaha yang
berkaitan dengan pembuat pembuatan perumahan, orangusaha yang berkaitan dengan jasa angkutan, perasuransian, perbankan, orangusaha
yang berkaitan dengan obat-obatan, kesehatan, narkotika, dan sebagainya. 3. Distibutor, yaitu pelaku usaha yang mendistribusikan atau
memperdagangkan barang danatau jasa tersebut kepada masyarakat, seperti pedagang secara retail, pedagang kaki lima, warung, toko,
supermarket, hypermarket, rumah sakit, klinik, warung dokter, usaha angkutan darat, laut udara, kantor pengacara dan sebagainya.
C. Asas dan Tujuan Dalam Hukum Perlindungan Konsumen.