Posisi Kasus Sengketa Konsumen dan Ecxelcomindo.

77

BAB IV IMPLEMENTASI PENEGAKAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999

dalam hal TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA MENGENAI GANTI RUGI TERHADAP KONSUMEN BERDASARKAN PUTUSAN PN NO. 206PDT. G2006

A. Posisi Kasus Sengketa Konsumen dan Ecxelcomindo.

Penulis membahas tentang putusan terhadap sengketa antara John Parlyn yang bekerja sebagai wartawan Medan bisnis selanjutnya disebut Konsumen dengan PT. Excelcomindo Pratama. Tbk selanjutnya disebut Pelaku Usaha dikarenakan Pelaku Usaha merupakan perusahaan jasa telekomunikasi yang mempunyai jaringan luas dan ada di Indonesia. Adapun posisi kasus sengketanya adalah sebagai berikut : Pada tanggal 31 Maret sempat beredar flyer regional West yang beredar di Kota Medan bukan skala nasional yang salah cetak ke sejumlah toko outlet. Kesalahan tersebut adalah : promo tarif ngirit tercantum tanggal 1 April yang seharusnya 6 April. Isi dari flyer tersebut adalah salah satunya menyatakan bahwa ada fasilitas Tarif Ngirit Malam sebesar Rp. 149 30 detik dan berlaku mulai 1 April 2006 sd 30 Juni 2006 tercetak sebagai disclaimer. Pada tanggal 3 April, XL telah menarik flyers dari pasaran, dan menggantinya dengan yang baru. Tanggal 1 April 2006, Konsumen melihat flyers ini kemudian tertarik untuk menggunakan karena beranggapan tarifnya lebih murah dari tarif Xplor. Kemudian dia membeli SP Bebas dan mencobanya pada tanggal 2 April 2006 Universitas Sumatera Utara 78 yang ternyata tidak sesuai dengan yang dipromosikan. Kerugian yang ditimbulkan sekitar Rp. 9.405,-. Atas hal tersebut, yang bersangkutan melakukan complain ke pelaku usaha, dan mengajukan gugatannya ke BPSK, dengan tuntutan sebesar Rp.100 juta. Menanggapi hal tersebut, pihak pelaku usaha melalui Regional Office West menemui konsumen untuk menyatakan permohonan maaf, klarifikasi dan melakukan upaya penyelesaian secara musyawarah. Namun dari hasil pertemuan tersebut konsumen minta penyelesaian via BPSK. Dan jika penyelesaian melalui atau tidak melalui BPSK, gugatan Rp.100 juta tetap harus dipenuhi. Upaya penyelesaian akhirnya ditempuh dengan perantara BPSK pada tanggal 3 April 2006. Pada dasarnya BPSK menanggapi positif upaya yang ditempuh XL dan menyarankan kepada pihak yang bersengketa untuk melakukan upaya penyelesaian secara musyawarah dan mufakat. Akan tetapi kata sepakat tidak ditemui sehingga sengketa tersebut diselesaikan melalui arbitrase. Pada tanggal 6 April 2006, dilakukan penyelesaian masalah antara pelaku usaha dan konsumen dengan perantara BPSK Medan didampingi pihak Legal pelaku usaha. Saran dari BPSK agar diselesaikan secara damai saja. Kemudian terjadi pembicaraan antara konsumen dan pihak Legal bahwa upaya damai akan dibicarakan seperti apa bentuknya. Pihak legal melakukan pembicaraan via telepon dengan kuasa hukum konsumen bahwa penyelesaian yang dibuat bukan berupa uang tapi dalam bentuk kerjasama: 1. dengan mengganti sejumlah kerugian yang ditimbulkan tersebut kepada customer. Universitas Sumatera Utara 79 2. komitmen pelaku usaha untuk melakukan pemasangan iklan di Medan Bisnis melalui yang bersangkutan, yang dengan demikian yang bersangkutan akan mendapatkan “fee” dari pemasangan iklan tersebut. Pada tanggal 21 April 2006 pertemuan dengan pengacara konsumen dilakukan, dan ditemui oleh perwakilan pihak pelaku usaha di Hotel Polonia, Medan. Dalam pertemuan itu, pihak pelaku usaha menawarkan untuk mengcover tagihan Xplor pelaku usaha selama 3 bulan asumsi, pemakaian tidak lebih dari pemakaian rata- rata tagihannya sebesar Rp. 700-800 an ribu rupiah. Juga kembali ditawarkan komitmen untuk beriklan di Medan Bisnis oleh pelaku usaha. Jawaban pengacara konsumen adalah, akan dikembalikan kepada pihak konsumen, apakah mau menerima atau tidak. Surat panggilan kedua diterima oleh pelaku usaha, dan diminta untuk hadir pada tanggal 4 Mei 2006 di BPSK. Konsumen meningkatkan gugatan Rp. 500 juta. Pada tanggal 23 Mei 2006 pelaku usaha melakukan klarifikasi atas kesalahan cetak brosur tarif ngirit di harian utama Medan yaitu Analisa, Waspada, Sumut Pos, Pos Metro, SIB dan Portibi. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen pada tanggal 1 Juni 2006 memberikan putusan terhadap sengketa antara pelaku usaha dan konsumen dengan diktum putusan: 1. Menolak tuntutan penggantian kerugian moril 2. Menolak tuntutan pembuatan permintaan maaf pelaku usaha di media massa 3. Menolak tuntutan Pencabutan izin usaha pelaku usaha 4. Menerima sebagian gugatan Universitas Sumatera Utara 80 5. Menyatakan pelaku usaha bersalah karena menyediakan dan menyebarkan brosur Tarif Ngirit Malam yang salah 6. Menghukum pelaku usaha untuk tidak melakukan lagi kepada konsumen tersebut 7. Menyatakan adanya kerugian yang diderita konsumen akibat perbuatan pelaku usaha sebsar Rp. 4 juta 8. Menghukum pelaku usaha untuk membayar denda Rp. 1 juta setiap harinya apabila lalai atau tidak mau melaksanakan putusan pada poitn 4 dan poin 5 tersebut sejak keputusan ini berkekuatan hukum tetap 9. Menolak gugatan lainnya dan selebihnya. Berdasarkan putusan BPSK tersebut pihak pelaku usaha mengajukan upaya banding atas putusan BPSK melalui pengadilan negeri dengan terutama menyoroti Diktum putusan nomor 7 dan 8. Dimana dasar hukum upaya banding dan sorotan atas 2 poin tersebut adalah: 1. bahwa sesungguhnya Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memang telah mengamanatkan untuk membentuk Badan Penyelesaian Konsumen BPSK sebagai sarana menyelesaikan permasalahan yang muncul akibat adanya sengketa antara konsumen dengan produsen. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 49 ayat 1 Undang-Undang No. 8 tahun 1999, yang menyatakan “Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di daerah Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan”. Universitas Sumatera Utara 81 2. Untuk melaksanakan tugas BPSK itu, dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.350 tahun 2001 tentang pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen sebagai acuan utama dalam menyelenggarkan perlindungan konsumen di Indonesia. 3. Bahwa menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 19 ayat 2 dinyatakan “Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau pergantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang- Undangan yang berlaku”. 4. Bahwa menurut Pasal 12 ayat 2 keputusan Menteri perindustrian dan Perdagangan nomor 350 tahun 2001, dinyatakan bahwa “ Ganti rugi atas kerugian sebgaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dapat berupa : a pengembalian uang; b penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya atau c perawatan kesehatan danatau pemberian santunan”. Keputusan pihak pelaku usaha mengajukan banding ke pengadilan negeri dilatar belakangi oleh : a. pelaku usaha telah mengakui kesalahan dengan mengeluarkan brosur yang salah, namun sebagai perusahaan terbuka pelaku usaha hanya akan dan bersedia menjalani keputusan yang diputuskan oleh lembaga yang berwenang berdasarkan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku dan sepanjang keputusan tersebut diputuskan sesuai hukum dan ketentuan yang berlaku Universitas Sumatera Utara 82 b. Kewajiban moral pelaku usaha untuk melakukan pendidikan kepada kosnumen dan untuk tetap kritis kepada segala upaya tindakan produsen sepanjang semuanya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku c. Sikap dan upaya pelaku usaha di atas, adalah dalam rangka menjaga agar pelaksanaan suatu keputusan yang salah akan menjadi preseden buruk bagi semua pihak yang terlibat konsumen dan produsen di masa yang akan datang.

B. Putusan Pengadilan Negeri Terhadap Sengketa Konsumen dan Excelcomindo.