Putusan Pengadilan Negeri Terhadap Sengketa Konsumen dan Excelcomindo.

82 b. Kewajiban moral pelaku usaha untuk melakukan pendidikan kepada kosnumen dan untuk tetap kritis kepada segala upaya tindakan produsen sepanjang semuanya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku c. Sikap dan upaya pelaku usaha di atas, adalah dalam rangka menjaga agar pelaksanaan suatu keputusan yang salah akan menjadi preseden buruk bagi semua pihak yang terlibat konsumen dan produsen di masa yang akan datang.

B. Putusan Pengadilan Negeri Terhadap Sengketa Konsumen dan Excelcomindo.

Berdasarkan dasar hukum dan latar belakang pelaku usaha sebagai Penggugat mengajukan upaya banding terhadap konsumen sebagai Tergugat, dalam tahap arbitrase sengketa antara Konsumen dan Pelaku Usaha sampai ke Pengadilan Negeri Medan dimana Hakim yang memimpin sidang tersebut memberikan putusan sebagai berikut : - Mengabulkan keberatan Penggugat Pelaku Usaha untuk sebahagian ; - Menyatakan Penggugat Pelaku Usaha bersalah karena mengedarkan brosur dan iklannya yaitu Tarif Ngirit Malam TNM yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikannya sebagaimana dalam Pasal 8 ayat 1 butir f, Pasal 9 ayat 1 butir k dan Pasal 10 butir a dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ; - Menghukum Penggugat Pelaku Usaha untuk tidak memberlakukannya kepada konsumen ; Universitas Sumatera Utara 83 - Menyatakan adanya kerugian yang diderita oleh Tergugat Konsumen akibat perbuatan Penggugat Pelaku Usaha sebesar Rp 9.054,- sembilan ribu lima puluh empat rupiah ; - Menghukum Penggugat Pelaku Usaha untuk membayar ganti rugi kepada Tergugat Konsumen sebesar Rp 9.054,- sembilan ribu lima puluh empat rupiah; - Menolak keberatan Penggugat Pelaku Usaha selain dan selebihnya ; Dalam putusannya Hakim mempunyai pertimbangan hukumnya dalam kasus antara Konsumen dan Pelaku Usaha sebagai berikut : Menimbang, bahwa dalam Jawaban Tergugat tertanggal 10 Juli 2006, Tergugat telah mengajukan Eksepsi yang pada pokoknya adalah sebagai berikut ; Menimbang, bahwa berdasarkan bunyi ketentuan Pasal 6 ayat 2 Perma No.1 Tun 2006 telah mengatur Tata Cara Pemeriksaan Keberatan yaitu dilakukan hanya atas dasar Putusan BPSKdan berkas perkara, dengan demikian sifat dan bentuk jawaban Tergugat mengarah kepada putusan BPSK tersebut sudah tepat atau tidak serta apakah telah diterapkan hukum dan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku, bukan mengenai kaburnya gugatan atau eksepsi lainnya sebagaimana lazimnya dalam suat gugatan Perdata Menimbang, bahwa benar dalam Pasal 56 ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menentukan bahwa para pihak dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri paling lambat 14 empat belas hari kerja setelah menerima pemberitahuan putusan putusan BPSK tersebut ; Universitas Sumatera Utara 84 Bahwa Tata cara mengajukan keberatan terhadap putusan BPSK sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 5 ayat 2 Perma No. 1 Tahun 2006 adalah dengan mengajukan keberatan melalui Kepaniteraan Pengadilan Negeri sesuai dengan prosedur perkara Perdata ; Bahwa dengan melihat bunyi ketentuan-ketentuan tersebut di atas, jelas bahwa penyebutan terhadap pihak yg mengajukan keberatan tidak diatur, apakah sebagai Penggugat atau Pemohon sebagaimana eksepsi yang diajukan oleh Tergugat ; Menimbang, bahwa terlepas dari Eksepsi Tergugat, perlu dipertimbangkan adalah masalah tenggang waktu untuk mengajukan keberatan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 56 ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Jo. Pasal 5 ayat 1 Perma No. 1 Tahun 1999 yaitu 14 empat belas hari kerja sejak Pelaku Usaha atau Konsumen menerima pemberitahuan putusan, bahwa berdasarkan bukti P-1 yaitu Foto Copy Salinan keputusan BPSK Kota Medan No.7PENBPSK2006MDN tertanggal 1 Juni 2006 dalam sengketa antara Jhon Parlyn H. Sinaga Konsumen lawan PT. EXELCOMINDO PRATAMA Pelaku Usaha, telah terlibat pada halaman 12 dalam catatan paling bawah bahwa Keputusan tersebut diberikan kepada Pelaku Usaha pada tanggal 8 Juni 2006, kalau ini ditafsirkan merupakan pemberitahuan putusan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 56 ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dihubungkan dengan tanggal Pelaku Usaha mendaftarkan gugatan keberatan di Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 21 Juni 2006, berarti masih dalam tenggang waktu yg ditentukan. Universitas Sumatera Utara 85 Menimbang, bahwa selain tenggang waktu untuk mengajukan keberatan atas putusan BPSK yaitu 14 empat belas hari kerja setelah putusan diberitahukan kepada Pelaku Usaha at Konsumen, juga diatur tentang syarat-syrat untuk mengajukan keberatan sebagiamana yang diatur dalam Pasall 7 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa jo Pasal 6 ayat 3 Perma No.1 Tahun 2006 yaitu : a. Surat at dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu ; b. Setelah putusan Arbitrase BPSK diabil ditemukan dokumen-dokumen yang bersifat menentukan yang disembunyikan oleh pihak lawan ; atau c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa ; Kemudian dalam Pasal 6 ayat 5 Perma No.1 Tahun 2006 tersebut juga membuka peluang utnuk mengajukan keberatan dengan alasan lain selain dari yang disebutkan dalam ayat 3 huruf a, b dan c di atas ; Menimbang, bahwa dari gugatan keberatan yang diajukan oleh Pelaku Usaha incassu Penggugat adalah dnegan alasan bahwa BPSK Kota Medan dalam Putusannya NO.7PENBPSK2006MDN tertanggal 1 Juni 2006 dalam sengketa antara Jhon Parlyn H. Sinaga Konsumen lawan PT. EXELCOMINDO PRATAMA Pelaku Usaha, telah memutuskan melampaui kewenangannya dan salah menerapkan hukum atau tidak menerapkan hukum sebagaimana mestinya berarti alasan utnuk mengajukan keberatan tidak termasuk dalam Pasal 6 ayat 3 Universitas Sumatera Utara 86 huruf a, b dan c tersebut di atas, tetapi termasuk alasan lain sebagaimana ketentuan Pasal 6 ayat 5 Perma No.1 Tahun 2006 ; Menimbang, bahwa berdasarkan uraian serta pertimbangan hukum tersebut dia tas, Majelis Hakim berpendapat bahwa gugatan keberatan yang diajukan oleh Penggugat Pelaku Usaha telah sesuai dengan prosedur tata cara mengajukan keberatan dan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan Undang- Undang, oleh karena secara juridis formil keberatan yang diajukan oleh Penggugat dapat diterima, dengan demikian Eksepsi yang diajukan oleh Tergugat harus dikesampingkan dan ditolak; C. Implementasi Penegakan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Dalam Hal Tanggung Jawab Pelaku Usaha Mengenai Ganti Rugi Terhadap Konsumen. Dalam sengketa antara konsumen dan pelaku usaha para pihak telah mengimplementasikan ketentuan yang ada dalam UU nomor 8 tahun 1999. dimana pihak konsumen merasa haknya dirugikan oleh pihak konsumen yang diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 karena pelaku usaha tidak melakukan kewajibannya sebagaimana di atur dalam Pasal 7 Undang-Undang No. 8 tahun 1999. Dasar pengajuan gugatan yang dilakukan konsumen dalam kasus sengketa ini didasari oleh karena konsumen telah melakukan kewajibannya kepada pelaku usaha yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 akan tetapi konsumen tidak mendapat kan haknya. Selain itu dasar konsumen dapat mengajukan gugatan sebelum lewat dari 7 hari setelah transaksi dilakukan Universitas Sumatera Utara 87 sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat 3. Dalam gugatannya pihak konsumen meminta pertanggunng jawaban kepada pelaku usaha yang diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang No. 8 tahun 1999, dengan adanya gugatan yang diajukan oleh konsumen maka pelaku usaha melakukan pembelaan yang di dasari oleh Pasal 6 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 yang mengatur tentang hak pelaku usaha. Dalam putusannya BPSK juga telah mengimplementasikan ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang dalam putusannya BPSK memang benar menerima gugatan dari pihak konsumen karena berdasarkan duduk perkara yang dijelaskan di atas jangka waktu pengajuan ganti rugi selama 7 hari setelah transaksi yang diatur dalam pasal 19 ayat 3 belum lewat masanya. Selain itu BPSK menolak tuntutan penggantian kerugian moril konsumen, dimana memang tidak ada dikenal kerugian immateriil dalam UUPK, selain itu BPSK juga menolak permintaan maaf pelaku usaha di media massa yang mana memang tidak ada tanggung jawab pelaku usaha untuk meminta maaf kepada konsumen dalam UUPK. Sedangkan dalam putusan Pengadilan Negeri yang didasari oleh keberatan yang diajukan oleh pelaku usaha khususnya mengenai point 7 dan 8 dalam putusan BPSK sebagaimana dijelaskan sebelumnya, Pengadilan Negeri dalam putusannya telah menegakkan ketentuan pasal 19 ayat 2 dimana yang sebelumnya BPSK menyatakan adanya kerugian konsumen sebsar Rp. 4 juta menjadi Rp. 9054,- sesuai dengan harga kartu seluler yang dibeli konsumen atau setara nilainya. Dalam kasus sengketa No. 206Pdt.G2006PN.Mdn pihak konsumen dan pelaku usaha menyelesaikan sengketa melalui BPSK sebagai lembaga yang Universitas Sumatera Utara 88 diamanatkan oleh Undang-Undang No. 8 tahun 1999 Pasal 49 sebagai sarana penyelesaian sengketa. Dimana apabila pelaku usaha dan konsumen tidak menemukan jalan damai maka BPSK dapat melakukan pemeriksaan dengan sistem peradilan umum dan memberikan putusan. Apabila salah satu pihak merasa putusan dari BPSK tidak sesuai maka mereka dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri paling lambat 14 hari setelah menerima pemberiitahuan putusan putusan BPSK yang dimana dalam kasus No. 206Pdt.G2006 PN. Mdn diatas telah dilakukan oleh pihak pelaku usaha. Dimana tata cara pengajuan keberatan terhadap putusan BPSK di tentukan dalam Pasal 5 ayat 2 Perma No.1 tahun 2006 adalah dengan mengajukan keberatan melalui kepaniteraan Pengadilan Negeri sesuai prosedur perkara perdata. Selain dari pada itu dalam Perma No. 1 Tahun 2006 juga diatur mengenai syarat untuk mengajukan keberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 70 Undang- Undang No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa jo Pasal 6 ayat 3 Perma no. 1 tahun 2006. Kemudian dalam Pasal 6 ayat 5 Perma No.1 Tahun 2006 tersebut juga membuka peluang untuk mengajukan keberatan dengan alasan lain selain dari yang disebutkan dalam ayat 3 huruf a, b, c tersebut. Yang mana dalam kasus sengketa antara pelaku usaha dan konsumen dalam kasus No. 206Pdt.G2006PN. Mdn pelaku usaha menganggap BPSK dalam putusannya telah melampaui kewenangannya dan salah menerapkan hukum atau tidak menerapkan hukum sebagaimana mestinya, yang berarti alasan pelaku usaha untuk mengajukan keberatan tidak termasuk dalam Universitas Sumatera Utara 89 Pasal 6 ayat 3 hururf a, b, c tersebut diatas, tetapi termasuk alasan lain sebagaimana ketentuan Pasal 6 ayat 5 Perma No. 1 tahun 2006. Dalam dasar hukumnya pelaku usaha berpendapat bahwa putusan BPSK yang menyatakan adanya kerugian yang diderita oleh konsumen akibat perbuatan pelaku usaha yang menurut keyakinan majelis dan rasa keadilan adalah sebesar Rp.4. 000.000,- dianggap tidak sesuai dengan Pasal 19 ayat 2 Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, serta tidak sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 350 tahun 2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK pada Pasal 12 ayat 2 huruf a dan b yang pada pokoknya menentukan bahwa Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian santunan sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku. Pada proses penyelesaian sengketa pihak pelaku usaha telah mengakui melakukan kesalahan dalam hal salah cetak iklan untuk produknya yang menyebabkan kerugian terhadap konsumen dan sebagaimana ketentuan daripada Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang no. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas adanya kerusakan, pencemaran dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menganggap bahwa implementasi terhadap Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Universitas Sumatera Utara 90 peraturan lainnya khusunya mengenai pengaturan mengenai hak dan kewajiban pelaku usaha maupun konsumen, mengenai tanggung jawab konsumen, serta tata cara penyelesaian sengketa konsumen dan pelaku usaha telah diterapkan dengan baik oleh pelaku usaha maupun konsumen. Universitas Sumatera Utara 91

BAB V KESIMPULAN dan SARAN