Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

(1)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL

(Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan

Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

Oleh :

DESTI FURI PURNAMA H 34066032

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)(Di Bawah Bimbingan Burhanuddin).

Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok sayuran yang potensial untuk dikembangkan adalah wortel. Wortel merupakan bahan pangan yang digemari, bergizi tinggi, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah utama penghasil wortel. Salah satu sentra produksi wortel di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur. Salah satu sentra produksi wortel di Kabupaten Cianjur adalah Kawasan Rintisan Agropolitan yang berada di wilayah Kecamatan Cipanas.

Komoditi wortel ini tidak hanya dijual dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan. Produk olahan tersebut antara lain berupa manisan atau dodol, kerupuk, sirup, dan stick. Kegiatan pengolahan terhadap wortel ini telah dilakukan sejak tahun 2002 oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur. KWT Kartini ini berada di Kawasan Rintisan Agropolitan. Produk olahan ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Namun demikian, dalam kegiatannya tersebut terdapat beberapa permasalahan dalam aspek pemasaran.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran usaha pengolahan wortel KWT Kartini, merumuskan strategi pemasaran usaha pengolahan wortel oleh KWT Kartini, dan menentukan strategi pemasaran prioritas usaha pengolahan wortel oleh KWT Kartini. Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai dan berdasarkan pembatasan yang dihadapi, maka penelitian dibataskan pada produk olahan wortel berupa manisan atau dodol, kerupuk, sirup, dan stick. Adapun campuran bahan-bahan pendukung seperti gula, vanila, asam sitrat, terigu, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng. Kegiatan usaha yang dijalankan terbatas pada cakupan industri rumah tangga yang dilihat berdasarkan modal dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis lingkungan internal dan eksternal. Formulasi strategi pada analisis lingkungan internal dan eksternal digunakan metode yang bersumber dari buku David (2003). Pada Tahap Pemasukkan (The Input Stage) digunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Dalam Tahap Pemaduan (The Matching Stage) digunakan alat analisis Matriks IE dan Matriks SWOT. Tahap terakhir adalah Tahap Keputusan (The Decision Stage) digunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Analisis lingkungan internal yang dilakukan yaitu terhadap faktor-faktor strategis internal antara lain kualitas produk, lokasi produksi, kapasitas produksi, variasi produk, penelitian dan pelatihan, merek produk, kemasan produk, kegiatan promosi, harga jual produk, dan saluran distribusi.

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan mikro. Faktor lingkungan makro yang paling berpengaruh dalam kegiatan pemasaran KWT Kartini adalah faktor demografi, alam, ekonomi, teknologi, dan sosial budaya. Faktor-faktor lingkungan mikro yang berpengaruh dalam aspek


(3)

pemasaran KWT Kartini yaitu adanya pesaing industri, pendatang baru, adanya produk substitusi, kekuatan tawar pembeli, dan kekuatan tawar pemasok.

Adapun faktor-faktor strategis eksternal tersebut yaitu ketersediaan bahan baku, perkembangan teknologi, dukungan dari pemerintah daerah setempat, gaya hidup, peran agropolitan, menurunnya daya beli masyarakat, naiknya harga kebutuhan pokok, biaya energi yang meningkat, tingkat persaingan industri, dan adanya produk substitusi.

Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis internal, skor total hasil analisis internal adalah 2,7443 yang menandakan bahwa KWT Kartini tersebut berada pada posisi internal “rata-rata”, dalam memanfaatkam kekuatan untuk menghadapi kelemahan yang dihadapi kelemahan yang dihadapi KWT Kartini. Kekuatan utama dari KWT Katini terdapat pada faktor variasi produk dengan skor internal 0,46 dan faktor kualitas produk dengan skor internal 0,4240. Adapun kelemahan utama KWT Kartini terletak pada kemasan produk dan kegiatan promosi dengan skor eksternal berturut-turut 0,2052 dan 0,1940.

Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis eksternal tersebut, skor total analisis eksternal adalah 2,7929 yang menandakan bahwa KWT Kartini tersebut berada pada posisi eksternal “sedang” dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang dihadapi KWT Kartini. Peluang utama KWT Kartini terdapat pada faktor ketersediaan bahan baku dan adanya dukungan dari Pemerintah Daerah setempat dengan skor eksternal berturut-turut 0,4864 dan 0,3762. Ancaman utama KWT Kartini adalah adanya produk substitusi dan daya beli masyarakat yang menurun dengan skor eksternal 0,2120 dan 0,1890.

Pada sumbu-x matriks IE, skor total IFE adalah 2,7443 yang menunjukkan posisi internal rata-rata. Demikian pula pada sumbu-y matriks IE, skor total EFE adalah 2,7929 yang menunjukkan posisi eksternal menengah.

Berdasarkan pemetaan matriks IE di atas, maka KWT Kartini berada pada sel V. bidang usaha yang masuk dalam sel V dapat diterapkan dengan tepat melalui strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain strategy). Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi terbaik yang dapat dilakukan untuk bidang usaha yang masuk dalam sel V dalam matriks IE.

Berdasarkan Matriks SWOT diperoleh strategi SO atau strategi kekuatan-peluang, strategi yang dihasilkan adalah membuka peluang investasi bagi pihak lain. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang, strategi yang dihasilkan antara lain peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk, memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan, dan mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman, strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengolahan produk.Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman, strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk.

Hasil kuesioner yang diisi oleh responden mengenai kemenarikan alternatif strategi menunjukkan bahwa strategi WO (memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan) mendapat total nilai kemenarikan terbesar yaitu 7,628. Selain itu, KWT Kartini juga perlu berusaha untuk melakukan peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk dengan total nilai kemenarikan 6,991.


(4)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL

(Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan

Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

Oleh :

DESTI FURI PURNAMA H 34066032

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Desti Furi Purnama Nomor Registrasi Pokok : H34066032

Program Mayor : Agribisnis

Judul : Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Burhanuddin, MM NIP 132 232 454

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 131 415 082


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (STUDI KASUS KELOMPOK WANITA TANI KARTINI DI KAWASAN RINTISAN AGROPOLITAN KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR) ADALAH BENAR-BENAR HASIL PENELITIAN SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2009

Desti Furi Purnama H34066032


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 4 Desember 1985 sebagai anak dari Bapak A. Suparyat (Alm.) dan Ibu Imas. Penulis adalah anak ke tujuh dari tujuh bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN 2 Pacet dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2000 di SLTPN 1 Pacet. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2003 di SMUN I Sukaresmi.

Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dengan jalur USMI pada Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian dan selesai pada tahun 2006. setelah lulus, pada akhir 2006 penulis langsung melanjutkan pendidikannya di institut yang sama di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel (Studi Kasus Kelompok Wanita Kartini di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)”. Skripsi ini berupaya untuk menggambarkan bagaimana kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dihadapai usaha pengolahan wortel yang dilakukan oleh KWT Kartini dilihat dari kondisi internal dan eksternal. Sehingga diharapkan dapat memberi informasi dan bahan pertimbangan bagi KWT Kartini dalam membuat keputusan tentang strategi pemasaran.

Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, untuk itu penulis berharap mendapatkan masukan dan kritikan guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2009 Penulis


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan berbagi pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa memberikan keyakinan yang tinggi atas Kekuasaan-Nya.

2. Orang tua dan keluarga atas dukungan dan do’anya yang senantiasa mengiringi langkah dan dorongan semangat dalam pembuatan skripsi ini. 3. Ir. Burhanuddin, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan pada pembuatan skripsi ini.

4. Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen penguji utama dan Etriya, SP, MM sebagai dosen penguji komisi pendidikan.

5. Ketua dan anggota KWT Kartini atas yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan masukan serta kerja samanya.

6. Bapak Wahyu dan Ibu Nia selaku pembimbing lapang atas bimbingan dan arahannya selama penelitian.

7. Seluruh staf di Agropolitan yang telah membantu selama kegiatan penelitian. 8. Seluruh staf pengajar dan sekretariat Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. 9. Meiga Hendrayana atas segala bentuk dukungannya.

10. Rekan-rekan semua yang telah memberikan bantuan serta dorongan kepada penulis saat penyusunan skripsi ini.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas informasi dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Januari 2009 Penulis


(10)

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

1.5. Ruang Lingkup ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Wortel ... 13

2.2. Pengertian Industri ... 15

2.3. Konsep Agropolitan ... 15

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 27

3.1.1. Pengolahan ... 27

3.1.2. Pemasaran... 27

3.1.3. Konsep Pemasaran ... 28

3.1.4. Strategi Pemasaran ... 28

3.1.5. Perumusan Strategi... 30

3.1.6. Analisis Lingkungan Pemasaran ... 32

3.1.6.1. Lingkungan Internal ... 32

3.1.6.2. Lingkungan Eksternal... 35

3.1.7. Matriks IFE dan EFE ... 40

3.1.8. Matriks IE dan SWOT ... 41

3.1.9. Matriks QSPM ... 42

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

4.2. Data dan Sumber Data ... 45

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 46

4.3.1. Penentuan Bobot ... 47

4.3.2. Matriks IFE dan EFE ... 48

4.3.3. Matriks IE ... 51

4.3.4. Matriks SWOT ... 53


(11)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL

(Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan

Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

Oleh :

DESTI FURI PURNAMA H 34066032

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)(Di Bawah Bimbingan Burhanuddin).

Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok sayuran yang potensial untuk dikembangkan adalah wortel. Wortel merupakan bahan pangan yang digemari, bergizi tinggi, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah utama penghasil wortel. Salah satu sentra produksi wortel di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur. Salah satu sentra produksi wortel di Kabupaten Cianjur adalah Kawasan Rintisan Agropolitan yang berada di wilayah Kecamatan Cipanas.

Komoditi wortel ini tidak hanya dijual dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan. Produk olahan tersebut antara lain berupa manisan atau dodol, kerupuk, sirup, dan stick. Kegiatan pengolahan terhadap wortel ini telah dilakukan sejak tahun 2002 oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur. KWT Kartini ini berada di Kawasan Rintisan Agropolitan. Produk olahan ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Namun demikian, dalam kegiatannya tersebut terdapat beberapa permasalahan dalam aspek pemasaran.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran usaha pengolahan wortel KWT Kartini, merumuskan strategi pemasaran usaha pengolahan wortel oleh KWT Kartini, dan menentukan strategi pemasaran prioritas usaha pengolahan wortel oleh KWT Kartini. Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai dan berdasarkan pembatasan yang dihadapi, maka penelitian dibataskan pada produk olahan wortel berupa manisan atau dodol, kerupuk, sirup, dan stick. Adapun campuran bahan-bahan pendukung seperti gula, vanila, asam sitrat, terigu, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng. Kegiatan usaha yang dijalankan terbatas pada cakupan industri rumah tangga yang dilihat berdasarkan modal dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis lingkungan internal dan eksternal. Formulasi strategi pada analisis lingkungan internal dan eksternal digunakan metode yang bersumber dari buku David (2003). Pada Tahap Pemasukkan (The Input Stage) digunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Dalam Tahap Pemaduan (The Matching Stage) digunakan alat analisis Matriks IE dan Matriks SWOT. Tahap terakhir adalah Tahap Keputusan (The Decision Stage) digunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Analisis lingkungan internal yang dilakukan yaitu terhadap faktor-faktor strategis internal antara lain kualitas produk, lokasi produksi, kapasitas produksi, variasi produk, penelitian dan pelatihan, merek produk, kemasan produk, kegiatan promosi, harga jual produk, dan saluran distribusi.

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan mikro. Faktor lingkungan makro yang paling berpengaruh dalam kegiatan pemasaran KWT Kartini adalah faktor demografi, alam, ekonomi, teknologi, dan sosial budaya. Faktor-faktor lingkungan mikro yang berpengaruh dalam aspek


(13)

pemasaran KWT Kartini yaitu adanya pesaing industri, pendatang baru, adanya produk substitusi, kekuatan tawar pembeli, dan kekuatan tawar pemasok.

Adapun faktor-faktor strategis eksternal tersebut yaitu ketersediaan bahan baku, perkembangan teknologi, dukungan dari pemerintah daerah setempat, gaya hidup, peran agropolitan, menurunnya daya beli masyarakat, naiknya harga kebutuhan pokok, biaya energi yang meningkat, tingkat persaingan industri, dan adanya produk substitusi.

Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis internal, skor total hasil analisis internal adalah 2,7443 yang menandakan bahwa KWT Kartini tersebut berada pada posisi internal “rata-rata”, dalam memanfaatkam kekuatan untuk menghadapi kelemahan yang dihadapi kelemahan yang dihadapi KWT Kartini. Kekuatan utama dari KWT Katini terdapat pada faktor variasi produk dengan skor internal 0,46 dan faktor kualitas produk dengan skor internal 0,4240. Adapun kelemahan utama KWT Kartini terletak pada kemasan produk dan kegiatan promosi dengan skor eksternal berturut-turut 0,2052 dan 0,1940.

Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis eksternal tersebut, skor total analisis eksternal adalah 2,7929 yang menandakan bahwa KWT Kartini tersebut berada pada posisi eksternal “sedang” dalam memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang dihadapi KWT Kartini. Peluang utama KWT Kartini terdapat pada faktor ketersediaan bahan baku dan adanya dukungan dari Pemerintah Daerah setempat dengan skor eksternal berturut-turut 0,4864 dan 0,3762. Ancaman utama KWT Kartini adalah adanya produk substitusi dan daya beli masyarakat yang menurun dengan skor eksternal 0,2120 dan 0,1890.

Pada sumbu-x matriks IE, skor total IFE adalah 2,7443 yang menunjukkan posisi internal rata-rata. Demikian pula pada sumbu-y matriks IE, skor total EFE adalah 2,7929 yang menunjukkan posisi eksternal menengah.

Berdasarkan pemetaan matriks IE di atas, maka KWT Kartini berada pada sel V. bidang usaha yang masuk dalam sel V dapat diterapkan dengan tepat melalui strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain strategy). Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi terbaik yang dapat dilakukan untuk bidang usaha yang masuk dalam sel V dalam matriks IE.

Berdasarkan Matriks SWOT diperoleh strategi SO atau strategi kekuatan-peluang, strategi yang dihasilkan adalah membuka peluang investasi bagi pihak lain. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang, strategi yang dihasilkan antara lain peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk, memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan, dan mencari informasi pasar dengan penggunaan teknologi informasi. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman, strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengolahan produk.Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman, strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemasaran produk.

Hasil kuesioner yang diisi oleh responden mengenai kemenarikan alternatif strategi menunjukkan bahwa strategi WO (memperbaiki tampilan produk melalui perbaikan kemasan) mendapat total nilai kemenarikan terbesar yaitu 7,628. Selain itu, KWT Kartini juga perlu berusaha untuk melakukan peningkatan promosi penjualan atau penyebaran informasi produk dengan total nilai kemenarikan 6,991.


(14)

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL

(Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan

Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

Oleh :

DESTI FURI PURNAMA H 34066032

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Desti Furi Purnama Nomor Registrasi Pokok : H34066032

Program Mayor : Agribisnis

Judul : Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel (Studi Kasus Kelompok Wanita Tani Kartini Di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Burhanuddin, MM NIP 132 232 454

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 131 415 082


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN WORTEL (STUDI KASUS KELOMPOK WANITA TANI KARTINI DI KAWASAN RINTISAN AGROPOLITAN KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR) ADALAH BENAR-BENAR HASIL PENELITIAN SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2009

Desti Furi Purnama H34066032


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 4 Desember 1985 sebagai anak dari Bapak A. Suparyat (Alm.) dan Ibu Imas. Penulis adalah anak ke tujuh dari tujuh bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN 2 Pacet dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan tingkat menengah dapat diselesaikan penulis pada tahun 2000 di SLTPN 1 Pacet. Pendidikan tingkat atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2003 di SMUN I Sukaresmi.

Pada tahun 2003, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dengan jalur USMI pada Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian dan selesai pada tahun 2006. setelah lulus, pada akhir 2006 penulis langsung melanjutkan pendidikannya di institut yang sama di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pemasaran Produk Olahan Wortel (Studi Kasus Kelompok Wanita Kartini di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur)”. Skripsi ini berupaya untuk menggambarkan bagaimana kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang dihadapai usaha pengolahan wortel yang dilakukan oleh KWT Kartini dilihat dari kondisi internal dan eksternal. Sehingga diharapkan dapat memberi informasi dan bahan pertimbangan bagi KWT Kartini dalam membuat keputusan tentang strategi pemasaran.

Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan skripsi ini, untuk itu penulis berharap mendapatkan masukan dan kritikan guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2009 Penulis


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan berbagi pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa memberikan keyakinan yang tinggi atas Kekuasaan-Nya.

2. Orang tua dan keluarga atas dukungan dan do’anya yang senantiasa mengiringi langkah dan dorongan semangat dalam pembuatan skripsi ini. 3. Ir. Burhanuddin, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan pada pembuatan skripsi ini.

4. Ir. Popong Nurhayati, MM sebagai dosen penguji utama dan Etriya, SP, MM sebagai dosen penguji komisi pendidikan.

5. Ketua dan anggota KWT Kartini atas yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan masukan serta kerja samanya.

6. Bapak Wahyu dan Ibu Nia selaku pembimbing lapang atas bimbingan dan arahannya selama penelitian.

7. Seluruh staf di Agropolitan yang telah membantu selama kegiatan penelitian. 8. Seluruh staf pengajar dan sekretariat Program Ekstensi Manajemen Agribisnis. 9. Meiga Hendrayana atas segala bentuk dukungannya.

10. Rekan-rekan semua yang telah memberikan bantuan serta dorongan kepada penulis saat penyusunan skripsi ini.

11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas informasi dan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, Januari 2009 Penulis


(20)

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

1.5. Ruang Lingkup ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Wortel ... 13

2.2. Pengertian Industri ... 15

2.3. Konsep Agropolitan ... 15

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 27

3.1.1. Pengolahan ... 27

3.1.2. Pemasaran... 27

3.1.3. Konsep Pemasaran ... 28

3.1.4. Strategi Pemasaran ... 28

3.1.5. Perumusan Strategi... 30

3.1.6. Analisis Lingkungan Pemasaran ... 32

3.1.6.1. Lingkungan Internal ... 32

3.1.6.2. Lingkungan Eksternal... 35

3.1.7. Matriks IFE dan EFE ... 40

3.1.8. Matriks IE dan SWOT ... 41

3.1.9. Matriks QSPM ... 42

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

4.2. Data dan Sumber Data ... 45

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 46

4.3.1. Penentuan Bobot ... 47

4.3.2. Matriks IFE dan EFE ... 48

4.3.3. Matriks IE ... 51

4.3.4. Matriks SWOT ... 53


(21)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1. Kawasan Agropolitan Ciamjur ... 57

5.2. Desa Inti Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Cianjur ... 57

5.3. Keadaan Umum KWT Kartini ... 60

5.4. Pengaruh Penyuluh Pembimbing Lapang Bagi Kelompok Tani ... 62

5.5. Proses Produksi ... 62

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Lingkungan Internal ... 66

6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ... 73

6.3. Perumusan Strategi ... 79

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 92

7.2. Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(22)

Nomor Halaman 1. Jumlah Produksi dan Luas Panen Tanaman Hortikultura

Tahun 2007 ... 2 2. Kandungan Nilai Gizi dan Kalori dalam Umbi Wortel per 100 gram

Bahan Segar ... 3 3. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Wortel

Kabupaten Cianjur Tahun 2002 – 2007... 4 4. Jumlah Produksi Komoditi Sayuran di Kawasan Agropolitan

Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2004 - 2007 ... 5 5. Daftar Harga Wortel di Stasiun Agribisnis Cigombong

Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Bulan Juli 2007 – Juli 2008 ... 8 6. Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Berkaitan

dengan Penelitian... 26 7. Variabel-Variabel Bauran Pemasaran ... 30 8. Penilaian Bobot Faktor Internal-Eksternal Perusahaan ... 48 9. Matriks IFE... 49 10. Matriks EFE... 50 11. Matriks SWOT ... 54 12. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ... 56 13. Jumlah Penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian

Desa Sindangjaya Tahun 2007... 59 14. Aset KWT Kartini ... 61 15. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)... 82 16. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 83 17. Matriks SWOT KWT Kartini ... 86 18. Matriks QSPM ... 90


(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Grafik Harga Wortel di Kecamatan Cipanas Bulan Juli 2007 –

Juli 2008 ... 7 2. Kerangka Kerja Analitis Perumusan Strategi ... 31 3. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri ... 40 4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ... 44 5. Matriks IE ... 52 6. Matriks IE KWT Kartini... 85


(24)

Nomor Halaman 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2003 – 2007* ... 95 2. Kuisioner Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal... 96 3. Matriks Perbandingan Strategis Internal dan Eksternal ... 109 4. Penilaian Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal ... 112 5. Rata-rata Pembobotan Faktor Strategis Internal dan

Eksternal KWT Kartini... 113 6. Hasil Kuisioner Matriks QSPM... 114


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena dari sektor inilah sebagian besar kebutuhan manusia dipenuhi. Oleh karena itu, pertanian perlu ditangani secara sungguh-sungguh sehingga dapat memberikan manfaat sesuai dengan kebutuhan manusia. Sebagai negara agraris, pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia.

Secara umum pertanian terdiri dari pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan tanaman hortikultura. Hortikultura terdiri atas buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka. Karena hortikultura mempunyai sifat yang unik, yaitu mudah rusak dan pada umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar, maka diperlukan perlakuan khusus dalam penanganannya.

Pengembangan usaha di bidang hortikultura merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kontribusi sektor pertanian. Hal ini dikarenakan hortikultura merupakan sumber pertumbuhan yang masih potensial dan belum sepenuhnya dimanfaatkan. Pengembangan komoditas hortikultura merupakan penggerak program diversifikasi, ekstensifikasi, intensifikasi, dan rehabilitasi pertanian yang merupakan inti dari kegiatan pembangunan pertanian.

Berbagai komoditas hortikultura diproduksi luas di Indonesia khususnya di daerah dataran tinggi. Jumlah produksi dan luas panen tanaman hortikultura tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.


(26)

Tabel 1. Jumlah Produksi dan Luas Panen Tanaman Hortikultura Tahun 2007 Angka Tetap 2007 No Komoditas

Satuan

Produksi Luas Panen Satuan 1. Buah-buahan

Ton 17.116.622 756.766 Ha 2. Sayuran

Ton 9.455.464 1.001.606 Ha

3. Tanaman Hias

- - - -

Tanaman Hias Potong

Tangkai 179.374.218 9.189.976 m2 Dracaena

Batang 2.041.962 98.107 m2

Melati

Kg 474.911.940 1.427.534 m2 Pohon Palem

Pohon 1.171.768 250.549.792 m2 4. Tanaman Biofarmaka

Kg 15.775.751 749.869 Pohon Sumber : Laporan RAPIM Ditjen Hortikultura Tahun 2008

Sebagai salah satu komoditas hortikultura, sayuran mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi, karena sayuran merupakan produk pertanian yang dikonsumsi setiap saat. Kebutuhan pasar akan sayuran terus mengalami peningkatan dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dengan mengurangi konsumsi makanan berlemak tinggi dari bahan hewani ke bahan nabati. Tingginya permintaan terhadap sayuran juga dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran gizi sejalan dengan peningkatan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, meningkatnya industri pengolahan dan industri pariwisata dan restoran, hotel serta pasar yang menginginkan jenis sayuran yang lebih beragam dengan mutu yang baik.

Salah satu komoditas hortikultura dari kelompok sayuran yang potensial untuk dikembangkan adalah wortel. Wortel banyak ditanam di dataran tinggi. Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Departemen Pertanian Tahun


(27)

3

2007, produksi wortel dibandingkan dengan produksi sayuran lainnya di Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 1.

Wortel merupakan bahan pangan yang digemari, bergizi tinggi, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kandungan zat-zat gizi yang terdapat pada umbi wortel secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Kandungan Nilai Gizi dan Kalori dalam Umbi Wortel per 100 gram Bahan Segar

No. Jenis Zat Gizi Jumlah

1 Kalori (kal.) 42,00

2 Protein (g) 1,20

3 Lemak (g) 0,30

4 Karbohidrat (g) 9,30

5 Kalsium (mg) 39,00

6 Fosfor (mg) 37,00

7 Besi (mg) 0,80

8 Natrium (mg) 32,00

9 Serat (g) 0,90

10 Abu (g) 0,80

11 Vitamin A (SI) 12.000,00

12 Vitamin B-1 (mg) 0,06

13 Vitamin B-2 (mg) 0,04

14 Vitamin C (mg) 6,00

15 Niacin (mg) 0,60

16 Air (g) 88,20

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1981) dan Food and Nutrition Research Center Handbook No 1, Manila (1964) dalam Rahmat Rukamana (1995)


(28)

Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah utama penghasil wortel. Salah satu sentra produksi wortel di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur. Pada tahun 2005 – 2006 produksi mengalami penurunan karena berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain lahan yang digunakan untuk penanaman, kualitas benih yang digunakan, teknik budidaya, dan kondisi agroklimat. Besarnya luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas wortel di Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Wortel di Kabupaten Cianjur Tahun 2002 - 2007

Tahun

Luas Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Ku/Ha)

Produksi (Ton)

2002 2.153 2.233 311,01 69.448 2003 2.316 2.392 267,67 64.027 2004 2.930 2.800 311,13 87.115 2005 3.162 3.164 304,08 96.211 2006 2.989 3.125 256,51 80.160 2007 3.238 2.544 190,36 48.429 Sumber : Subdin Bina Usaha, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur Tahun 2008

Salah satu sentra produksi wortel di Kabupaten Cianjur adalah Kawasan Rintisan Agropolitan yang berada di wilayah Kecamatan Cipanas. Dilihat dari jumlah produksi beberapa komoditi sayuran di Kawasan Rintisan Agropolitan wilayah Kecamatan Cipanas tahun 2005 - 2007, produksi wortel menduduki peringkat pertama dibanding dengan jumlah produksi sayuran lainnya. Dengan demikian wortel termasuk ke dalam komoditi unggulan selain bawang daun.


(29)

5

Jumlah produksi beberapa komoditi sayuran di Kawasan Agropolitan wilayah Kecamatan Cipanas tahun 2005 – 2007 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Produksi Komoditi Sayuran di Kawasan Agropolitan Wilayah Kecamatan Cipanas Tahun 2005 – 2007

Produksi (ton) Jenis Komoditi

Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007

Wortel 25.547,1 13.813,5 12.469

Bawang daun 7.774,5 7.392,2 8.644

Kubis 5.682 2.401,1 1.640

Sawi 1.544 1.619 332

Lobak 1.558 3.264 4.498

Sumber : Programa Penyuluhan Pertanian BPP Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur

Pengembangan usahatani wortel di kecamatan Cipanas meliputi semua kegiatan, mulai dari pengadaan sarana produksi (input), budidaya, penanganan dan pengolahan produk, distribusi dan pemasaran hasil serta berbagai kegiatan-kegiatan lain yang mendukung. Dalam pelaksanaannya seluruh kegiatan-kegiatan tesebut harus saling terkait satu sama lainnya.

1.2. Perumusan Masalah

Salah satu komoditi unggulan di Kawasan Agropolitan Kabupaten Cianjur yaitu wortel. Komoditi wortel ini tidak hanya dijual dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan. Produk olahan tersebut antara lain berupa dodol, kerupuk, sirup, dan stick.

Kegiatan pengolahan wortel ini telah dilakukan sejak tahun 2002 oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas


(30)

Kabupaten Cianjur. KWT Kartini ini berada di Kawasan Rintisan Agropolitan sehingga dalam kegiatannya selalu memperoleh bimbingan dari para penyuluh lapang Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur.

Produk olahan ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Potensi pertama yaitu adanya ketersediaan bahan baku utama. Wortel sebagai bahan baku utama dari produk olahan ini, mudah diperoleh di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas. Hal ini dikarenakan wortel merupakan komoditas unggulan di Kawasan Rintisan tersebut.

Potensi kedua yaitu tanggapan positif dari masyarakat terhadap produk olahan wortel. Tanggapan tersebut banyak muncul dari para tamu berasal dari luar Kabupaten Cianjur yang datang ke Kawasan Rintisan Agropolitan. Tanggapan positif ini menunjukkan bahwa produk olahan wortel tersebut bisa dijadikan sebagai makanan khas Kabupaten Cianjur.

Kualitas produk yang cukup baik yang dibuktikan dengan telah diperolehnya ijin dari Departemen Kesehatan, merupakan potensi lain yang menjadi salah satu faktor kekuatan untuk dapat berkembang. Dengan adanya ijin ini, akan membuat konsumen lebih merasa aman untuk mengkonsumsi produk olahan wortel tersebut.

Di sisi lain, adanya kegiatan pengolahan ini ternyata mampu memberdayakan masyarakat setempat khususnya ibu rumah tangga di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas. Ibu-ibu tersebut dapat bekerja dan memperoleh penghasilan tanpa menggangu aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Artinya kegiatan pengolahan ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(31)

7

Selain itu, kegiatan pengolahan ini juga mampu meningkatkan nilai tambah bagi petani. Pada saat harga wortel rendah karena terjadi peningkatan produksi, maka kegiatan pengolahan akan lebih baik untuk dilakukan. Nilai tambah akan diperoleh oleh petani jika dibandingkan hanya menjual wortel dalam bentuk segar. Oleh karena itu, kegiatan pengolahan perlu dilakukan mengingat harga wortel yang mengalami fluktuasi seperti yang terlihat pada Gambar 1 berikut, yaitu dalam kurun waktu satu tahun dengan harga rata-rata per bulannya mulai bulan Juli 2007 sampai Juli 2008.

0 500 1000 1500 2000 2500 Jul-0 7 Au g-07 Se p-07 O ct-07 Nov -07 Dec -07 Jan-08 Fe b-08 Ma r-08 Ap r-08 May -08 Jun-08 Jul-0 8 Bulan H a rg a p e r ki lo g ram Harga Rata-rata

Gambar 1. Grafik Harga Wortel di Kecamatan Cipanas Bulan Juni 2007 – Juli 2008

Dari Gambar 1. tersebut dapat diketahui tingkat harga terendah terjadi pada bulan Mei 2008 dan harga tertinggi pada bulan Januari 2008. pada bulan Mei 2008, luas panen di beberapa daerah seperti Ciwidey, Lembang, Pangalengan, dan Bogor meningkat, sedangkan permintaan terhadap wortel rendah. Hal ini dikarenakan arus penawaran dari daerah lain sentra produksi wortel tinggi yaitu seperti dari daerah Malang dan Majalengka. Kondisi penawaran yang tinggi diakibatkan karena penanaman pada bulan Februari 2008 tinggi sebagai akibat


(32)

curah hujan yang tinggi sehingga wortel ditanam di banyak daerah pegunungan. Oleh sebab itu, harga menjadi rendah pada bulan Mei 2008.

Hal sebaliknya terjadi pada bulan Januari 2008, harga wortel tinggi. Kondisi ini dikarenakan luas tanam di beberapa daerah sentra produksi wortel menurun. Penurunan ini diakibatkan curah hujan yang berkurang sementara di sisi lain permintaan tinggi dan arus penawaran rendah dari berbagai daerah sentra produksi wortel. Besarnya harga terendah, tertinggi, dan harga rata-rata wortel pada bulan Juli 2007 – Juli 2008 tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Daftar Harga Wortel di Sub Terminal Agribisnis Cigombong Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur Bulan Juli 2007 – Juli 2008

Jenis Harga Harga (Rp/Kg)

Harga Terendah 452,5

Harga Tertinggi 2.063,5

Harga Rata-rata 1.182,029

Sumber : Sub Terminal Agribisnis (STA) Cigombong

Sebagai contoh harga wortel bulan Juli 2008 adalah Rp 1.000 per kilogram. Petani akan memperoleh harga yang lebih tinggi dari harga per kilogram wortel tersebut jika petani melakukan pengolahan terlebih dahulu, artinya akan diperoleh nilai tambah dari kegiatan pengolahan. Produk olahan yang dihasilkan dapat berupa dodol, kerupuk, sirup, dan stick wortel.

Jika satu kilogram wortel diolah untuk dijadikan dodol, maka akan menghasilkan lima pack dodol dengan harga Rp 4.000 per pack. Jika diolah menjadi kerupuk maka akan menghasilkan1,5 kilogram kerupuk mentah dengan harga Rp 5.000 per ¼ kilogram. Untuk menghasilkan satu botol sirup ukuran 625 mililiter, digunakan sekitar tiga kilogram wortel dengan harga Rp 20.000 per


(33)

9

botol. Adapun jika diolah menjadi stick, satu kilogram wortel akan menghasilkan 10 bungkus dan masing-masing bungkus dua ons dengan harga Rp 5.000 per bungkus.

Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan harga yang akan diperoleh oleh petani jika dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian kegiatan pengolahan akan memberikan nilai tambah bagi petani, dibandingkan jika hanya menjual wortel dalam bentuk segar.

Mulai bulan November 2006 sampai tahun 2008 ini, kegiatan pengolahan wortel mulai menghadapi permasalahan dalam aspek pemasaran. Indikasi yang menunjukkan adanya permasalahan itu yakni kegiatan penjualan produk yang dilakukan masih terbatas. Penjualan ini hanya dilakukan kepada tamu yang berkunjung ke kawasan Rintisan Agropolitan. Tamu-tamu tersebut datang dari kawasan agropolitan di wilayah lain untuk melakukan studi banding di Agropolitan Kabupaten Cianjur.

Dengan adanya keterbatasan lokasi penjualan produk olahan ini, maka dapat dikatakan penjualan belum mampu dijual keluar jauh dari tempat produksi. Hal ini terkait dengan keterbatasan informasi pasar yang dimiliki oleh KWT Kartini.

Masalah lainnya yaitu dalam hal kemasan produk. Kemasan produk yang masih belum menarik menunjukkan bahwa teknologi pengemasan belum diterapkan. Dengan demikian pasar belum bisa menerima produk olahan ini karena kondisi kemasan yang masih sederhana.

Kondisi produk olahan yang tidak tahan lama juga merupakan suatu permasalahan yang dihadapi oleh KWT Kartini. Dodol dapat bertahan selama satu


(34)

bulan, kerupuk mentah dua bulan, kerupuk siap makan satu bulan, sirup dua sampai tiga bulan, dan stick dapat bertahan selama dua bulan. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan siklus yang pendek untuk produk dapat sampai ke konsumen. Jika produk tidak cepat sampai ke konsumen maka akan muncul barang sisa dan itulah yang akan menjadi masalah bagi KWT Kartini.

Menghadapi masalah-masalah tersebut, maka manfaat yang seharusya dapat diperoleh dari kegiatan pengolahan ini belum dapat dirasakan khususnya oleh KWT Kartini. Kegiatan pemasaran yang belum mampu dilakukan dengan baik oleh KWT Kartini mengakibatkan penjualan produk olahan wortel yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi berkaitan dengan aspek pemasaran untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh KWT Kartini tersebut.

Strategi yang sebaiknya digunakan KWT Kartini dalam kaitannya dengan usaha pemasaran adalah strategi yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal. Tantangan utama yang dihadapi KWT Kartini saat ini adalah bagaimana membangun dan mempertahankan usaha yang sehat dalam pasar dan lingkungan usaha yang cepat berubah sehingga mempengaruhi organisasi dan manajemen. Dengan menggunakan analisis terhadap lingkungan, diharapkan KWT Kartini dapat melakukan strategi pemasaran tepat yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan industri makanan.

Dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Apa saja faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran yang dihadapi oleh usaha pengolahan wortel KWT Kartini?


(35)

11

2. Mengidentifikasi strategi pemasaran apa saja yang dapat diterapkan oleh usaha pengolahan wortel KWT Kartini?

3. Strategi pemasaran mana yang dapat dilakukan oleh KWT Kartini dalam kaitannya dengan aspek pemasaran sehingga dapat mengembangkan kegiatan usaha pengolahan wortel tersebut ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk merumuskan strategi pemasaran bagi produk olahan wortel di Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini di Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka secara rinci penelitian ini ditujukan untuk :

1. Menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal pemasaran usaha pengolahan wortel KWT Kartini.

2. Merumuskan strategi pemasaran usaha pengolahan wortel oleh KWT Kartini. 3. Menentukan strategi pemasaran prioritas usaha pengolahan wortel oleh KWT

Kartini.

1.4. Kegunaan Penelitian

Untuk itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak. Penelitian ini berguna bagi :

1. Kelompok tani yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan dalam penentuan proses pengolahan dan penetapan strategi pemasaran.


(36)

2. Pemerintah dan instansi terkait, yang dapat berfungsi sebagai sumber informasi dan tambahan masukan dalam melihat sejauh mana industri wortel dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan menciptakan nilai tambah bagi suatu usaha, terutama industri kecil.

3. Peneliti yang menjadi pengalaman berharga dan sebagai langkah awal dalam penerapan ilmu pengetahuan. Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini maka diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

1.5. Ruang Lingkup

Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai dan berdasarkan pembatasan yang dihadapi, maka penelitian dibataskan pada produk olahan wortel berupa dodol, kerupuk, sirup, dan stick. Adapun campuran bahan-bahan pendukung seperti gula,vanila, asam sitrat, sagu, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng. Kegiatan usaha yang dijalankan terbatas pada cakupan industri rumah tangga.


(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Wortel

Tanaman wortel (Daucus carota L.) berasal dari daerah yang beriklim sedang (subtropis). Tanaman ini ditemukan sekitar 6.500 tahun yang lalu, tumbuh secara liar di kawasan kepulauan Asia Tengah (Punjab, Kasmir, Afganistan, Tajikistan, dan bagian barat Tiam San) dan kawasan Timur Dekat (Asia Kecil, Dataran Tinggi Turkmenistan, Transcaucasia, dan Iran). Dari kawasan Asia, mula-mula tanaman wortel dibudidayakan di sekitar Laut Tengah. Selanjutnya, menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Amerika, dan akhirnya menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia yang beriklim panas (tropis) (Cahyono, 2002).

Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor dan peningkatan ekspor (Rukmana, 1995).

Budidaya wortel di Indonesia pada mulanya hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, dimana propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi wortel. Di Jawa Barat pada mulanya sentra produksi wortel hanya terkonsentrasi di daerah Lembang dan Cipanas.

Wortel merupakan bahan pangan (sayuran) yang digemari, bergizi tinggi, harga murah dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Mengkonsumsi wortel sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi masalah kekurangan


(38)

vitamin A. Selain sebagai sumber vitamin A serta nutrisi, wortel juga berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit dan memelihara kecantikan.

Tanaman wortel merupakan sayuran dataran tinggi, dimana pada permulaan tumbuh menghendaki cuaca dingin dan lembab. Keunggulan dari tanaman ini adalah dapat ditanam sepanjang tahun baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Yang perlu diperhatikan untuk suhu udara bagi wortel adalah, jika suhu udara terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi kecil-kecil (abnormal) dan berwarna pucat atau kusam dan apabila suhu udara terlalu rendah (sangat dingin) maka umbi yang terbentuk menjadi panjang kecil.

Keadaan tanah yang cocok untuk wortel adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang). Umumnya jenis tanah yang baik adalah andosol yang terdapat di daerah dataran tinggi (pegunungan). Wortel dapat tumbuh baik pada keasaman tanah (pH) antara 5,5 - 6,5 dan untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0-6,8. Di Indonesia wortel umumnya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1000-2000 m dpl, tetapi dapat pula ditanam di dataran tinggi medium (>500 m dpl), namun produksi dan kualitas kurang memuaskan.

Usaha tani wortel secara intensif sistem agribisnis memberikan keuntungan yang memadai. Potensi daya hasil wortel varietas unggul dapat mencapai antara 20-25 ton per ha. Bila harga jual rata-rata Rp. 500 per kg, keuntungan bersih usaha tani wortel selama + 3 bulan dapat mencapai lebih dari Rp 5 juta per hektar. Bahkan akhir-akhir ini peluang pasar wortel makin luas dan beragam, selain dalam bentuk segar diantaranya adalah bentuk umbi segar, umbi


(39)

15

beku segar dan umbi muda segar juga dapat dijual dalam bentuk olahan. Produk olahan tersebut diantaranya dodol, kerupuk, sirup, dan stick wortel.

2.2. Pengertian Industri

Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, dan atau mengubah barang dasar yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir. Menurut Badan Pusat Statistik (1999) dalam Patria (2005), perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) perusahaan atau usaha yang terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produk dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.

2.3. Konsep Agropolitan

Agropolitan terdiri dari dua kata yaitu agro dan politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Definisi agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang yang memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya (Dinas Pertanian Cianjur, 2003).


(40)

Sistem dan usaha agribisnis merupakan pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu. Artinya, tidak saja dalam usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi usaha penyediaan sarana prasarana produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil pertanian dan usaha jasa seperti bank, penyuluhan, penelitian, dan atau pengkajian (off-farm) (Dinas Pertanian Cianjur, 2003).

Agropolitan merupakan pemerataan spasial yang akan menyumbang pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan Agropolitan merupakan pembangunan pusat-pusat pelayanan pada kota-kota kecil yang dilengkapi dengan infrastruktur fasilitas perkotaan antara lain : jaringan jalan, lembaga pasar, lembaga keuangan, perkantoran, lembaga penyuluhan, lembaga pendidikan, prasarana dan sarana umum lainnya, transportasi, telekomunikasi, listrik, air bersih, lembaga petani dan lembaga kesehatan.

Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah (desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten) tetapi ditentukan dengan memperlihatkan skala ekonomi (Dinas Pertanian Cianjur, 2003).

Program pengembangan agropolitan adalah program pengembangan yang berbasis pertanian di kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergiskan berbagai potensi yang ada untuk mendorong, berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah (Dinas Pertanian Cianjur, 2003).


(41)

17

Tujuan utama program ini adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota yang mendorong berkembangnya sistem usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan dan berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) (Dinas Pertanian Cianjur, 2003). Adapun sasarannya adalah sebagai berikut (Dinas Pertanian Cianjur, 2003) :

1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan;

2. Membuat master plan kawasan pengembangan agropolitan;

3. Membangun dan memelihara sarana dan prasarana guna menunjang kegiatan usaha agribisnis;

4. Membangun dan menguatkan kelembagaan pendukung; 5. Membangun sistem monitoring dan evaluasi.

Suatu kawasan dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan bila (Dinas Pertanian Cianjur, 2003) :

1. Memiliki lahan yang memadai dan terdapat komoditi unggulan.

2. Memiliki sarana dan prasarana agribisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis seperti pasar, lembaga keuangan, kelembagan petani, balai penyuluhan pertanian, percobaan teknologi agribisnis, jaringan jalan, aksessibilitas dengan daerah lain dan sarana irigasi. 3. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosial/masyarakat yang memadai

seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dan lain-lain.


(42)

4. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain.

5. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin.

Suatu kawasan agropolitan yang sudah berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Dinas Pertanian Cianjur, 2003) :

1. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian (agribisnis).

2. Kegiatan di kawasan tersebut sebagian besar didominasi oleh kegiatan pertanian atau agribisnis, termasuk di dalamnya usaha industri (pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk perdagangan untuk ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan.

3. Hubungan kota dan desa di kawasan agropolitan bersifat timbal balik yang harmonis dan saling membutuhkan, dimana kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya (on-farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off-farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi, informasi pengolahan dan pemasaran hasil produksi pertanian.

4. Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan mirip dengan suasana kota karena keadaan sarana yang ada di kawasan agropolitan tidak jauh berbeda dengan perkotaan.


(43)

19

Berkembangnya sistem dan usaha agribisnis di kawasan agropolitan tidak hanya membangun usaha budidaya (on-farm) saja tetapi juga off-farmnya, yaitu usaha agribisnis hulu (pengadaan sarana pertanian), agribisnis hilir (pengolahan hasil pertanian dan pemasaran) dan jasa penunjangnya, sehingga akan mengurangi kesenjangan pendapatan antar masyarakat, mengurangi kemiskinan dan mencegah terjadinya urbanisasi tenaga produktif, serta akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Rivai, 2003) dalam Mulyahati (2005). Dengan demikian dalam suatu kawasan agropolitan menjalankan sistem agribisnis.

Peranan agropolitan dalam mengembangkan sistem agribisnis terutama agribisnis hilir (pengolahan hasil dan pemasaran) diharapkan memiliki dan mampu bersaing, bersifat kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Mampu berdaya saing dicirikan antara lain berorientasi pasar, mampu meningkatkan pangsa pasar baik nasional maupun internasional, meningkatkan produktivitas dan nilai tambah melalui :

1. Pemanfaatan modal (capital driven);

2. Pemanfaatan inovasi teknologi (innovation driven);

3. Kreativitas sumberdaya manusia (skill driven), dan bukan lagi mengandalkan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tidak terdidik.

Berkerakyatan artinya mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki oleh rakyat banyak, menjadikan rakyat banyak sebagai pelaku utama pembangunan agribisnis dan menumbuhkembangkan organisasi ekonomi dan jaringannya menjadi milik rakyat banyak, sehingga nilai tambah yang tercipta dinikmati secara nyata oleh rakyat banyak. Berkelanjutan artinya memiliki kemampuan merespon perubahan pasar yang cepat dan efisien, berorientasi kepentingan jangka panjang,


(44)

mengadopsi teknologi yang terus-menerus, menggunanakan teknologi ramah lingkungan dan mengupayakan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Terdesentralisasi artinya adalah berbasis pada pendayagunaan keragaman sumberdaya lokal, berkembangnya kreativitas pelaku ekonomi lokal dan memampukan Pemerintah Daerah sebagai fasilitator pembangunan (pendamping dan pemberdaya masyarakat) (Dinas Pertanian Cianjur, 2003).

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Mulyahati (2005) melakukan penelitian tentang saluran pemasaran wortel di kawasan Agropolitan Cianjur. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa saluran pemasaran yang dominan dilakukan di kawasan Agropolitan Cianjur adalah melalui petani, pedagang pengumpul, supplier, dan pedagang pengecer (supermarket), Pasar TU. Kemang Bogor dan Pasar Bekasi. Sebagian besar petani lebih memilih untuk menjual hasil panennya melalui petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer di pasar TU. Kemang Bogor. Seluruh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam setiap saluran pemasaran melakukan fungsi pemasaran berdasarkan dengan kegiatan pemasarannya.

Struktur pasar yang dihadapi petani di kawasan Agropolitan Cianjur adalah struktur pasar persaingan sempurna. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul dan pedagang pengecer di Pasar TU. Kemang Bogor dan Pasar Bekasi adalah pasar persaingan sempurna, sedangkan struktur pasar yang dihadapi supplier dan pedagang pengecer (supermarket) adalah pasar ologopoli. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul yang menjual produknya ke supplier adalah struktur pasar oligopsoni.


(45)

21

Kegiatan penjualan dan pembelian pada tingkat lembaga pemasaran untuk setiap saluran berjalan dengan baik, dimana harga ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dan mekanisme pasar. Terdapat dua sistem pembayaran anatara lain tunai dan dibayarkan jika barang telah habis terjual. Sistem pembayaran dari pedagang pengecer (supermarket) kepada supplier pada saluran pemasaran I dilakukan dua minggu sekali atau satu bulansekali jika terjadi keterlambatan. Kerja sama yang terjalin antar lembaga pemasaran sangat baik dan berdasarkan rasa kekeluargaan dan saling percaya yang tinggi.

Berdasarkan perhitungan marjin pemasaran dan farmer’s share, saluran pemasaran wortel yang paling efisien dan memberikan bagian terbesar untuk petani adalah saluran pemasaran II (petani-pedagang pengumpul-pedagang pengecer (Pasar TU. Kemang Bogor)). Rasio keuntungan biaya tertinggi pada pemasaran wortel terdapat pada saluran pemasaran III (petani-pedagang pengecer (Pasar Bekasi)), maka saluran pemasaran III dapat menjadi alternatif saluran pemasaran yang dapat digunakan jika prioritas yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan petani.

Persamaan dengan penelitian Mulyahati adalah tempat penelitian yaitu di kawasan rintisan Agropolitan. Perbedaannya adalah objek yang diteliti dan metode analisis yang digunakan.

Adriyani (2004) melakukan penelitian tentang strategi pengembangan kawasan Agropolitan, (study kasus : Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat). Berdasarkan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa penetapan komoditi unggulan dalam pengembangan Kawasan Agropolitan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah. Kawasan Agropolitan


(46)

Kecamatan Pacet merupakan wilayah pertanian, khususnya hortikultura. Komoditi yang dijadikan komoditi unggulan pada kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet adalah wortel, bawang daun dan kembang kol. Ketiga komoditi tersebut memberikan surplus pendapatan bagi Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet. Komoditi unggulan tersebut memberikan multiplier effect terhadap pendapatan Kecamatan Pacet sebesar 1,0348 berdasarkan harga konstan.

Keragaan sistem agribisnis komoditi unggulan (wortel, bawang daun dan kembang kol) terdiri dari subsistem penyediaan sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan hasil dan subsistem pemasaran. Lembaga penunjang yang membantu kegiatan agribisnis yang terdapat di Kawasan Agropolitan ini antara lain : kelompok tani, koperasi, lembaga penyuluh (Balai Penyuluhan Pertanian/BPP), lembaga keuangan, STA dan lain-lain.

Pusat pelayanan dan pertumbuhan di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet menunjukan bahwa Desa Cipanas menempati hirarki pusat pelayanan tertinggi. Sedangkan desa dengan hirarki pusat pelayanan terendah adalah Desa Ciherang. Hirarki pusat pertumbuhan dan pelayanan tidak tergantung dari besarnya penduduk yang dapat dilayani.

Strategi pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur secara umum sebagai berikut :

1. Pengembangan Kawasan Agropolitan disesuaikan dengan kondisi, karakteristik dan peluang yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Oleh karena itu, kegiatan basis dari kawasan tersebut harus diketahui terlebih dahulu. Setelah mengetahui kegiatan basisnya, maka dilakukan penetapan komoditi unggulan untuk dikembangkan secara instensif dan terarah.


(47)

23

2. Pengembangan agribisnis yang terdapat dalam pengembangan Kawasan Agopolitan dapat menimbulkan kegiatan ekonomi baru. Kegiatan ekonomi yang baru ini juga disesuaikan dengan kondisi, kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh kawasan.

3. Meningkatnya peran serta masyarakat, khususnya pelaku agribisnis dalam menunjang kegiatan pengembangan Kawasan Agropolitan dapat berbentuk kegiatan usaha bersama.

4. Pengembangan sarana dan prasarana sosial ekonomi guna menunjang kegiatan pertanian dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan. Pengembangan sarana dan prasarana tersebut seperti jaringan jalan, transportasi, irigasi, pasar untuk komoditi, telekomunikasi dan lain-lain.

5. Strategi yang disusun dalam pengembangan Kawasan Agropolitan harus sesuai dengan kondisi, karakteristik dan peluang yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Akan tetapi strategi tersebut harus berwawasan lingkungan dan melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya. Strategi yang diterapkan juga disesuaikan dengan komoditi unggulan yang akan dikembangkan dan yang dibutuhkan oleh Kawasan Agropolitan.

Persamaan dengan penelitian Adriyani adalah metode analisis yang digunakan dan tempat penelitian di kawasan rintisan Agropolitan. Adapun perbedaannya adalah objek yang diteliti.

Jati (2006) melakukan penelitian tentang analisis nilai tambah dan strategi pemasaran kopi bubuk Arabika Kelompok Tani Manunggal VI Kecamatan Jambu Semarang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut perhitungan nilai tambah pada bulan Desember 2006, nilai tambah kotor yang dihasilkan adalah sebesar Rp.


(48)

8.800 per kilogram dengan rasio nilai tambah sebesar 41,89 persen dari nilai produk. Imbalan tenaga kerja sebesar Rp. 1.600. Hal ini berarti bahwa 17,97 persen dari nilai tambah pemasaran merupakan imbalan yang diterima tenaga kerja. Sedangkan nilai tambah bersih sebesar Rp. 7.200 atau 34,32 persen dari harga jual yang merupakan keuntungan yang diterima kelompok tani.

Marjin yang diperoleh dari setiap penjualan satu kilogram kopi bubuk adalah Rp. 12.000. Marjin yang didistribusikan untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp. 1.600 per kilogram atau sebesar 13,25 persen. Marjin untuk sumbangan input lain sebesar Rp. 3.200 per kilogram atau sebesar 26,69 persen. Sedangkan marjin yang merupakan keuntungan usaha adalah Rp. 7.200 per kilogram atau sebesar 60,06 persen, yang merupakan imbalan bagi perusahaan yang lebih besar daripada marjin imbalan tenaga kerja menunjukkan bahwa Kelompok Tani Manunggal IV merupakan usaha yang padat modal.

Berdasarkan analisis SWOT, strategi SO terpilih adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengolahan dan pemasaran produk kopi. Strategi WO terpilih adalah penngkatan jumlah produksi dan memperluas jaringan pemasaran. Strategi ST terpilih adalah memproduksi jenis kopi racikan. Strategi WT terpilih adalah mengikutsertakan anggota kelompok tani dalam program-program pemerintah yang berkaitan dengan perkebunan, pengembangan usaha, dan pelatihan. Hasil penentuan prioritas utama strategi berdasarkan matriks QSPM adalah membuka peluang investasi kepada pihak lain.

Persamaan dengan penelitian Jati adalah metode analisis yang digunakan. Adapun perbedaannya adalah objek yang diteliti dan tempat penelitian.


(49)

25

Patria (2005), melakukan penelitian tentang strategi pengembangan bisnis di PT Supra Sari Pratama (SSP) Bogor. Dalam penelitiannya menggunakan alat analisis berupa Matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM. Setelah dilakukan analisa ternyata nilai matriks internal PT SSP adalah sebesar 1.680 maka perusahaan ini memiliki faktor internal yang tergolong rendah. Kekuatan yang dimiliki perusahaan harga jual produk yang selalu diusahakan selalu lebih rendah dari produk-produk yang telah dikenal oleh masyarakat. Kelemahannya adalah biaya produksi yang rendah masih sulit dicapai.

Di sisi lain nilai matriks eksternalnya adalah 2.157, ini menunjukkan respon PT SSP kepada lingkungan eksternal tergolong sedang. Peluang terbesar yang dimanfaatkan adalah kepercayaan masyarakat. Ancaman terbesar yang dihadapi adalah daya beli masyarakat. Hal ini menempatkan posisi PT SSP berada pada posisi kuadran keenam, dimana strategi yang dapat dilakukan penekanan pada produk bermutu tinggi dengan harga sedang, penekanan biaya dan pengendalian biaya yang ketat, serta periklanan yang terbatas.

Berdasarkan urutan kemenarikan, strategi yang disarankan untuk diterapkan oleh perusahaan adalah :

1. Mengefisienkan penggunaan bahan baku dan sumber energi pabrik.

2. Berusaha mempertahankan kualitas produk dan harga jual yang lebih rendah dari pesaing.

3. Memperluas pasar dengan memproduksi produk yang lebih bervariasi. 4. Mengoptimalkan kerja R&D agar didapat produk yang sesuai dengan


(50)

5. Menjalin kerjasama dengan distributor yang telah ada untuk melakukan promosi.

Persamaan dengan penelitian Patria adalah metode analisis yang digunakan. Adapun perbedaannya adalah objek penelitian dan lokasi penelitian. Penelitian tentang strategi pemasaran produk olahan wortel di kawasan rintisan Agropolitan Kabupaten Cianjur belum pernah dilakukan. Ringkasan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian-penelitian. dapat dilihat padaa Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama

Penulis Tahun Judul Metode Analisis

Mulyahati

2005

Saluran Pemasaran Wortel di Kawasan Agropolitan Cianjur

Marjin Pemasaran, Farmer’s Share, dan Rasio Keuntngan Biaya Adriyani 2004 Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan (Studi Kasus: Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)

LQ, Sistem Agribisnis,

Skalogram, Matriks IFE, EFE, SWOT, QSPM.

Jati

2006

Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Arabika Kelompok Manunggal VI Kecamatan jambu Semarang Metode Hayami, Matriks IFE,EFE,IE,SWOT, dan QSPM Patria 2005 Strategi Pengembangan Bisnis di PT Supra Sari Pratama Bogor

Matriks

IFE,EFE,IE,SWOT, dan QSPM


(51)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengolahan

Kegiatan pengolahan bertujuan memberikan nilai tambah terhadap suatu produk, mengatasi kelebihan produksi, serta dapat meningkatkan harga jual produk. Begitu pun halnya pada komoditi wortel dapat diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis makanan maupun minuman.

Pengolahan yang bertujuan memberikan nilai tambah ini telah dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kartini yang berada di Dusun Kemang, Desa Sindangjaya yang juga masih termasuk ke dalam kelompok tani di Kawasan Rintisan Agropolitan Kecamatan Cipanas. Kegiatan ini mulai dilakukan pada bulan April 2004. Komoditi wortel telah diolah menjadi dodol, kerupuk, sirup, dan stick.

Bahan baku utama yaitu wortel diperoleh dari para petani wortel di Kawasan Rintisan Agropolitan. Wortel mudah diperoleh karena merupakan komoditi unggulan. Adapun campuran bahan-bahan pendukung lainnya seperti gula, vanila, asam sitrat, sagu, penyedap rasa, ketumbar, air, dan minyak goreng banyak tersedia di pasar.

3.1.2. Pemasaran

Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Adapun manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan, pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang, dan


(52)

jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

3.1.3. Konsep Pemasaran

Kotler (2000) menjelaskan bahwa pekerjaan pemasaran bukan untuk menemukan pelanggan yang tepat bagi produk, melainkan menemukan produk yang tepat bagi pelanggan. Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih. Konsep pemasaran berdiri di atas empat pilar ; pasar sasaran, kebutuhan pelanggan, pemasaran terpadu, dan kemampuan menghasilkan laba.

Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa, yang memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Swasta dan Handoko, 1987) dalam (Jati, 2006).

3.1.4. Strategi Pemasaran

Perencanaan strategi pemasaran merupakan langkah yang memegang peranan penting bagi organisasi atau perusahaan karena keberhasilan pemasaran pada dasarnya akan dapat menentukan standar, harkat, dan martabat hidup perusahaan. Dengan demikian pencapaian kinerja pemasaran yang unggul akan menjadi cita-cita setiap eksekutif perusahaan. Strategi pemasaran menjabarkan rencana permainan untuk mencapai sasaran perusahaan.


(53)

29

Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dan atas logika itu unit bisnis diharapkan bisa mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran dapat didefinisikan sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melaui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Pada dasarnya strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan variabel-variabel seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran. Strategi pemasaran merupakan bagian integral dari strategi bisnis yang memberikan arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi. Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dan hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan, dan kondisi persaingan yang dihadapi (Kotler, 2000).

Perumusan strategi pemasaran didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat dapat berubah dengan cepat, sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman, baik yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan dalam internal perusahaan, seperti perubahan terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.

Strategi pemasaran dapat dilakukan melalui penetapan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Marketing mix merupakan sekelompok variabel yang sering dijalankan


(54)

oleh suatu perusahaan dengan tujuan meningkatkan jumlah penjualan produknya di pasar. Adapun variabel-variabel bauran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 7. Variabel-variabel Bauran Pemasaran

Produk Distribusi Promosi Harga

Kualitas Saluran Periklanan Harga Fasilitas Cakupan Penjualan personal Potongan harga

Pilihan Lokasi Promosi penjualan Allowances

Model Persediaan Publisitas Periode

Nama merek Pembayaran Transportasi Syarat kredit

Kemasan Ukuran Layanan Jaminan Pengembalian Sumber : David Tahun 2003

3.1.5. Perumusan Strategi

Menurut Rangkuti (2000), teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan ke dalam tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yaitu tahap pengumpulan input (the input stage), tahap pemaduan (the matching stage), dan tahap penetapan strategi (the decision stage). Alat yang disajikan dalam kerangka perumusan strategi tersebut dapat digunakan untuk semua ukuran dan tipe organisasi, serta dapat membantu ahli strategi mengenali, mengevaluasi, dan memilih strategi. Tahap pertama dalam kerangka formulasi strategi terdiri dari matriks EFE, matriks IFE, dan matriks profil persaingan. Tahap ini disebut tahap input karena karena meringkas informasi input dasar yang diperlukan untuk menentukan strategi.


(55)

31

Tahap kedua disebut tahap pemaduan atau pencocokan yang difokuskan untuk menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor internal dengan eksternal. Teknik tahap kedua ini termasuk matriks SWOT, matriks IE, matriks Grand Strategy, matriks SPACE, dan matriks BCG.

Tahap ketiga disebut tahap keputusan, yaitu proses pengambilan keputusan strategi apa yang menjadi prioritas dengan menggunakan matriks QSPM. Matriks QSPM menggunakan informasi input dari tahap pertama untuk dijadikan sasaran guna mengevaluasi strategi alternatif yang akan diidentifikasi pada tahap kedua. QSPM mengungkapkan daya tarik relatif dari strategi alternatif sehingga menjadi dasar sasaran untuk memilih strategi spesifik. Ketiga tahapan dalam perumusan strategi tersebut seperti yang disajikan pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Kerangka Kerja Analitis Perumusan Strategi Sumber : Rangkuti (2000)

Stage 1 : The Input Stage Matriks EFE Matriks IFE

Stage 2 : The Matching Stage

Matriks Profil Persaingan

Matriks SWOT

Matriks BCG Matriks IE

Matriks SPACE

Matriks Grand Strategy

Stage 3 : The Decision Stage (Matriks QSPM)


(56)

3.1.6. Analisis Lingkungan Pemasaran

Dalam menetapkan suatu strategi pemasaran, perusahaan harus memperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya. Agar sukses dalam jangka waktu lama, perusahaan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan (David, 2003). Lingkungan ini dibedakan menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perlu diketahui oleh suatu perusahaan untuk menentukan strategi yang dijalankan guna memasarkan produk yang dihasilkan.

Nurhayatie dan Mutamimah (2005) dalam Jati (2006), tiga alasan perusahaan perlu melakukan analisis lingkungan, yaitu (1) Lingkungan dapat berubah dengan cepat sehingga perlu melakukan analisis secara sistematis, (2) Perusahaan perlu mencari informasi dari sekelilingnya guna menentukan faktor-faktor yang ada di lingkungan sekarang yang menjadi ancaman maupun faktor-faktor apa saja yang menjadi peluang, (3) Perusahaan secara sistematis melakukan analisis dan mengenali lingkungan akan dapat bekerja lebih efektif dan efisien.

3.1.6.1. Lingkungan Internal

Lingkungan internal dapat dianalisis dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi informasi-informasi karakteristik perusahaan (Nurhayatie dan Mutamimah, 2005) dalam Jati (2006) . (David, 2003), menjelaskan bahwa sebuah variabel merupakan kekuatan apabila menyediakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan dengan lebih baik secara relatif terhadap kecakapan pesaing lain yang sudah ada ataupun potensial. Sebuah variabel merupakan kelemahan apabila berupa sesuatu yang tidak dilakukan dengan baik oleh perusahaan atau perusahaan tidak memiliki kepastian untuk melakukannya, sementara para pesaingnya memiliki kapasitas tersebut.


(57)

33

Lingkungan internal meliputi bagian dalam perusahaan yang merupakan sumberdaya perusahaan yang dapat menjadi kekuatan perusahaan jika dikelola secara efektif dan efesien, dan apabila sebaliknya menjadi kelemahan perusahaan. Lingkungan internal terdiri dari faktor pemasaran, keuangan, produksi, administrasi, riset dan pengembangan. Pada akhirnya, analisis terhadap lingkungan internal perusahaan akan memberikan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan yang dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan strategi pemasarannya (David, 2003).

Disebut kekuatan jika variabel internal yang dievaluasi mampu menjadikan perusahaan memiliki keunggulan tertentu. Perusahaan mampu mengerjakan sesuatu dengan lebih baik atau lebih murah dibandingkan pesaingnya. Paling tidak variabel tersebut menjadi pembeda utama untuk mempertahankan lebih baik jika mampu mengembangkan kinerja masa lalu. Disebut kelemahan jika perusahaan tidak mampu mengerjakan sesuatu yang ternyata dapat dikerjakan dengan baik atau lebih murah oleh pesaingnya. Paling tidak, variabel tersebut dievaluasi sebagai penyebab pokok penurunan kerja. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel yang terkait dengan strategi bauran pemasaran (marketing mix).

Kunci sukses organisasi adalah kerjasama efektif dan saling pengertian antar manajer dari semua bidang fungsional dari bisnis. Berikut beberapa contoh bidang fungsional (David, 2003) :

1. Manajemen

Fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan pengendalian.


(58)

2. Pemasaran

Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi menciptakan, dan memenuhi kebutuhan pelanggan akan produk dan jasa. Terdapat sembilan dasar fungsi pemasaran, yaitu : (1) analisis pelanggan, (2) membeli sediaan, (3) menjual produk atau jasa, (4) merencanakan produk atau jasa, (5) menetapkan harga, (6) distribusi, (7) riset pemasaran, (8) analisis peluang, dan (9) tanggung jawab sosial. 3. Keuangan

Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing prusahaan dan daya tarik keseluruhan bagi keseluruhan bagi investor. Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan organisasi sangat penting dalam merumuskan strategi secara efektif. Faktor-faktor keuangan seperti likuiditas, solvabilitas, modal kerja, profitabilitas, pemanfaatan harta, arus kas, dan modal, sering mengubah strategi yang ada dan mengubah rencana implementasi.

4. Produksi dan Operasi

Fungsi produksi dan operasi terdiri dari aktifitas yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa. Manajemen produksi dan operasi terdari dari lima bidang keputusan : proses, kapasitas, sediaan, tenaga kerja, dan mutu.

5. Sumberdaya Manusia (SDM)

Faktor sumberdaya manusia dapat menambah kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Berhubungan dengan penerimaan, penyeleksian, penilaian motivasi serta mempertahankan jumlah dan tipe pekerja yang dibutuhkan.

6. Penelitian dan Pengembangan

Investasi pada litbang mengarah pada produk dan jasa yang superior dan keunggulan bersaing. Anggaran litbang diarahkan pada pengembangan produk baru sebelum


(59)

35

pesaing, memperbaiki mutu produk, atau memperbaiki proses manufaktur untuk menekan biaya.

3.1.6.2. Lingkungan Eksternal

Perusahaan tidak bisa memusatkan pehatian pada lingkungan internal saja, tetapi juga harus menyadari pentingnya pengaruh eksternal pada perusahaan (Swasta dan Handoko, 1986) dalam (Jati, 2006). Analisis lingkungan eksternal merupakan proses mengidentifikasi dan mengevaluasi informasi-informasi dari luar perusahaan, sehingga dapat mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Menurut David (2003), faktor eksternal perusahaan adalah isu-isu lingkungan yang dianggap memiliki probabilitas tinggi untuk terjadi dan probabilitas tinggi untuk mempengaruhi perusahaan. Kotler (2000), mendefinisikan peluang pemasaran sebagai suatu daerah kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan. Sedangkan ancaman lingkungan adalah tantangan akibat kecenderungan atau perkembangan yang kurang menguntungkan, yang akan mengurangi penjualan dan laba jika tidak dilakukan tindakan pemasaran defensif.

Kotler (2000), membagi lingkungan eksternal menjadi dua macam, yaitu lingkungan eksternal makro (tidak langsung), terdiri dari demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik-hukum, dan sosial budaya. Adapun lingkugan eksternal mikro (langsung), yang terdiri dari para pesaing, penyedia (pemasok), pelanggan, produk substitusi, dan pendatang baru.

a. Lingkungan Makro

Lingkungan makro menggambarkan suatu situasi di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Terdapat tiga karakteristik khas lingkungan makro. Pertama, lingkungan makro tidak memiliki batas (boundlessness) dan memiliki


(1)

Lampiran 3. (Lanjutan) Matriks Perbandingan Strategis Internal dan Eksternal

Responden 4 Faktor Internal A B C D E F G H I J

A 3 3 3 1 3 1 3 3 3 B 1 3 3 1 1 1 1 1 2 C 1 1 2 2 2 2 3 3 2 D 1 1 2 1 1 1 1 3 2 E 3 3 2 3 2 2 3 3 2 F 1 3 2 3 2 2 3 3 2 G 3 3 2 3 2 2 3 3 2 H 1 3 1 3 1 1 1 3 2

I 1 3 1 1 1 1 1 1 2 J 1 2 2 2 2 2 3 2 2

Responden 1 Faktor Eksternal A B C D E F G H I J

A 2 1 3 2 2 2 3 3 2 B 2 2 3 3 2 2 3 3 1 C 3 2 3 3 2 2 3 3 2 D 1 1 1 3 2 2 3 3 2 E 2 1 1 1 2 2 2 3 3 F 2 2 2 2 2 2 3 3 2 G 2 2 2 2 2 2 1 1 1 H 1 1 1 1 2 1 3 1 1

I 1 1 1 1 1 1 3 3 1 J 2 3 2 2 1 2 3 3 3

Responden 2 Faktor Eksternal A B C D E F G H I J

A 2 3 3 3 3 2 2 3 2 B 2 3 2 2 2 2 2 3 1 C 1 1 2 2 2 2 2 3 1 D 1 2 2 2 2 2 2 2 1 E 1 2 2 2 2 2 2 2 2 F 1 2 2 2 2 2 2 2 1 G 2 2 2 2 2 2 2 1 1 H 2 2 2 2 2 2 2 1 2

I 1 1 1 2 2 2 3 3 2 J 2 3 3 3 2 3 3 2 2


(2)

Lampiran 3. (Lanjutan) Matriks Perbandingan Strategis Internal dan Eksternal

Responden 3

Faktor Eksternal A B C D E F G H I J A 3 3 3 3 3 2 2 3 2 B 1 3 2 2 3 3 3 3 2 C 1 3 1 2 1 2 2 2 1 D 1 2 3 2 1 3 3 3 2 E 1 2 2 2 3 3 3 2 2 F 1 1 2 3 1 1 3 3 3 G 2 1 2 1 1 3 3 3 3 H 2 1 2 1 1 1 1 2 1

I 1 1 2 1 2 1 1 2 1 J 2 2 3 2 2 1 1 3 3

Responden 4

Faktor Eksternal A B C D E F G H I J A 3 3 3 3 2 2 3 3 3 B 1 1 2 2 2 2 2 1 2 C 1 3 3 3 1 1 1 1 3 D 1 2 1 2 1 1 1 1 1 E 1 2 1 2 2 2 1 1 2 F 2 2 3 3 2 2 2 3 3 G 2 2 3 3 2 2 2 1 3 H 1 2 3 3 3 2 2 3 3

I 1 3 3 3 3 1 3 1 3 J 1 2 1 3 2 1 1 1 1


(3)

Lampiran 4. Penilaian Rating Faktor Strategis Internal dan Eksternal Nilai Rata-rata Rating Faktor Strategis Internal

Faktor Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Rata-rata

A 4 4 4 4 4

B 4 4 3 4 3,8

C 4 3 3 3 3,3

D 4 4 4 4 4

E 4 4 4 4 4

F 1 2 2 2 1,8

G 1 2 2 1 1,5

H 1 3 2 2 2

I 1 1 2 1 1,3

J 2 1 2 1 1,5

Nilai Rata-rata Rating Faktor Strategis Eksternal Faktor Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Rata-rata

A 3 4 4 4 3,8

B 3 4 3 3 3,3

C 3 4 4 4 3,8

D 3 4 4 4 3,8

E 3 4 4 3 3,5

F 1 2 2 2 1,8

G 1 2 2 2 1,8

H 1 2 2 2 1,8

I 2 2 2 2 2


(4)

Lampiran 5. Rata-rata Pembobotan Faktor Strategis Internal dan Eksternal KWT Kartini

Bobot Faktor Strategis Internal Pakar

1

Pakar 2

Pakar 3

Pakar 4

Rata-rata

Kualitas produk A 0,106 0,1 0,089 0,128 0,106 Lokasi produksi B 0,089 0,117 0,117 0,078 0,100 Kapasitas produksi C 0,083 0,094 0,094 0,1 0,093 Kemampuan bermitra dengan

Stakeholder D 0,1 0,094 0,094 0,072 0,090

Variasi produk E 0,1 0,122 0,111 0,128 0,115 Kemasan produk F 0,1 0,117 0,122 0,117 0,114 Merek produk G 0,111 0,106 0,106 0,128 0,113 Kegiatan promosi H 0,122 0,083 0,094 0,089 0,097 Saluran distribusi I 0,1 0,056 0,072 0,067 0,074 Harga jual produk J 0,089 0,111 0,1 0,094 0,099

Bobot Faktor Strategis Eksternal Pakar

1

Pakar 2

Pakar 3

Pakar 4

Rata-rata

Ketersediaan bahan baku A 0,111 0,128 0,133 0,139 0,128 Perkembangan teknologi B 0,117 0,106 0,122 0,083 0,107 Dukungan Pemda setempat C 0,128 0,089 0,083 0,094 0,099 Gaya hidup D 0,1 0,089 0,11 0,061 0,090 Peran Agropolitan E 0,094 0,094 0,11 0,078 0,094 Menurunnya daya beli

masyarakat F 0,111 0,089 0,099 0,122 0,105 Naiknya harga kebutuhan pokok G 0,083 0,089 0,105 0,111 0,097

Biaya energi yang meningkat H 0,067 0,094 0,066 0,122 0,087 Tingkat persaingan industri I 0,072 0,094 0,066 0,117 0,087 Adanya produk substitusi J 0,117 0,128 0,105 0,072 0,106


(5)

Lampiran 6. Hasil Kuisioner Matriks QSPM

Faktor Strategis S1 S2 S3 S4 S5 S6 Kekuatan

A 4 4 4 4 4 4

B 3 3 3 3 3 3

C 3 4 4 4 4 4

D 4 4 4 4 4 4

E 4 4 4 4 4 4

Kelemahan F 4 4 4 4 4 G 4 1 4 3 4

H 4 4 4 4 1 4

I 4 1 4 2 3 1

J 1 1 3 3 4 Peluang

A 2 4 4 1 4 1

B 4 4 4 4 4 4

C 4 4 4 4 4 4

D 2 1 3 4 1 2

E 4 4 4 4 2 1

Ancaman

F 4 4 4 4 2 4

G 4 4 4 4 4 2

H 3 3 3 1 4 4

I 4 4 4 4 4 4


(6)

15 Lampiran 4. Matriks QSPM

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Faktor Strategis Bobot

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS Kekuatan

A 0,106 4 0,424 4 0,424 4 0,424 4 0,424 4 0,424 4 0,424

B 0,100 3 0,300 3 0,300 3 0,300 3 0,300 3 0,300 3 0,300

C 0,093 4 0,372 3 0,279 4 0,372 4 0,372 4 0,372 4 0,372

D 0,090 4 0,360 4 0,360 4 0,360 4 0,360 4 0,360 4 0,360

E 0,115 4 0,460 4 0,460 4 0,460 4 0,460 4 0,460 4 0,460

Kelemahan

F 0,114 4 0,456 4 0,456 4 0,456 4 0,456 0,000 4 0,456

G 0,113 1 0,113 4 0,452 3 0,339 4 0,452 0,000 4 0,452

H 0,097 4 0,388 4 0,388 4 0,388 4 0,388 1 0,097 4 0,388

I 0,074 1 0,074 4 0,296 2 0,148 4 0,296 3 0,222 1 0,074

J 0,099 1 0,099 1 0,099 3 0,297 3 0,297 0,000 4 0,396

Peluang

A 0,128 4 0,512 2 0,256 1 0,128 4 0,512 4 0,512 1 0,128

B 0,107 4 0,428 4 0,428 4 0,428 4 0,428 4 0,428 4 0,428

C 0,099 4 0,396 4 0,396 4 0,396 4 0,396 4 0,396 4 0,396

D 0,09 1 0,090 2 0,180 4 0,360 3 0,270 1 0,090 2 0,180

E 0,094 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 2 0,188 1 0,094

Ancaman

F 0,105 4 0,420 4 0,420 4 0,420 4 0,420 2 0,210 4 0,420

G 0,097 4 0,388 4 0,388 4 0,388 4 0,388 4 0,388 2 0,194

H 0,087 3 0,261 3 0,261 1 0,087 3 0,261 4 0,348 4 0,348

I 0,087 4 0,348 4 0,348 4 0,348 4 0,348 4 0,348 4 0,348

J 0,106 4 0,424 4 0,424 4 0,424 4 0,424 4 0,424 4 0,424