beku segar dan umbi muda segar juga dapat dijual dalam bentuk olahan. Produk olahan tersebut diantaranya dodol, kerupuk, sirup, dan stick wortel.
2.2. Pengertian Industri
Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia atau dengan tangan
sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, dan atau mengubah barang dasar yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud
mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir. Menurut Badan Pusat Statistik 1999 dalam Patria 2005, perusahaan atau usaha industri adalah suatu
unit kesatuan perusahaan atau usaha yang terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produk
dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.
2.3. Konsep Agropolitan
Agropolitan terdiri dari dua kata yaitu agro dan politan polis. Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan
sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Definisi agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang
yang memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian
agribisnis di wilayah sekitarnya Dinas Pertanian Cianjur, 2003.
Sistem dan usaha agribisnis merupakan pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu. Artinya, tidak saja dalam usaha budidaya on-farm
tetapi juga meliputi usaha penyediaan sarana prasarana produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian, pemasaran hasil pertanian dan usaha jasa seperti bank,
penyuluhan, penelitian, dan atau pengkajian off-farm Dinas Pertanian Cianjur, 2003.
Agropolitan merupakan pemerataan spasial yang akan menyumbang pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan Agropolitan merupakan
pembangunan pusat-pusat pelayanan pada kota-kota kecil yang dilengkapi dengan infrastruktur fasilitas perkotaan antara lain : jaringan jalan, lembaga pasar,
lembaga keuangan, perkantoran, lembaga penyuluhan, lembaga pendidikan, prasarana dan sarana umum lainnya, transportasi, telekomunikasi, listrik, air
bersih, lembaga petani dan lembaga kesehatan. Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa sentra produksi
pertanian yang ada di sekitarnya dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administratif pemerintah desakelurahan, kecamatan, kabupaten tetapi
ditentukan dengan memperlihatkan skala ekonomi Dinas Pertanian Cianjur, 2003.
Program pengembangan agropolitan adalah program pengembangan yang berbasis pertanian di kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan
jalan mensinergiskan berbagai potensi yang ada untuk mendorong, berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis
kerakyatan berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah Dinas Pertanian Cianjur, 2003.
Tujuan utama program ini adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan
peningkatan keterkaitan desa dan kota yang mendorong berkembangnya sistem usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan dan berkelanjutan tidak
merusak lingkungan Dinas Pertanian Cianjur, 2003. Adapun sasarannya adalah sebagai berikut Dinas Pertanian Cianjur, 2003 :
1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan;
2. Membuat master plan kawasan pengembangan agropolitan; 3. Membangun dan memelihara sarana dan prasarana guna menunjang kegiatan
usaha agribisnis; 4. Membangun dan menguatkan kelembagaan pendukung;
5. Membangun sistem monitoring dan evaluasi. Suatu kawasan dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan
bila Dinas Pertanian Cianjur, 2003 : 1. Memiliki lahan yang memadai dan terdapat komoditi unggulan.
2. Memiliki sarana dan prasarana agribisnis yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis seperti pasar, lembaga keuangan,
kelembagan petani, balai penyuluhan pertanian, percobaan teknologi agribisnis, jaringan jalan, aksessibilitas dengan daerah lain dan sarana irigasi.
3. Memiliki sarana dan prasarana kesejahteraan sosialmasyarakat yang memadai seperti kesehatan, pendidikan, kesenian, rekreasi, perpustakaan, swalayan dan
lain-lain.
4. Memiliki sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti transportasi, jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih dan lain-lain.
5. Kelestarian lingkungan hidup baik kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun keharmonisan hubungan kota dan desa terjamin.
Suatu kawasan agropolitan yang sudah berkembang memiliki ciri-ciri sebagai berikut Dinas Pertanian Cianjur, 2003 :
1. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian agribisnis.
2. Kegiatan di kawasan tersebut sebagian besar didominasi oleh kegiatan pertanian atau agribisnis, termasuk di dalamnya usaha industri pengolahan
pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian termasuk perdagangan untuk ekspor, perdagangan agribisnis hulu sarana pertanian dan permodalan,
agrowisata dan jasa pelayanan. 3. Hubungan kota dan desa di kawasan agropolitan bersifat timbal balik yang
harmonis dan saling membutuhkan, dimana kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya on-farm dan produk olahan skala rumah
tangga off-farm, sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana
pertanian, modal, teknologi, informasi pengolahan dan pemasaran hasil produksi pertanian.
4. Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan mirip dengan suasana kota karena keadaan sarana yang ada di kawasan agropolitan tidak jauh berbeda
dengan perkotaan.
Berkembangnya sistem dan usaha agribisnis di kawasan agropolitan tidak hanya membangun usaha budidaya on-farm saja tetapi juga off-farmnya, yaitu
usaha agribisnis hulu pengadaan sarana pertanian, agribisnis hilir pengolahan hasil pertanian dan pemasaran dan jasa penunjangnya, sehingga akan mengurangi
kesenjangan pendapatan antar masyarakat, mengurangi kemiskinan dan mencegah terjadinya urbanisasi tenaga produktif, serta akan meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah PAD Rivai, 2003 dalam Mulyahati 2005. Dengan demikian dalam suatu kawasan agropolitan menjalankan sistem agribisnis.
Peranan agropolitan dalam mengembangkan sistem agribisnis terutama agribisnis hilir pengolahan hasil dan pemasaran diharapkan memiliki dan
mampu bersaing, bersifat kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Mampu berdaya saing dicirikan antara lain berorientasi pasar, mampu meningkatkan
pangsa pasar baik nasional maupun internasional, meningkatkan produktivitas dan nilai tambah melalui :
1. Pemanfaatan modal capital driven; 2. Pemanfaatan inovasi teknologi innovation driven;
3. Kreativitas sumberdaya manusia skill driven, dan bukan lagi mengandalkan kelimpahan sumberdaya alam dan tenaga kerja tidak terdidik.
Berkerakyatan artinya mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki oleh rakyat banyak, menjadikan rakyat banyak sebagai pelaku utama pembangunan
agribisnis dan menumbuhkembangkan organisasi ekonomi dan jaringannya menjadi milik rakyat banyak, sehingga nilai tambah yang tercipta dinikmati secara
nyata oleh rakyat banyak. Berkelanjutan artinya memiliki kemampuan merespon perubahan pasar yang cepat dan efisien, berorientasi kepentingan jangka panjang,
mengadopsi teknologi yang terus-menerus, menggunanakan teknologi ramah lingkungan dan mengupayakan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
hidup. Terdesentralisasi artinya adalah berbasis pada pendayagunaan keragaman sumberdaya lokal, berkembangnya kreativitas pelaku ekonomi lokal dan
memampukan Pemerintah Daerah sebagai fasilitator pembangunan pendamping dan pemberdaya masyarakat Dinas Pertanian Cianjur, 2003.
2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu