mengadopsi teknologi yang terus-menerus, menggunanakan teknologi ramah lingkungan dan mengupayakan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
hidup. Terdesentralisasi artinya adalah berbasis pada pendayagunaan keragaman sumberdaya lokal, berkembangnya kreativitas pelaku ekonomi lokal dan
memampukan Pemerintah Daerah sebagai fasilitator pembangunan pendamping dan pemberdaya masyarakat Dinas Pertanian Cianjur, 2003.
2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Mulyahati 2005 melakukan penelitian tentang saluran pemasaran wortel di kawasan Agropolitan Cianjur. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa saluran
pemasaran yang dominan dilakukan di kawasan Agropolitan Cianjur adalah melalui petani, pedagang pengumpul, supplier, dan pedagang pengecer
supermarket, Pasar TU. Kemang Bogor dan Pasar Bekasi. Sebagian besar petani lebih memilih untuk menjual hasil panennya melalui petani, pedagang pengumpul
dan pedagang pengecer di pasar TU. Kemang Bogor. Seluruh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam setiap saluran pemasaran melakukan fungsi
pemasaran berdasarkan dengan kegiatan pemasarannya. Struktur pasar yang dihadapi petani di kawasan Agropolitan Cianjur
adalah struktur pasar persaingan sempurna. Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul dan pedagang pengecer di Pasar TU. Kemang Bogor dan
Pasar Bekasi adalah pasar persaingan sempurna, sedangkan struktur pasar yang dihadapi supplier dan pedagang pengecer supermarket adalah pasar ologopoli.
Struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul yang menjual produknya ke supplier adalah struktur pasar oligopsoni.
Kegiatan penjualan dan pembelian pada tingkat lembaga pemasaran untuk setiap saluran berjalan dengan baik, dimana harga ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama dan mekanisme pasar. Terdapat dua sistem pembayaran anatara lain tunai dan dibayarkan jika barang telah habis terjual. Sistem
pembayaran dari pedagang pengecer supermarket kepada supplier pada saluran pemasaran I dilakukan dua minggu sekali atau satu bulansekali jika terjadi
keterlambatan. Kerja sama yang terjalin antar lembaga pemasaran sangat baik dan berdasarkan rasa kekeluargaan dan saling percaya yang tinggi.
Berdasarkan perhitungan marjin pemasaran dan farmer’s share, saluran pemasaran wortel yang paling efisien dan memberikan bagian terbesar untuk
petani adalah saluran pemasaran II petani-pedagang pengumpul-pedagang pengecer Pasar TU. Kemang Bogor. Rasio keuntungan biaya tertinggi pada
pemasaran wortel terdapat pada saluran pemasaran III petani-pedagang pengecer Pasar Bekasi, maka saluran pemasaran III dapat menjadi alternatif saluran
pemasaran yang dapat digunakan jika prioritas yang ingin dicapai adalah peningkatan pendapatan petani.
Persamaan dengan penelitian Mulyahati adalah tempat penelitian yaitu di kawasan rintisan Agropolitan. Perbedaannya adalah objek yang diteliti dan
metode analisis yang digunakan. Adriyani 2004 melakukan penelitian tentang strategi pengembangan
kawasan Agropolitan, study kasus : Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
penetapan komoditi unggulan dalam pengembangan Kawasan Agropolitan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik wilayah. Kawasan Agropolitan
Kecamatan Pacet merupakan wilayah pertanian, khususnya hortikultura. Komoditi yang dijadikan komoditi unggulan pada kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet
adalah wortel, bawang daun dan kembang kol. Ketiga komoditi tersebut memberikan surplus pendapatan bagi Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet.
Komoditi unggulan tersebut memberikan multiplier effect terhadap pendapatan Kecamatan Pacet sebesar 1,0348 berdasarkan harga konstan.
Keragaan sistem agribisnis komoditi unggulan wortel, bawang daun dan kembang kol terdiri dari subsistem penyediaan sarana produksi, subsistem
budidaya, subsistem pengolahan hasil dan subsistem pemasaran. Lembaga penunjang yang membantu kegiatan agribisnis yang terdapat di Kawasan
Agropolitan ini antara lain : kelompok tani, koperasi, lembaga penyuluh Balai Penyuluhan PertanianBPP, lembaga keuangan, STA dan lain-lain.
Pusat pelayanan dan pertumbuhan di Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet menunjukan bahwa Desa Cipanas menempati hirarki pusat pelayanan
tertinggi. Sedangkan desa dengan hirarki pusat pelayanan terendah adalah Desa Ciherang. Hirarki pusat pertumbuhan dan pelayanan tidak tergantung dari
besarnya penduduk yang dapat dilayani. Strategi pengembangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Pacet
Kabupaten Cianjur secara umum sebagai berikut : 1. Pengembangan Kawasan Agropolitan disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik dan peluang yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Oleh karena itu, kegiatan basis dari kawasan tersebut harus diketahui terlebih dahulu.
Setelah mengetahui kegiatan basisnya, maka dilakukan penetapan komoditi unggulan untuk dikembangkan secara instensif dan terarah.
2. Pengembangan agribisnis yang terdapat dalam pengembangan Kawasan Agopolitan dapat menimbulkan kegiatan ekonomi baru. Kegiatan ekonomi
yang baru ini juga disesuaikan dengan kondisi, kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh kawasan.
3. Meningkatnya peran serta masyarakat, khususnya pelaku agribisnis dalam menunjang kegiatan pengembangan Kawasan Agropolitan dapat berbentuk
kegiatan usaha bersama. 4. Pengembangan sarana dan prasarana sosial ekonomi guna menunjang kegiatan
pertanian dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan. Pengembangan sarana dan prasarana tersebut seperti jaringan jalan,
transportasi, irigasi, pasar untuk komoditi, telekomunikasi dan lain-lain. 5. Strategi yang disusun dalam pengembangan Kawasan Agropolitan harus
sesuai dengan kondisi, karakteristik dan peluang yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Akan tetapi strategi tersebut harus berwawasan lingkungan dan
melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya. Strategi yang diterapkan juga disesuaikan dengan komoditi unggulan yang akan dikembangkan dan yang
dibutuhkan oleh Kawasan Agropolitan. Persamaan dengan penelitian Adriyani adalah metode analisis yang
digunakan dan tempat penelitian di kawasan rintisan Agropolitan. Adapun perbedaannya adalah objek yang diteliti.
Jati 2006 melakukan penelitian tentang analisis nilai tambah dan strategi pemasaran kopi bubuk Arabika Kelompok Tani Manunggal VI Kecamatan Jambu
Semarang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut perhitungan nilai tambah pada bulan Desember 2006, nilai tambah kotor yang dihasilkan adalah sebesar Rp.
8.800 per kilogram dengan rasio nilai tambah sebesar 41,89 persen dari nilai produk. Imbalan tenaga kerja sebesar Rp. 1.600. Hal ini berarti bahwa 17,97
persen dari nilai tambah pemasaran merupakan imbalan yang diterima tenaga kerja. Sedangkan nilai tambah bersih sebesar Rp. 7.200 atau 34,32 persen dari
harga jual yang merupakan keuntungan yang diterima kelompok tani. Marjin yang diperoleh dari setiap penjualan satu kilogram kopi bubuk
adalah Rp. 12.000. Marjin yang didistribusikan untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp. 1.600 per kilogram atau sebesar 13,25 persen. Marjin untuk sumbangan input
lain sebesar Rp. 3.200 per kilogram atau sebesar 26,69 persen. Sedangkan marjin yang merupakan keuntungan usaha adalah Rp. 7.200 per kilogram atau sebesar
60,06 persen, yang merupakan imbalan bagi perusahaan yang lebih besar daripada marjin imbalan tenaga kerja menunjukkan bahwa Kelompok Tani Manunggal IV
merupakan usaha yang padat modal. Berdasarkan analisis SWOT, strategi SO terpilih adalah meningkatkan
efisiensi dan efektifitas dalam pengolahan dan pemasaran produk kopi. Strategi WO terpilih adalah penngkatan jumlah produksi dan memperluas jaringan
pemasaran. Strategi ST terpilih adalah memproduksi jenis kopi racikan. Strategi WT terpilih adalah mengikutsertakan anggota kelompok tani dalam program-
program pemerintah yang berkaitan dengan perkebunan, pengembangan usaha, dan pelatihan. Hasil penentuan prioritas utama strategi berdasarkan matriks
QSPM adalah membuka peluang investasi kepada pihak lain. Persamaan dengan penelitian Jati adalah metode analisis yang digunakan.
Adapun perbedaannya adalah objek yang diteliti dan tempat penelitian.
Patria 2005, melakukan penelitian tentang strategi pengembangan bisnis di PT Supra Sari Pratama SSP Bogor. Dalam penelitiannya menggunakan alat
analisis berupa Matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM. Setelah dilakukan analisa ternyata nilai matriks internal PT SSP adalah sebesar 1.680 maka
perusahaan ini memiliki faktor internal yang tergolong rendah. Kekuatan yang dimiliki perusahaan harga jual produk yang selalu diusahakan selalu lebih rendah
dari produk-produk yang telah dikenal oleh masyarakat. Kelemahannya adalah biaya produksi yang rendah masih sulit dicapai.
Di sisi lain nilai matriks eksternalnya adalah 2.157, ini menunjukkan respon PT SSP kepada lingkungan eksternal tergolong sedang. Peluang terbesar
yang dimanfaatkan adalah kepercayaan masyarakat. Ancaman terbesar yang dihadapi adalah daya beli masyarakat. Hal ini menempatkan posisi PT SSP berada
pada posisi kuadran keenam, dimana strategi yang dapat dilakukan penekanan pada produk bermutu tinggi dengan harga sedang, penekanan biaya dan
pengendalian biaya yang ketat, serta periklanan yang terbatas. Berdasarkan urutan kemenarikan, strategi yang disarankan untuk
diterapkan oleh perusahaan adalah : 1. Mengefisienkan penggunaan bahan baku dan sumber energi pabrik.
2. Berusaha mempertahankan kualitas produk dan harga jual yang lebih rendah dari pesaing.
3. Memperluas pasar dengan memproduksi produk yang lebih bervariasi. 4. Mengoptimalkan kerja RD agar didapat produk yang sesuai dengan
keinginan konsumen.
5. Menjalin kerjasama dengan distributor yang telah ada untuk melakukan promosi.
Persamaan dengan penelitian Patria adalah metode analisis yang digunakan. Adapun perbedaannya adalah objek penelitian dan lokasi penelitian.
Penelitian tentang strategi pemasaran produk olahan wortel di kawasan rintisan Agropolitan Kabupaten Cianjur belum pernah dilakukan. Ringkasan penelitian-
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian. dapat dilihat padaa Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Penelitian-Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian
Nama Penulis
Tahun Judul Metode
Analisis Mulyahati
2005 Saluran Pemasaran Wortel
di Kawasan Agropolitan Cianjur
Marjin Pemasaran, Farmer’s Share, dan
Rasio Keuntngan Biaya
Adriyani 2004
Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan
Studi Kasus: Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur,
Propinsi Jawa Barat LQ, Sistem
Agribisnis, Skalogram, Matriks
IFE, EFE, SWOT, QSPM.
Jati 2006
Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Kopi
Bubuk Arabika Kelompok Manunggal VI Kecamatan
jambu Semarang Metode Hayami,
Matriks IFE,EFE,IE,SWOT,
dan QSPM
Patria 2005
Strategi Pengembangan Bisnis di PT Supra Sari
Pratama Bogor Matriks
IFE,EFE,IE,SWOT, dan QSPM
III. KERANGKA PEMIKIRAN