10
Melalui amandemen kedua, jaminan terhadap kebebasan beragama atau berkeyakinan semakin ditekankan di dalam Bab
khusus tentang Hak Asasi Manusia, yaitu :
Pasal 28E UUD 1945
1 Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut aga- manya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2 Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, me- nyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Pasal 28I UUD 1945
1 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diper-
budak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
Pasal 28 J
1 Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. 2 Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang- undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pe-
ngakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil dan sesuai dengan per-
timbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
2. UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Reformasi 1998 memberikan jalan untuk disusunnya un- dang-undang yang mengatur secara khusus perlindungan hak asasi
manusia. Berdasarkan mandat Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR, disusun UU No.391999 tentang Hak Asasi Manusia HAM.
Sebagai bagian dari HAM, kebebasan beragama atau berkeyakinan juga diatur di dalam undang-undang ini, yaitu :
11
Pasal 22 UU No.391999 Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Dan Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan- nya itu.
Instrumen Hukum yang Menghambat Hak Kebebasan BeragamaBerkeyakinan
1. UU No.1PNPStahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgu- naan danatau Penodaan Agama.
UU Penodaan Agama sendiri terdiri dari empat pasal. Pasal 1 merupakan inti dari UU, yang melarang setiap orang yang dengan
sengaja di muka umum untuk: menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan duku-
ngan umum untuk melakukan penafsiran yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama yang dianut di Indonesia;
menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukung-
an umum melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyim- pang dari pokok-pokok ajaran agama yang dianut di Indonesia;
Pasal 2 dan 3 merupakan mekanisme pelaksanaan pasal 1, baik melalui tindakan administratif berupa peringatan keras dan
pembubaran organisasi dan pernyataan sebagai organisasi terla- rang, maupun pidana selama-lamanya lima tahun. Sedangkan pasal
4 merupakan kriminalisasi yang menyatakan :
“Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan peras-
aan atau melakukan perbuatan: yang pada pokok-nya bersifat per- musuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama
yang dianut di Indonesia.” Pasal 4 ini selanjutnya ditambahkan dalam KUHP menjadi
Pasal 156a dibawah Bab V yang mengatur tentang “Kejahatan ter- hadap Ketertiban Umum.”
Selain itu, UU ini memberi kewenangan penuh kepada negara un- tuk : 1 melalui Depag menentukan “pokok-pokok ajaran agama” ; 2
menentukan mana penafsiran agama yang dianggap “menyimpang