38
7. Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk ber- dasarkan UUD 1945, UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Ke-
hakiman dan UU No 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Komisi Yudisial berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehor- matan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Tugas Komisi
Yudisial adalah menerima laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku hakim,dan melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pe-
langgaran perilaku hakim.
Adakah mekanisme perlindungan bagi saksi dan korban pe- langgaran HAM ?
Indonesia membentuk lembaga perlindungan saksi dan kor- ban berdasarkan UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi
dan Korban. Menurut UU, korban dan saksi memiliki sejumlah hak yang dijamin yaitu :
a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan
harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan de- ngan kesaksian yang akan, sedang atau telah diberikannya;
b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk per- lindungan dan dukungan keamanan
c. Memberikan keterangan tanpa tekanan d. Mendapat penerjemah
e. Bebas dari pertanyaan yang menjerat f. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus
g. Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan h. Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan
i. Mendapatkan identitas baru
Perlindungan Saksi dan Korban, hak tersebut hanya diberi- kan kepada saksi danatau korban tindak
pidana dalam kasus-kasus tertentu sesuai dengan keputusan LPSK. Dalam penjelasan
Pasal 5 ayat 2 UU No.13 tahun 2006 dinya- takan “Yang dimaksud dengan kasus-kasus ter-
tentu, antara lain tindak pidana korupsi, tindak pidana narkotikapsikotropika, tindak pidana
39
terorisme dan tindak pidana lain yang mengakibatkan posisi saksi dan korban dihadapkan pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya”.
Pembatasan hanya kepada saksi dan korban yang dihadap- kan pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya ditambah
dengan persyaratan pada Pasal 28 Bab IV tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Perlindungan dan Bantuan, yaitu Perjanjian per-
lindungan LPSK terhadap Saksi danatau Korban tindak pidana se- bagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2 diberikan dengan mem-
pertimbangkan syarat sebagai berikut: a. sifat pentingnya keterangan Saksi danatau Korban;
b. tingkat ancaman yang membahayakan Saksi danatau Korban; c. hasil analisis tim medis atau psikolog terhadap Saksi danatau
Korban; d. rekam jejak kejahatan yang pernah dilakukan oleh Saksi dan
atau Korban
Apa saja mekanisme internasional untuk penegakan HAM khu- susnya hak kebebasan beragamaberkeyakinan ?
Terdapat 3 mekanisme internasional yang berdasarkan pada
1. Piagam PBB charter based mechanism.
Prosedur penegakan hak asasi manusia ini dibentuk ber- dasarkan piagam PBB, yang memandatkan “... mendorong penghormat-
an universal dan diterapkannya hak asasi dan kebebasan dasar manusia”. Mekanisme ini dilakukan melalui :
• Komisi HAM PBB Human Rights Council • Laporan Periodik Universal Periodic Review
• Pelapor Khusus
2. Perjanjian Hak Asasi Manusia Internasional treaty based
Seperti namanya, mekanisme ini adalah mekanisme peng- aduan yang dibentuk berdasarkan perjanjian atau konvensi HAM
internasional. Negara yang telah meratifi kasinya, disebut Negara Pihak, dan terikat secara legal pada perjanjian tersebut. Mekanis-
me pengawasan dipusatkan pada komite atau badan tertentu un- tuk mempelajari sejauh mana negara pihak melaksanakan isi kon-
vensi. Untuk hak kebebasan beragamaberkeyakinan merujuk pada Kovenan Hak Sipil dan Politik ICCPR, sehingga komitenya adalah
Komite Hak Asasi Manusia Human Rights Committee.