76
media, 5 Transkrip wawancara, 6 Catatan observasi, dll
3. Kesaksian saksi dan korban : pernyataan saksi baik dari korban
maupun terduga pelaku dan bertanggungjawab atas peristiwa termasuk saksi-saksi yang menyaksikan, mengetahui ataupun
mendengar peristiwa tersebut. Bukti-bukti tersebut harus dijaga, dengan cara antara lain :
- Menandai bukti dengan inisial dan tanggal dikumpulkan - Memberi label amplop dengan deskripsi: nama saksi kode, tang-
gal investigasi dan lokasi. - Menyimpan bukti di tempat yang aman dan terlindungi
Bagaimana melakukan wawancara ?
Mengumpulkan informasi melalui wawancara adalah me- tode yang paling sering digunakan oleh para pemantau. Selain
karena metode ini mampu memberikan informasi paling akurat daripada cara-cara lain, wawancara juga memberikan ruang bagi
pemantau untuk menggali informasi lebih dalam dari narasumber- nya. Terdapat dua jenis wawancara, yaitu:
- Wawancara awal : wawancara singkat biasanya di TKP untuk :
1 mendapatkan informasi awal ttg peristiwa, 2 memperoleh informasi awal yg membantu mengarahkan pada
bukti lain, 3 menjadwalkan pertemuan utk wawancara lebih mendalam
bila dibutuhkan. - Wawancara mendalam : wawancara yg lebih teliti di tempat dan
situasi yg lebih aman nyaman, dirancang untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin. Diantaranya : 1 menggali semua
informasi yg diketahui saksi terkait peristiwa, 2 menemukan bukti dan saksi tambahan, 3 mendapatkan latar belakang peris-
tiwa yg memadai.
Ada sejumlah persiapan yang harus dilakukan oleh peman- tau untuk melakukan wawancara. Berikut tatacara wawancara yang
harus diperhatikan : 1. Pra Wawancara: Sebelum melakukan wawancara, pemantau ha-
rus mengetahui orang yang akan diwawancara, menguasai per- soalan, menyiapkan daftar pertanyaan, menyiapkan alat pen-
catat dan perekam, dan tepat waktu sesuai perjanjian dengan narasumber
77
2. Saat wawancara: tatacara yang harus diperhatikan saat melaku- kan wawancara, yaitu : Perkenalkan diri, bersikap empati,
jelaskan tujuan wawancara, Jelaskan hak saksi, Ajukan pertan- yaan awal yg ringan, jangan menggurui, ajukan pertanyaan se-
cara jelas dan ringkas, jangan menyela ketika saksi masih bicara, menyela dengan cara yang baik dan saat yang tepat, dan menjaga
sikap dan bahasa tubuh.
3. Pasca Wawancara: Sampaikan ringkasan wawancara, beri kesem- patan saksi untuk mengoreksi, membuat janji untuk konfi rmasi
ulang,dan tidak memberi janji apapun.
C. Pemantauan Kasus Penodaan Agama
Bagaimana memantau suatu peristiwa yang terkait dengan sangkaan penodaan agama ?
Pada umum-
nya kasus penodaan agama yang berakhir
di pengadilan, dia- wali oleh serangkai-
an peristiwa intole- ransi, hate speech
dan mobilisasi opini oleh berbagai pihak.
Seperti adanya fatwa sesat dan menye-
satkan, membingkai perbedaan penaf-
sirankeyakinan se- bagai sesat melalui
publikasi media, ujaran kebencian untuk melakukan permusuhan, diskriminasi, dan kekerasan. Namun, umumnya komunitas tidak
menyadari proses tersebut sebagai sebuah pelanggaran hak kebeba- san beragamaberkeyakinan sampai dengan terjadinya konfl ik.
Untuk setiap peristiwa yang akan terkait dengan sangkaan penodaan agama, pemantau dapat menuangkan hasil pemantauan-
nya dalam form berikut ini halaman selanjutnya: