Komnas HAM Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran Hak Kebebasan BeragamaBerkeyakinan.

35 keyakinan dapat diadukan ke Komnas HAM.

2. Ombudsman Republik Indonesia ORI

Komitmen suatu negara untuk memberikan pelayanan pub- lik yang memadai merupakan implementasi dari pemenuhan HAM. Sebagai upaya untuk memperbaiki layanan publik UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Dengan diberlakukannya UU ini, maka setiap warganegara, termasuk komunitas agama minoritas dan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dapat menggunakan UU ini sebagai dasar untuk mendapatkan pelayanan publik. Pelanggaran terhadap UU Pelayanan Publik atau mal-ad- ministrasi dapat diadukan kepada atasan langsung pemberi layanan atau kepada Ombudsman Republik Indonesia. Mal-administrasi secara lebih umum diartikan sebagai peri- laku yang menyimpang atau melanggar etika adminstrasi dimana tidak tercapainya tujuan administrasi. Bentuk dan jenis mal-admin- istrasi diidentifi kasikan oleh Ombudsman sebagai berikut : • Penundaan atas Pelayanan Berlarut larut • Tidak Menangani • Melalaikan Kewajiban • Persekongkolan • Kolusi dan Nepotisme • Bertindak Tidak Adil • Nyata-nyata Berpihak • Pemalsuan • Pelanggaran Undang-Undang. • Perbuatan Melawan Hukum • Diluar Kompetensi Bukan kewenangannya • Tidak Kompeten Tidak berhaktidak layak untuk menangani • Intervensi • Penyimpangan Prosedur • Bertindak Sewenang-wenang • Penyalahgunaan Wewenang • Bertindak Tidak Layak Tidak Patut • Permintaan Imbalan UangKorupsi • Penguasaan Tanpa Hak • Penggelapan Barang Bukti 36 Layanan yang diskriminatif karena agamakeyakinan yang dianut seseorang dapat dilaporkan kepada Ombudsman Republik Indonesia.

3. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan adalah lembaga negara yang independen untuk penegakan hak asasi manusia perempuan Indonesia. Komnas Perempuan dibentuk mela- lui Keputusan Presiden No. 181 Tahun 1998, pada tanggal 15 Oktober 1998, yang diperkuat dengan Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005. Komnas Perempuan lahir dari tuntutan masyarakat sipil, terutama kaum perempuan, kepada pemerintah untuk mewujudkan tang- gung jawab negara dalam menanggapi dan menangani persoalan kekerasan terhadap perempuan. Tuntutan tersebut berakar pada tragedi kekerasan seksual yang terutama dialami oleh perempuan etnis Tionghoa dalam kerusuhan Mei 1998 di berbagai kota besar di Indonesia. Komnas Perempuan bertujuan untuk : 1 Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan penegakan hak-hak asasi manusia per- empuan di Indonesia; dan 2 Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan hak-hak asasi perempuan. Pihak yang paling menderita akibat pelanggaran hak ke- bebasan beragamakeyakinan adalah perempuan dan anak-anak. Komnas Perempuan menjadikan issu kekerasan terhadap Perem- puan akibat politisasi identitas dan kebijakan berbasis moralitas dan agama sebagai prioritas kinerjanya. Oleh karena itu bentuk-bentuk pelanggaran kebebasan beragamaberkeyakinan yang menimpa perempuan dapat dilaporkan kepada komisi ini.

4. Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI

KPAI adalah Lembaga Independen yang kedudukannya se- tingkat dengan komisi negara yang dibentuk berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Lembaga ini bersifat in- dependen, tidak boleh dipengaruhi oleh siapa dan darimana serta kepentingan apapun, kecuali satu yaitu “Demi Kepentingan Ter- baik bagi Anak” seperti diamanatkan oleh Konvensi Hak Anak.