Komisi Yudisial Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran Hak Kebebasan BeragamaBerkeyakinan.

39 terorisme dan tindak pidana lain yang mengakibatkan posisi saksi dan korban dihadapkan pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya”. Pembatasan hanya kepada saksi dan korban yang dihadap- kan pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya ditambah dengan persyaratan pada Pasal 28 Bab IV tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Perlindungan dan Bantuan, yaitu Perjanjian per- lindungan LPSK terhadap Saksi danatau Korban tindak pidana se- bagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2 diberikan dengan mem- pertimbangkan syarat sebagai berikut: a. sifat pentingnya keterangan Saksi danatau Korban; b. tingkat ancaman yang membahayakan Saksi danatau Korban; c. hasil analisis tim medis atau psikolog terhadap Saksi danatau Korban; d. rekam jejak kejahatan yang pernah dilakukan oleh Saksi dan atau Korban Apa saja mekanisme internasional untuk penegakan HAM khu- susnya hak kebebasan beragamaberkeyakinan ? Terdapat 3 mekanisme internasional yang berdasarkan pada

1. Piagam PBB charter based mechanism.

Prosedur penegakan hak asasi manusia ini dibentuk ber- dasarkan piagam PBB, yang memandatkan “... mendorong penghormat- an universal dan diterapkannya hak asasi dan kebebasan dasar manusia”. Mekanisme ini dilakukan melalui : • Komisi HAM PBB Human Rights Council • Laporan Periodik Universal Periodic Review • Pelapor Khusus

2. Perjanjian Hak Asasi Manusia Internasional treaty based

Seperti namanya, mekanisme ini adalah mekanisme peng- aduan yang dibentuk berdasarkan perjanjian atau konvensi HAM internasional. Negara yang telah meratifi kasinya, disebut Negara Pihak, dan terikat secara legal pada perjanjian tersebut. Mekanis- me pengawasan dipusatkan pada komite atau badan tertentu un- tuk mempelajari sejauh mana negara pihak melaksanakan isi kon- vensi. Untuk hak kebebasan beragamaberkeyakinan merujuk pada Kovenan Hak Sipil dan Politik ICCPR, sehingga komitenya adalah Komite Hak Asasi Manusia Human Rights Committee. 40 Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut : a. Pelaporan adalah mekanisme yang dibangun oleh komite untuk memantau kemajuan penerapan kewajiban negara pihak. Hal ini dilakukan melalui laporan yang wajib disampaikan oleh dalam periode tertentu pada Komite HAM. Komite mengadakan per- temuan secara periodik diantara mereka sendiri dan pertemuan delegasi Negara Pihak. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut Komite melakukan penilaian atas laporan yang dibuat oleh ne- gara dan mengajukan sejumlah pertanyaan klarifi kasi. Setelah itu Komite akan membuat kesimpulan dan rekomendasi. Komite mengidentifi kasi hal-hal positif yang telah dicapai, persoalan yang masih krusial dan rekomendasi tertentu. Proses tersebut di- lakukan dengan cara bukan untuk ’mengadili’ negara akan tetapi mencari jalan agar dapat lebih maju memenuhi kewajibannya. Masyarakat sipil dapat berperan dalam mekanisme ini dengan menyampaikan laporan alternatif, yang biasa disebut “Laporan Bayangan” shadow report. Laporan bayangan ini sangat pen- ting sebagai pembanding laporan dari negara. Laporan ini bergu- na pula untuk mendidik masyarakat, memperkuat akuntabilitas pemerintah terhadap pelanggaran hak asasi manusia atau meng- evaluasi strategi pemerintah dalam usaha memenuhi hak asasi warganya. b. Pengaduan Individual. Komite HAM berwenang untuk meneri- ma dan memeriksa pengaduan yang disampaikan secara indivi- dual. Mekanisme ini berhubungan dengan pengaduan dari indi- vidu atau kelompok yang percaya bahwa hak-hak asasinya telah dilanggar. Artinya perhatian komite pada pelanggaran-pelangga- ran tertentu dan bukan pelanggaran yang berat atau luas. Adapun syarat umum untuk menyampaikan pengaduan individual adalah sebagai berikut: - Negara yang bersangkutan merupakan negara pihak ICCPR dan meratifi kasi atau membuat deklarasi yang mengakui ‘yurisdik- si’ komite. - Pengaduan dilakukan dengan identitas yang jelas, tidak meng- gunakan kata-kata menghina dan sesuai dengan traktak ber- sangkutan.