5.2. Share Margin Lembaga Tataniaga Ayam Ras Pedaging
Sebelum dapat menghitung share margin masing-masing lembaga tataniaga, terlebih dahulu untuk mengetahui fungsi-fungsi apa saja yang dilakukan oleh
masing-masing lembaga tataniaga tersebut. Fungsi-fungsi tataniaga tersebut dilakukan guna untuk memperlancar proses penyampaian ayam ras pedaging ke
tangan konsumen. Fungsi-fungsi yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga ini bervariasi. Oleh karena itu biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga
tataniaga ini juga bervariasi. Apabila semakin banyak fungsi tataniaga yang dilakukan makan semakin besar pula biaya tataniaga yang dikeluarkan lembaga
tataniaga tersebut. Fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga tataniaga ayam ras pedaging di Kabupaten
Serdang Bedagai dipaparkan tebel berikut :
Tabel 14. Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilakukan Setiap Lembaga Tataniaga
Fungsi Tataniaga Peternak
Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer
Pembelian -
√ √
Penjualan √
√ √
Pengangkutan -
√ -
Penyimpanan √
√ √
Permodalan √
√ √
Penanggungan Resiko √
√ √
Informasi Pasar -
√ √
Standarisasi √
- √
Sumber : Data Primer Survey Lapangan
Dari tabel diatas diketahui bahwa pedagang pengumpul dan pengecer melakukan fungsi yang sama banyaknya yaitu 7 fungsi dimana masing-masing dari pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer tidak melakukan fungsi standarisasi dan fungsi pengangkutan. Untuk pedagang pengumpul tidak melakukan fungsi
standarisasi karena pedagang pengumpul menjual seluruh produk yang dibelinya dari peternak dan menjualnya langsung tanpa ada melakukan pengelompokkan
Universitas Sumatera Utara
standar terlebih dahulu. Sedangkan pedagang pengecer tidak melakukan fungsi pengangkutan karena baik pedagang di pasar maupun pedagang di sekitar ternak
ayam ras pedaging ini tidak menghitung biaya transportasi. Untuk pedagang pengecer di pasar, ayam ras pedagingnya langsung diantar oleh pedagang
pengumpul, sedangkan pedagang pengecer sekitar ternak ayam ras pedaging tidak melakukan fungsi pengangkutan karena jarak yang relatif dekat dan tidak
menimbulkan biaya transportasi tersebut. Untuk peternak sendiri melakukan 5 fungsi, yaitu fungsi penjualan, penyimpanan,
permodalan, penanggungan resiko dan standarisasi. Fungsi penjualan yang dilakukan peternak ialah pada saat peternak menjual hasil produksinya baik
kepada pedang pengumpul, pedagang pengecer maupun kepada konsumen langsung. Sedangkan fungsi penyimpanan dilakukan peternak peda saat ayam ras
pedaging sudah layak panen yaitu1,2 kg namun peternak belum mau menjual hasil produksinya tersebut sampai bobot ayam ras pedagingnya itu mencapai bobot
yang ditargetkan peternak tersebut. Untuk fungsi permodalan, dilakukan peternak dari awal produksi sampai dengan panen. Selama proses produksi berlangsung,
permodalan dilakukan sendiri oleh peternak dengan menggunakan keuntungan atau hasil penjualan hasil produksi sebelumnya. Fungsi penanggungan resiko
dilakukan peternak ialah pada saat pemeliharaan ayam ras pedaging tersebut dimana ada bibit atau ayam ras pedaging yang remaja mati karena serangan
penyakit atau perubahan cuaca. Dan terakhir fungsi standarisasi berkaitan dengan fungsi penyimpanan sebelumnya untuk standar bobot daging yang lebih besar
harus disimpan lebih lama dari bobot yang lebih ringan dari standar yang ditetapkan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dari fungsi-fungsi diatas dapat diketahui biaya yang dikeluarkan masing-masing lembaga tataniaga yang dipaparkan pada tabel 15 berikut :
Tabel 15. Biaya Produksi, Harga Jual, dan Keuntungan Masing-Masing Lembaga Tataniaga
Lembaga Tataniaga Uraian
RpKg
Peternak Biaya Produksi
17.806 Harga Jual
19.000 Keuntungan
1194 Pedagang Pengumpul
Harga Beli 19.000
Biaya Tataniaga 2.858
Harja Jual 23.500
Keuntungan 1.642
Pedagang Pengecer Harga Beli
22.838 Biaya Tataniaga
1023 Harja Jual
25.667 Keuntungan
2.394 Sumber : Lampiran 6, 7, 8, 9, 10, 11
Dari paparan tabel diatas diketahui bahwa total biaya produksi rata-rata peternak ayam ras pedaging di daerah penelitian adalah Rp 17.806kg. biaya produksi tersebut
didapatkan dari biaya korbanan rata-rata peternak selama memproduksi ayam ras pedaging dalam satu kali periode produksi yaitu satu bulan. Untuk harga jual peternak
rata-rata untuk 30 sampel peternak yang dijasikan sampel adalah Rp 19.000kg. Harga ini ditentukan oleh pedagang pengumpul yang datang ke ternak ayam tersebut. Namun dari
paparan pedagang pengumpul tersebut harga itu ditentukan oleh pasar yang dikoordinasikan oleh industri input produksi ayam ras pedaging . Dari harga rata-rata
tersebut dan biaya rata-rata yang dikeluarkan peternak sampel diketahui keuntungan dalam beternak ayam ras pedaging ini yaitu Rp 1.194,-kg.
Dari tabel tersebut juga dapat dijelaskan bahwa biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul rata-rata ialah Rp 21.858,8kg,-. Biaya tersebut termasuk juga biaya
pembelian dan biaya tataniaga selama penyaluran ayam ras pedaging ke pasar. Pedagang pengumpul rata-rata menjual ayam ras pedaging dalam porsi ayam ras pedaging hidup ke
pasar dengan harga Rp 23.500,-kg. dari harga yang ditentukan tersebut maka keuntungan
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh pedagang pengumpul ialah mencapai Rp 1.642,2,-. Keuntungan ini lebih besar dari keuntungan yang diperoleh peternak sendiri.
Untuk pedagang pengecer yang berada di pasar maupun di sekitar sentra produksi mengeluarkan biaya untuk membeli dan melakukan fungsi-fungsi tataniaga rata-rata ialah
mencapai Rp 1023,-kg. Biaya tataniaga yang dimaksudkan ialah biaya pengemasan, penyimpanan, dan biaya resiko selama masa penjualan dilakukan. Pedagang pengecer
sendiri menjual ayam ras pedaging dalam bentuk karkas yaitu daging ayam yang telah dikuliti dan dipotong sesuai permintaan konsumen. Harga yang ditetapkan pedagang
pengecer tersebut rata-rata ialah Rp 25.667,-kg. Maka dari itu keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer ialah Rp 2.394,-kg. Berikut price spread pertama
Tabel 16. Price spread dan Share Margin Saluran Tataniaga Pertama
No Uraian
Price spread RpKg
Share Margin 1
PETERNAK
Biaya Produksi 17806
Harga Bibit 2694
Biaya Pakan 14682
Obat-Obatan 156
Sekam 161
Gas 67
Penyusustan Alat 47
Harga Jual 19000
Keuntungan 1193
73.08
Nisbah 0.07
2 PENGUMPUL
Harga Beli 19000
Biaya Tataniaga 2858
Transportasi 59
0.23 Penyimpanan
2778 10.68
Penanggungan Resiko 19
0.08 Retribusi
0.8 0.003
Harga Jual 23500
Keuntungan 1642
6.32
Nisbah 0.22
3 PENGECER
Harga Beli 23500
Biaya Tataniaga 698.95
Penyimpanan 496.6
1.91 Penanggungan Resiko
2.35 0.01
Kemasan 200
0.77 Harga Jual
26000
Keuntungan 1801
6.93
Nisbah 2.58
4 Harga Konsumen
26000 100
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Lampiran 12
Dari tabel 16 dilihat bahwa hasil produksi ayam ras pedaging dijual pertama sekali kepada pedagang pengumpul yang datang langsung ke sentra produksi.hal
ini dapat dilihat dengan biaya transportasi yang dikeluarkan pedagang pengunpul yaitu Rp 59,-kg. Nilai ini diperoleh dari biaya sewa mobil Rp 150.000,-kg dibagi
dengan volume pengangkutan. Untuk nilai penyimpanan yaitu Rp 2.778,-kg. Nilai ini diperoleh dari biaya yang dikeluarkan untuk membeli kotak ayam yaitu
Rp 50.000,- dibagi bobot ayam yang muat dalam satu kotak ayam tersebut yaitu 18 kg. Selanjutnya marketing loss sebesar Rp 19,-kg. Nilai ini diperoleh dari
bobot yang berkurang selama perjalanan dari sentra produksi ke pasar tujuan penjualan dikarenakan kotoran yang keluar selama perjalanan. Bobot ternak akan
berkurang sebesar 0,01 dari bobot keseluruhan. Kehilangan bobot sebesar 0,01 ini dikalikan denga harga beli nilai tunai yang diterima peternak yaitu
Rp 19.000,-kg. Dan biaya tataniaga yang terskhir dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah biaya retribusi sebesar Rp 2.000,- untuk satu kali pengangkutan
hasil produksi tersebut. Biaya retribusi ini dibagi dengan volume penjualan rata- rata meka diperoleh biaya retribusi sebesar Rp 0,8,-kg.
Dari pedagang pengumpul hasil penjualan dijual kembali oleh pedagang pengecer dengan harga Rp 26.000,-kg. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang
pengecer berupa biaya penyimpanan, biaya marketing loss dan biaya kemasan. Biaya penyimpanan ialah biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer dari masa
pembelian dari pedagang pengumpul ke masa hasil produksi terjual ke konsumen. Biaya tersebut sebesar Rp 2.778,-kg. Biaya tataniaga kedua yaitu biaya marketing
loss sebesar Rp 2,35,-kg. Biaya ini diperoleh dari kehilangan boot ayam ras
Universitas Sumatera Utara
pedaging yang diperhitungkan selama masa penyimpanan yaitu 0,01 dari bobot sebelumnya. Dan terakhir biaya pengemasan ialah biaya yang dikeluarkan
pedagang pengecer untuk membeli kemasan ayam ras pedaging yang telah diolah menjadi karkas sesuai keinginan konsumen. Biaya tersebut sebesar Rp 200,-kg.
Namun sebelum pedagang pengumpul dan pengecer, pada peternak biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan peternak selama memproduksi ayam ras
pedaging adalah Rp 17.806,-kg. Nilai ini diperoleh dari biaya variabel berupa bibit, pakan, obat-obatan, sekam, gas dan biaya tetap yang dikeluarkan yaitu biaya
penyusutan alat sebesar Rp 47,-kg. Penjualalan dilakukan peternak dengan harga yang ditetapkan pedagang pengumpul dimana menurut pedagang pengumpul
harga tersebut adalah harga pasar yang berlaku dan dan juga dikoordinasikan oleh industri input produksi ternak ayam ras pedaging. Dari kedua sebaran harga
tersebut diketahui bahwa share margin untuk peternak ialah sekitar Rp 1.174,-kg. Selanjutnya dibawah ini adalah sebaran harga untuk saluran tataniaga yang kedua
Tabel 17. Price spread dan Share Margin Saluran Tataniaga Kedua
No Uraian
Sebaran Harga RpKg
Share Margin 1
PETERNAK
Biaya Produksi 17806
Harga Bibit 2694
Biaya Pakan 14682
Obat-Obatan 156
Sekam 161
Gas 67
Penyusustan Alat 47
Harga Jual 21500
Keuntungan 3693
86.00
Nisbah 0.21
2 PENGECER
Harga Beli 21500
Biaya Tataniaga 1671.95
Penyimpanan 1469.8
5.88 Penanggungan Resiko
2.15 0.01
Kemasan 200
0.80 Harga Jual
25000
Keuntungan 1828
7.31
Nisbah 1.09
Universitas Sumatera Utara
3 Harga Konsumen
25000 100
Sumber : Lampiran 13 Dari tabel 17, dapat dilihat bahwa hasil produksi ayam ras pedaging dijual langsung ke
pedagang pengecer. Pedagang pengecer disini adalah pedagang pengecer yang berada disekitar ternak ayam ras pedaging tersebut. Biaya-biaya yang dikeluarkan selam proses
penjualan ayam ras pedaging ini adalah biaya penyimpanan, biaya marketing loss dan biaya kemasan. Sama seperti pedagang pengecer yang berada di pasar seperti saluran
tataniaga pertama. Namun disini harga beli pedagang pengecer lebih murah daripada harga beli pedagang pengecer yang melalui pedagang pengumpul. Hal ini dikarenakan
pedagang pengecer di sekitar ternak ayam ras pedaging tersebut memangkas biaya-biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul. Harga beli pedagang pengecer di saluran
tataniaga kedua ini sebesar Rp 21.500,-kg. dengan harga jual sebesar Rp 25.000,-kg. dalam rentang kedua harga ini terdapat penerimaan sebesar Rp 3.500,-kg dan setelah
dikurangi dengan biaya tataniaga share margin pedagang pengecer ini sebesar Rp 1.828,-kg atau sebesar 7,31.
Dibawah ini sebaran harga untuk saluran tataniaga ketiga
Tabel 18. Price spread dan Share Margin Saluran Tataniaga Ketiga
No Uraian
Sebaran Harga RpKg
Share Margin
1 PETERNAK
Biaya Produksi 17807
Harga Bibit 2694
Biaya Pakan 14682
Obat-Obatan 156
Sekam 161
Gas 67
Penyusustan Alat 47
Harga Jual 22000
Keuntungan 4193
100
Nisbah 0.24
2 Harga Konsumen
22000 100
Sumber :Lampiran 14
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 18 diketahui bahwa peternak langsung menjual hasil produksi kepada konsumen secara langsung. Penjualan dilakukan dalam kuota yang hanya dibutuhkan
konsumen tersebut bisa 1-3 ekor saja. Transaksi ini dilakukan dari pihak konsumen karena menganggap bahwa harga suatu produk akan lebih murah harganya jika dibeli di
sentra produksinya langsung daripada melalui pedagang. Harga yang berlaku kepada konsumen di saluran tataniaga ketiga ini jauh lebih murah dibandingkan saluran tataniaga
pertama ataupun yang kedua. Dan juga dapat dilihat keuntungan peternak untuk saluran tataniaga ketiga ini jauh lebih besar dibandingkan saluran tataniaga pertama maupun
kedua. Hal ini dapat terjadi karena peternak yang langsung bertransaksi kepada konsumen dan memangkas seluruh biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul
maupun pedagang pengecer. Dari perhitungan ketiga saluran tataniaga di atas, dapat disimpulkan rekapitulasi share
margin dari masing-masing share margin peternak dan lembaga-lembaga tataniaga yang ada dalam setiap saluran. Berikut rekapitulasinya :
Tabel 19. Rekapitulasi Share Margin Dan Margin Keuntungan Setiap Lembaga
Tataniaga Pada Setiap Saluran Tataniaga Saluran
Lembaga Tataniaga Margin Keuntungan
Rpkg Share margin
I a.
Peternak 1.193
73,08 b.
Pedagang Pengumpul 1.642
6,32 c.
Pedagang Pengecer 1801
6,93 II
a. Peternak
3693 86,00
b. Pedagang pengecer
1828 7,31
III a.
Peternak 4.193
100 Sumber ; Lampiran 12, 13, 14
Untuk pembahasan pertama yaitu pedagang pengecer dilihat dari tabel 19 diketahui bahwa share margin share margin pedagang pengecer pada saluran pertama dan kedua
lebih besar share margin pedagang pengecer saluran tataniaga kedua. Hal ini terjadi karena mata rantai saluran tataniaga kedua lebih pendek dari mata rantai saluran tataniaga
Universitas Sumatera Utara
pertama yaitu melalui pedagang pengumpul sedangkan saluran tataniaga kedua tanpa melalui pedagang pengumpul.
Selanjutnya dari pihak produsen, dapat membuktikan teori yang mengatakan bahwa share margin produsen akan jauh lebih besar jika mata rantai dalam saluran tataniaga tersebut
semakin pendek. Dilihat dari saluran tataniaga ayam ras pedaging pertama dimana share margin peternak sebesar 73,08, share margin kedua sebesar 86 dan share margin
ketiga yaitu 100. Persentase share margin semakin besar berikut juga mata rantai saluran tataniaga tersebut juga semakin pendek. Untuk saluran tataniaga pertama mata
rantai tataniaga terdiri dari peternak, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Untuk saluran tataniaga ketiga mata rantai tataniaga terdiri dari peternak dan pedagang
pengecer. Dan terakhir untuk saluran tataniaga ketiga tanpa lembaga pemasaran.
5.3. Efisiensi Tataniaga Ayam Ras Pedaging