Usaha Jepang Mempertahankan Kekuasaan

95

d. Fujinkai Himpunan Wanita

Pada bulan Agustus 1943 dibentuk Fujinkai. Tujuannya untuk pengerahan tenaga militer Jepang dari kaum wanita. Dalam keanggotaan batas umur adalah 15 tahun. Kepada kaum wanita ini juga diberikan latihan-latihan militer.

e. PETA Pembela Tanah Air

Lahirnya PETA dimulai dari usul R. Gatot Mangkuprojo melalui suratnya tanggal 7 September 1943 ditujukan kepada “Gunseikan”. Isi surat tersebut antara lain meminta agar bangsa Indonesia diijinkan membantu militer Jepang secara langsung di garis depan dalam menghadapi Sekutu. Sebenarnya usul tersebut, terdapat dua kepentingan yang sejalan, pihak Jepang membutuhkan tenaga pemuda-pemuda Indonesia dalam membantu pasukan Jepang mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu. Sebaliknya, pihak Indonesia juga membutuhkan pemuda-pemuda yang terampil di bidang militer yang kelak akan dipergunakan untuk merebut serta mempertahankan kemerdekaan. Pada dasarnya PETA terdiri dari orang-orang dalam suatu daerah Karisidenan Syu yang bertugas dan berkewajiban untuk membela dan mempertahankan daerah karisidenannya masing-masing dari serangan Sekutu. Tentara PETA memiliki lima tingkat kepangkatan, yaitu : a. Daidanco = Komandan Batalion b. Cudanco = Komandan Kompi c. Shodanco = Komandan Peleton d. Bundanco = Komandan Regu e. Giyubei = Prajurit Sukarela

f. MIAI Majelis Islam Ala Indonesia

Sejak kedatangannya ke Indonesia, Jepang memperhatikan yang khusus kepada organisasi Islam dari pada organisasi pergerakan nasional. Golongan Islam dianggap sebagai anti barat, sehingga dimanfaatkan Jepang untuk mendukung Sekutu. Maka tanggal 13 Juli 1942 pemerintah pendudukan Jepang mengijinkan organisasi MIAI yang didirikan oleh KH. Mas Masyur di Surabaya pada tahun 1937 untuk tetap berdiri. Namun MIAI dianggap kurang dinamis dalam membantu usaha perang, sehingga pada bulan Oktober 1943 dibubarkan dan diganti organisasi Islam yang baru yaitu MASYUMI Majelis Syura Muslimin Indonesia pada tanggal 22 November 1943. 96

5. Perlawanan Rakyat Indonesia Terhadap Tentara Jepang

Pada awalnya, kedatangan tentara Jepang di Indonesia disambut gembira. Kedatangannya dianggap sebagai pembebas rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda. Rakyat Indonesia tertipu dengan janji dan propaganda Jepang.Penindasan dan kekejaman pasukan Jepang melebihi penjajahan Belanda. Kekayaan bumi Indonesia meliputi pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan dan lain-lain dikuasainya. Disamping itu terdapat budaya Jepang dipaksakan di Indonesia yang bertantangan dengan norma agama dan norma adat seperti : - Saikerei : Yaitu memberi hormat kepada kaisar Jepang Tenno Heika dengan cara membungkukkan badan serta menundukkan kepala ke arah istana kaisar Jepang. - Sake : Kebiasaan orang Jepang yang suka minum-minuman keras. Golongan yang tertindas antara lain “Romusha” yaitu mereka yang dipekerjakan dengan paksa oleh pendudukan Jepang. Jepang memerlukan tenaga kasar untuk membangun sarana perang seperti benteng, jalan raya, dan lain-lain. Pada mulanya tugas-tugas tenaga kerja Indonesia bersifat sukarela, namun akhirnya pengerahan tenaga bersifat paksaan. Pada romusha juga di kirim ke luar Jawa dan luar Indonesia seperti Burma, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan lain-lain. Banyak diantara Romusha meninggal dalam tugas. Untuk menghilangkan ketakutan penduduk untuk dijadikan Romusha sejak tahun 1943 Jepang menjuluki para Romusha sebagai “Prajurit Ekonomi” atau “Pahlawan Pekerja”. Akibat penindasan tentara Jepang maka terjadi perlawanan rakyat Indonesia :

a. Perlawanan di Sukamanah

Sukamanah merupakan sebuah desa di Kecamatan Singapura, Tasikmalaya, Jawa Barat. Perlawanan rakyat Sukamanah dipimpin oleh K.H. Zainal Mustafa. Ia sebelumnya menentang pemerintahan Hindia Belanda, sehingga dipenjara oleh Kolonial Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, ia dibebaskan. Namun akhrinya terjadi perlawanan rakyat terhadap Jepang di Sukamanah yang dipimpin K.H. Zainal Mustafa menolak melakukan Saikerei, yaitu membungkuk memberi hormat pada kaisar Jepang. Hal ini yang mendorong