71
KEGIATAN PEMBELAJARAN 5
PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta diharapkan mampu mendeskripsikan pergerakan nasional Indonesia, latar belakang timbulnya pergerakan nasional dan
perkembangan organisasi-organisasi pergerakan nasional.
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1. Menganalisis hakekat pergerakan nasional Indonesia 2. Membuat peta konsep sederhana yang dapat menjelaskan dengan
mudah materi pergerakan nasional ini bagi siswa SMASMK
C. URAIAN MATERI
1. Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional Pergerakan kebangsaan Indonesia atau lebih dikenal dengan
pergerakan nasional merupakan suatu gejala sejarah tersendiri di Indonesia. Dalam artian, zaman ini menjadi sebuah penanda bahwa
bangsa Indonesia memasuki sebuah babak baru dalam perjalanan sejarahnya. Pergerakan nasional dilatarbelakangi oleh dua faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal.
1.1 Faktor Internal
1.1.1 Sejarah masa lampau yang gemilang Sebelum kedatangan bangsa Barat, kita sebagai bangsa telah
mampu mengatur diri sendiri, memiliki kedaulatan atas wilayah di mana kita tinggal. Kebesaran ini tentu secara psikologis membawa pikiran dan
angan-angan bangsa Indonesia untuk senantiasa dapat menikmati kebesaran itu. Namun demikian tidak berarti kita kembali pada masa lalu,
tetapi kebesaran Majapahit dan Sriwijaya dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada awal abad XX. Tidaklah
berlebihan jika kebesaran pada masa lampau itu mendorong semangat
72 para tokoh pergerakan dalam upaya melepaskan diri dari penjajahan
Belanda. 1.1.2 Penderitaan rakyat akibat kolonialisme
Bangsa Indonesia mengalami masa penjajahan yang panjang dan menyakitkan sejak kedatangan Portugis, Belanda, Inggris, dan Perancis.
Rasa benci rakyat Indonesia muncul karena adanya jurang pemisah antara bangsa Barat dengan rakyat Bumiputra. Hal ini karena penindasan
yang dilakukan oleh pemerintah kolonial dalam berbagai aspek kehidupan.
1.1.3 Peranan golongan terpelajar Setelah pemilik-pemilik modal Belanda berhasil menerapkan Politik
Pintu Terbuka Politik Drainage maka diterapkanlah politik etis atau dikenal juga dengan Trilogi van Deventer. Politik etis ini mencakup
Edukasi, Emigrasi dan Irigrasi. Salah-satu trilogi dari Politik Etis adalah edukasi, tujuan awalnya adalah untuk mendapatkan tenaga kerja atau
pegawai rendah dan mandor-mandor atau pelayan-pelayan yang dapat membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut, Belanda
mendirikan sekolah-sekolah rakyat pribumi. Pendidikan kolonial bukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia, namun dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga murah bagi Hindia Belanda.
Macam-macam pendidikan pada masa itu antara lain: 1 Pendidikan setingkat Sekolah Dasar, di antaranya:
a ELS Europese Lagere School, sekolah Belanda lama pendidikan 7 tahun.
b HCS Hollands Chinese School, Sekolah Cina, lama pendidikan 7 tahun.
c HIS Hollands Inlandse School, Sekolah Hindia – Belanda, lama
pendidikan 7 tahun. 2 Pendidikan setingkat Sekolah Menengah PertamaAtas di antaranya:
a HBS Hogere Burger School, Sekolah Menengah, lama pendidikan 5 tahun.
b MULO Meer Uitgebreid Ondewijs, Pendidikan Rendah Lebih Intensif, lama pendidikan 3
– 4 tahun.