Indische Partij IP URAIAN MATERI
81 diadakan rapat untuk mendirikan Partai Nasional Indonesia yang dihadiri
oleh Ir. Sukarno, Cipto Mangunkusumo, Sujadi, Iskaq Cokrohadisuryo, Budiarto, dan Sunario. Dalam rapat tersebut, Cipto Mangunkusumo tidak
setuju dengan pembentukan partai baru sebab PKI baru saja ditindak oleh pemerintah akibat melakukan pemberontakan.
Dalam anggaran dasarnya, PNI menyatakan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia. Tujuan ini akan dicapai
dengan asas “ kepercayaan pada diri sendiri”, artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial dengan kekuatan sendiri antara lain
dengan mendirikan
sekolah-sekolah, poliklinik,
bank nasional,
perkumpulan koperasi, dan lain-lain. Hal ini berarti sikap PNI adalah non- kooperasi dengan pemerintah Hindia Belanda Nugroho Notosusanto,
1975: 215. PNI menolak bergabung dengan dewan-dewan yang dibentuk pemerintah seperti Volksraad Dewan Rakyat, Gemeenteraden Dewan-
dewan kotapraja, Provincieraden Dewan-dewan propinsi atau Regentschapsraden Dewan-dewan kabupaten serta lainnya Sagimun
MD, 1989: 93. PNI mengganggap bahwa lahirnya partai politik tersebut sebagai
awal lahirnya nasionalisme Indonesia murni yang memperjuangkan kemerdekaan atas kemauan dan kekuatan sendiri sehingga berbeda
dengan organisasi politik perintis sebelumnya yaitu Indishe Partij yang dipimpin oleh Douwes Dekker. Perbedaan mendasar antara asas
kebangsaan atau nasionalisme dari IP dengan PNI adalah : a.
Nasionalisme yang dianut IP berasas “Indisch Nastionalisme”, yang menyatakan bahwa tanah air Indonesia bukan hanya milik orang
Indonesia asli tapi juga orang-orang Indo atau perananakan Belanda, perananakan Cina, dan lain-lain yang lahir dan merasa memiliki
Indonesia. Nasionalisme IP berasaskan kebudayaan Barat yang disesuaikan dengan kebudayaan pribumi. Dan perjuangan IP lebih
mengutamakan pada nasib atau keadaan kaum Indo-Belanda meskipun juga memperhatikan nasib kaum pribumi.
b. Nasionalisme PNI berasaskan nasionalisme murni serta berdasarkan kebudayaan asli Indonesia meski bersedia menerima unsur-unsur
82 budaya asing yang dapat memajukan kebudayaan sendiri Sagimun
MD, 1989:95. Tujuan utama PNI adalah untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia dengan mempersatukan seluruh semangat kebangsaan rakyat Indoensia menjadi satu kekuatan nasional. Nasionalisme itu dikenal
sebagai Trilogi PNI yaitu: a. Nationale geest jiwa atau semangat nasional
b. Nationale wil kemauan atau kehendak nasional c. Nationale daad perbuatan nasional
Keanggotaan PNI adalah warga pribumi atau Indonesia asli yang minimal berusia 18 tahun. Sedangkan warga keturunan Cina, Arab, Indo-Belanda
dll hanya dapat diterima sebagai anggota luar biasa. PNI semakin berpengaruh dengan gaya kepemimpinan Sukarno yang mendasarkan
perjuangannya pada asas Marhaenisme sosio-nasionalisme dan sosio- demokrasi. Marhaenisme sebagai istilah yang diciptakan Sukarno
merupakan ideologi kerakyatan yang mencita-citakan terbentuknya masyarakat sejahtera secara merata. Sosio-nasionalisme adalah
nasionalisme yang berperikemanusiaan sedangkan sosio-demokrasi adalah demokrasi yang menuju pada kesejahteraan sosial, kesejahteraan
seluruh bangsa. Cita-cita persatuan yang sering ditekankan dalam rapat-rapat
umum PNI, dalam waktu relatif singkat dapat terwujud. Dalam rapat umum di Bandung tanggal 17-18 Desember 1927 beberapa organisasi
dan partai politik seperti PNI, Partai Sarekat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Sumatrabond, Kaum Betawi, dan Algeemene Studieclub
sepakat untuk mendirikan suatu federasi PPPKI Permufakatan Perhimpunan
– Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia. Dalam daftar usaha atau rencana kerja, PNI mencantumkan
usaha-usaha diberbagai aspek kehidupan. Pada kongres PNI I di Surabaya tangal 27-30 Mei 1928, berhasil mengesahkan anggaran dasar,
program asas dan rencana kerja PNI. Kongres tersebut juga sepakat memilih Ir. Sukarno sebagai ketua Pengurus Besar PNI dan Mr. Sartono
sebagai bendahara. PNI juga berperan dalam mendukung gerakan