c. Jenis Betawi
Hasil umbi yang diperoleh dari pertanaman 1 Ha adalah sekitar 200 kuintal sampai 300 kuintal, umbinya gemuk-gemuk tidak bertangkai, kadar zat tepung
+34,4, rasanya manis d.
Jenis Bogor Hendaknya diperhatikan agar umbinya perlu dimakan karena rasanya pahit dan
beracun, hanya baik untuk dibuat tepung kanji. Umbinya memang gemuk-gemuk, bertangkai dengan kadar zat tepung yang dikandungnya sekitar 30,9. Hasil
penanaman 1 Ha sekitar 400 kwintal e.
Jenis Basiorao Umbinya beracun, rasanya pahit, keadaan umbi agak gemuk dan bertangkai
pendek, kadar zat tepung sekitar 31,2. Hasil umbi yang diperoleh untuk penanaman seluas 1 Ha adalah sekitar 300 kwintal, sebagai bahan baku industri
tepung kanji. f.
Jenis Sao Pedro Petro Keadaan umbi seperti di atas dengan kadar zat tepung 35,4, hasil umbi per
hektar sekitar 400 kwintal g.
Jenis Muara Hasil umbinya gemuk-gemuk, tetapi sangat beracun, kadar zat tepung 26,9,
hasil per hektar sekitar 400 kwintal Kartasapoetra, 1994.
2.1.2. Panen dan Pasca Panen Ubi Kayu
Umbi kayu biasanya dipanen setelah tanamannya berumur antara 9-12 bulan, bahkan ada yang sampai 18 bulan. Tetapi apabila terlalu lama tentunya
akan banyak berserat dan berkayu become fibrous and woody. Pemanenan
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan mencabut tanaman, cara pencabutan pada tanah yang gembur tentu akan mudah, sedang pada tanah yang agak berat sampai berat pencabutan
harus dibantu dengan peralatan, cangkul, potongan bambu atau linggis, tetapi yang penting dalam pencabutan-pencabutan ini hendaknya diperhatikan agar umbi
tidak terluka atau terpotong, kelukaan akan cepat menimbulkan kerusakan biologis, fisiologis dan mikroba Kartasapoetra, 1994.
2.1.3. Pengolahan Pasca Panen Ubi Kayu
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas
berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut pasca produksi postproduction yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
tahapan, yaitu pasca panen postharvest dan pengolahan processing. Penanganan pasca panen postharvest sering disebut juga sebagai pengolahan
primer primary processing merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas
dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak
mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan secondary processing
merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama pengawetan, mencegah perubahan
yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain, di dalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.
Agroindustri merupakan satu subsistem dalam sistem agribisnis. Secara garis besar, terdapat lima subsistem produksiusahatani farming, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
subsistem penyediaan sarana produksi seperti pupuk, bibit benih, obat-obatan, mesin pertanian dan sebagainya, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran tata
niaga, serta subsistem pendukung seperti pembiayaan dan asuransi. Dalam hal ini, yang disebut agroindustri adalah subsistem yang menangani pengolahan hasil
produksi usaha tani Iwantono, 2002. Agroindustri juga merupakan subsektor pertanian yang diharapkan dapat
berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi, penerimaan ekspor, penyediaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, dan pemerataan pembangunan wilayah.
Ditinjau dari cakupan komoditasnya, terdapat ratusan jenis tanaman tahunan dan tanaman musiman dapat tumbuh subur di Indonesia, sehingga pembangunan
agroindustri akan dapat menjangkau berbagai tipe komoditas yang sesuai dikembangkan di masing-masing daerah di Indonesia. Dilihat dari hasil
produksinya, komoditas perkebunan merupakan bahan baku industri dan barang ekspor, sehingga telah melekat adanya kebutuhan keterkaitan kegiatan usaha
dengan berbagai sektor dan subsektor lainnya. Di samping itu, jika diamati dari sisi pengusahaannya, sekitar 85 persen komoditas agro merupakan usaha
perkebunan rakyat yang tersebar di berbagai daerah. Dengan demikian pembangunan industri agro akan berdampak langsung terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat, terutama melalui perannya dalam menciptakan lapangan kerja dan distribusi pemerataan pendapatan Rachbini, 2011.
Manalili 1996 dan Sajise 1996 menuliskan bahwa agroindustri adalah fase pertumbuhan setelah pembangunan pertanian tetapi sebelum pembangunan
tersebut memulai ke tahapan pembangunan industri. Jadi setelah pembangunan pertanian, diikuti dengan pembangunan agroindustri kemudian pembangunan
Universitas Sumatera Utara
industri. Sementara itu ahli yang lain Soeharjo, 1991, Soekartawi, 1991, 1992a dan Badan Agribisnis DEPTAN 1995 menyebutkan bahwa agroindustri adalah
pengolahan hasil pertanian dan karena itu agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usahatani, pengolahan
hasil agroindustri, pemasaran, sarana dan pembinaan Soekartawi, 2000. Dari pengertian di atas, agroindustri dapat diartikan dua hal, yaitu
pertama, agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama produk pertanian. pada konteks ini agroindustri menekankan pada food processing
management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Kedua, adalah bahwa agroindustri itu diartikan sebagai
suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan
industri Soekartawi, 2000. Pentingnya agroindustri dalam pembangunan pertanian disebabkan
beberapa alasan yaitu: pertama dapat memberikan nilai tambah pertanian, kedua agroindustri merupakan bidang usaha yang mampu menciptakan kesempatan
kerja, ketiga agroindustri merupakan sumber pertumbuhan, keempat sebagai penghasil devisa, kelima agroindustri merupakan jenis industri yang memiliki
keterkaitan ke atas forward linkage, keenam umumnya agroindustri berlokasi di pedesaan, karena itu kandungan lokalnya sangat tinggi, serta memiliki social
effect yang positif bagi sebahagian besar rakyat kecil Iwantono, 2002. Posisi agroindustri dalam agribisnis berada di tengah sehingga dapat
mendorong yang dihilirnya dan mengelola yang dihulu. Artinya, terhadap pasar hilir agroindustri mendorong agar tetap mampu menjual mutu dengan
Universitas Sumatera Utara
standardnya yang selalu akan dipenuhi dan dikembangkan. Sebaliknya pasar juga bisa memberikan keinginannya untuk dapat dipenuhi oleh industri. Produk
industri tentu diharapkan lebih bermutu daripada produk mentahnya, atau mempunyai kelebihan-kelebihan yang dinikmati oleh konsumen sesuah melalui
proses pengolahan di industri. Selain itu, industri yang berposisi di tengah dalam sistem agribisnis mendorong kalangan niaga di sektor hilirnya Sadjad, 2001.
Ubi kayu segar memiliki beberapa kelemahan, antara lain adalah mudah mengalami penurunan kualitas rusak apabila tidak segera dijual dan diolah
setelah pemanenan. Peningkatan nilai ekonomi ubi kayu dapat dilakukan dengan mengolah ubi kayu tersebut menjadi berbagai macam produk olahan baik dalam
bentuk basah maupun kering. Beberapa macam produk olahan ubi kayu antara lain adalah tepung ubi kayu, keripik ubi kayu, patilo, kue kaca, bolu pelangi, kue
cantik manis dan lain sebagainya Djaafar dan siti, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini adalah produk olahan yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu, yaitu:
Pohon Industri Ubi Kayu
Gambar 1. Pohon Industri Ubi Kayu
Asnawi, 2008.
Pertanian Agroindustri
Konsumen
UBI KAYU Kulit
Daging Tapioka
Gaplek
Sawut
Tape Onggok
Ellot Dextrin
Gula Glukosa Gula Fruktosa
Ethanol Asam Organik
Senyawa kimia lain
Pelet
Tepung Kasava
Industri Pakan Ternak Industri makanan dll
Industri pakan ternak Industri obat nyamuk, lem
Industri textile, farmasi, kimia
Industri makanan Industri makanan
Industri kimia Industri makanan
Industri kimia Industri makanan
Industri pakan ternak Industri pakan ternak
Industri makanan Industri makanan
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Biaya