2.1.6. Nilai Tambah
Pengolahan hasil yang baik yang dilakukan produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Bagi petani, kegiatan pengolahan
hasil telah dilakukan khususnya bagi petani yang mempunyai fasilitas pengolahan hasil lantai jemur, penggilingan, tempat penyimpanan, keterampilan dalam
mengolah hasil, mesin pengolah dan lain-lain. Sering ditemukan bahwa hanya petani yang mempunyai fasilitas pengolahan hasil dan mereka yang mempunyai
sense of business kemampuan memanfaatkan bisnis bidang pertanian yang melaksanakan kegiatan pengolahan hasil pertanian. Bagi pengusaha yang berskala
besar kegiatan pengolahan hasil dijadikan kegiatan utama dalam mata rantai bisnisnya. Hal ini disebabkan karena dengan pengolahan yang baik maka nilai
tambah barang pertanian menjadi meningkat karena barang tersebut mampu menerobos
pasar, baik
pasar domestik
maupun pasar
luar negeri
Soekartawi, 1991. Nilai tambah value added adalah pertambahan nilai suatu komoditas
karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat didefinisikan sebagai
selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja Hayami et all, 1987.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Prawiyanti, 2011 dengan judul penelitian “Strategi Pengembangan Agroindustri Tapioka Pada Skala Usaha Kecil Studi
Kasus Di Desa Pogalan, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek ”. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keuntungan, efisiensi usaha dan nilai
Universitas Sumatera Utara
tambah dari agroindustri tapioka, menganalisis kondisi lingkungan internal dan kondisi lingkungan eksternal pada usaha agroindustri tapioka, serta merumuskan
strategi pengembangan agroindustri tapioka yang tepat. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja purposive yaitu di Desa Pogalan, Kecamatan
Pogalan, Kabupaten Trenggalek. Penentuan responden dilakukan dengan metode sensus. Responden dalam hal ini adalah pengusaha agroindustri tapioka skala
kecil yang berjumlah 25 unit usaha. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan meliputi analisis biaya,
penerimaan, keuntungan, analisis efisiensi usaha dan analisis nilai tambah. Analisis SWOT Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats meliputi analisis
matrik IFE Internal Facto Evaluation dan EFE External Facto Evaluation, analisis matrik IE Internal-External, analisis matrik Grand Strategy dan analisis
matrik SWOT. Berdasarkan hasil perhitungan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk satu kali proses produksi diperoleh: 1 keuntungan
agroindustri tapioka untuk bahan baku 22,08 kw sebesar Rp. 206.714,82 dengan total penerimaan sebesar Rp.1.212.188,00 dan total biaya Rp.1.005.473,18 2
tingkat efisiensi usaha RC ratio pada agroindustri tapioka sebesar 1,205 3 nilai tambah pada agroindustri tapioka skala kecil sebesar Rp. 9.568,3 per kw produk
dengan rasio nilai tambah 19,137.
Penelitian juga dilakukan oleh Zulkifli, 2012, dengan judul penelitian “Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Pada Agroindustri Keripik Ubi di Kecamatan
Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara ”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya pendapatan dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik ubi kayu dan mengetahui besarnya nilai tambah dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik
ubi kayu di Kecamatan Tanah Luas Kabupaten Aceh Utara.
Hasil analisis
Universitas Sumatera Utara
menunjukan bahwa Agroindustri pengolahan keripik ubi kayu memberikan keuntungan yang diterima adalah sebesar Rp 4.340.625 per lima kali proses
produksi selama satu bulan dan nilai tambah yang dinikmati pengusaha dari agroindustri sebesar Rp 5.495,00 per kilogram bahan baku yang dimanfaatkan.
Nilai tambah ini merupakan keuntungan dan selebihnya adalah pendapatan tenaga kerja yang mencapai Rp 796.875.
2.3. Kerangka Penelitian