Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data

Universitas Sumatera Utara bidang lingkungan. Seperti : Walhi, Kophi, greenpeace, dll. Kemudian dijabarkan menjadi : ada atau tidak ada masyarakat dan LSM yang memberikan pendapat pada berita c. Perusahaan : Pelaku bisnis kehutanan atau tambang yang memanfaatkan lahan di hutan Kemudian dijabarkan menjadi : ada atau tidak ada pengusahaindustri yang memberikan pendapat pada berita. d. Akademisi : Orang-orang yang ahli di bidang tertentu ataupun mempunyai kedudukan akademis. Kemudian dijabarkan menjadi : ada atau tidak ada akademisi yang memberikan pendapat pada berita.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan dapat dalam penelitian ini adalah : 1. Studi dokumentasi, data dikumpulkan dari dokumentasi teks berita tentang kabut asap selama tahun 2015 yang dimuat di Harian Waspada. Peneliti telah mengumpulkan teks berita tersebut, yaitu sebanyak 161 teks berita yang didapat dari edisi 01 september sampai 13 november 2015. Pemilihan Periode ini karena titik api pertama ditemukan, hingga titik api kebakaran lahan gambut dinyatakan telah hilang. Tahun 2015 dipilih karena peristiwa kabut asap pada tahun ini merupakan kejadian yang terburuk selama beberapa tahun belakangan. 2. Studi kepustakaan Library research Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dan dikumpulkan dengan studi pustaka guna mengkaji beberapa pokok permasalahan dari objek yang diteliti. Fungsi dari data literatur yang berupa buku-buku, majalah, jurnal atau website adalah untuk mendapatkan teori-teori pendukung lebih lanjut yang relevan dengan kajian penelitian untuk mendukung proses penelitian.

3.8 Teknik Analisis Data

Data kuantitatif yang diperoleh dapat dianalisis dengan kaidah dan teknikteknik analisis statistik yang baku, misalnya dengan distribusi frekuensi dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tabulasi silang dari data-data yang terkumpul Birowo, 2004: 161. Teknik analisa data yang digunakan adalah dengan langkah sebagai berikut: 3.8.1 Pengumpulan data Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding coding sheet yang dibuat berdasarkan kategori yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui: Harian Waspada edisi 01 september sampai 13 november 2015. 3.8.2 Penyusunan Katagorisasi Tahapan pengukuran dalam analisis isi adalah menyusun kategori. Kategori berhubungan dengan bagaimana isi content kita kategorikan. Menurut Neuendorf, Menyusun kategori harus dilakukan secara baik dan berhati-hati. Paling tidak terdapat tiga prinsip penting dalam penyusunan kategori: kategori haruslah mutually exclusive, exhaustive dan reliabel. Mutually exlusive artinya terpisah satu sama lain. Kategori harus dapat dibedakan secara jelas antarsatu kategori dengan kategori lain. Exhaustive artinya lengkap. Maksudnya, kategori harus dapat menampung semua kemungkinan yang muncul. Sedangkan reliabel maksudnya kategori tersebut harus dipahami secara sama oleh semua orang Eriyanto:2011:203. Adapun kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Ketentuan Pemberitaan Lingkungan Hidup : 3.1 Poin Pertama a Harus memberikan informasi tentang hal yang memberikan ancaman bagi lingkungan. Katagorisasi ini dapat diukur melalui penyertaan dampak kerusakan lingkungan yang terjadi sepanjang bulan September sampai bulan November 2015. Bisa terdiri dari dampak ekologis, pendidikan, ekonomi, sosial, dan kesehatan. b Skala pemberitaan meliputi global, regional, maupun lokal. Lingkup pemberitaan dibagi menjadi lokal, regional, nasional dan Internasional. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 3.2 Poin Kedua a Meningkatkan kesadaran publik akan isu-isu lingkungan. Ini dapat dicapai apabila berita tersebut menarik dan mudah untuk dipahami. Hal tersebut dapat diukur melalui katagorisasi berikut ini : - Akurasi, kesesuaian judul dengan isi teks berita. - Pengertian istilah, pengertian dari istilah-istilah dari disiplin ilmu lain yang cenderung asing. - Analogi angka-angka, penggambaran angka dan data dengan sesuatu yang lebih mudah dipahami contoh : 12.000 ha sama dengan 3 kali luas lapangan sepak bola - Jurnalis harus melaporkan dari beragam pandangan multidisiplin ilmu. Peliputan Jurnalisme lingkungan sangat kompleks dan menuntut pembahasan secara holistik atau menyeluruh, sehingga membutuhkan pandangan dari berbagai aspek lain. Hal tersebut dapat diukur melalui penggunaan istilah seperti istilah ilmiah, teknis, akronim serta jargon perlu dijelaskan. Contoh : REDD, TNGL, BKSDA, biodiversitas, dan lain-lain. 3.3 Poin Ketiga a Jurnalis harus berusaha menuliskan solusi-solusi untuk persoalan lingkungan. Peliputan jurnalisme lingkungan harus senantiasa disertai dengan solusi-solusi dari setiap permasalahan lingkungan yang terjadi. Solusi berarti apakah wartawan menuliskan solusi dalam beritanya meliputi aspek ekologis, ekonomi, kesehatan, hukum, sosial budaya. contoh : solusi untuk hutan seluas 6000 Ha yang terkena dampak kebakaran adalah pemadaman secara intensif titik api dan monitaring titik api. 3.4 Poin Keempat a Jurnalis harus melaporkan isu dari berbagai sisi. Katagorisasi ini dapat diukur dengan unit analisis penyajian berita. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Penyajian Berita dapat diketahui dengan cara bagaimana berita ditulis dalam sebuah teks. Satu sisi : apabila berita hanya mengakomodasi pendapat satu pihak saja yang saling mendukung. Dua sisi: apabila berita mengakomodasi pendapat dari kedua belah pihak yang bertentangan. Multi sisi : apabila berita mengakomodasi pendapat dari pihak ketiga atau lebih dari dua pendapat yang bertentangan. 3.5 Poin Kelima a Jurnalis harus menghindar sejauh mungkin dari informasi yang bersifat spekulatif. Wartawan dalam menulis berita harus menghindari kesan mereka-reka atau berspekulasi terhadap hal-hal tertentu. Contohnya : kata sepertinya, diperkirakan, diduga, dan lain-lain. 2. Posisi Penempatan Berita dalam Harian Waspada : a. Halaman depan headline berita utama biasanya terdapat didepan dan paling mencolok dengan tulisan yang besar. b. Halaman depan, bukan headline, terdapat dihalaman depan namun bukan berita utama hanya bersifat melengkapi c. Halaman khusus, berita-berita yang terdapat di rubrik internasional. d. Halaman lain, berita-berita yang terdapat di rubrik nasional, lokal, dan regional. Jenis-jenis berita dalam pemberitaan kabut asap dapat dikelompokkan atas: a. Straight news berita langsung, yaitu laporan langsung mengenai suatu peristiwa, biasanya hanya terdiri dari 5w+1H. b. Feature, yaitu berita-berita yang disajikan dengan mengetengahkan sisi humanis atau ketertarikan manusiawi dari suatu peristiwa, biasanya bentuk penulisannya lebih panjang dan mendalam. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara c. News Analysis, yaitu berita yang merupakan analisis lanjutan wartawan tentang suatu peristiwa. Unsur subjektivitas menonjol dan cenderung berbau opini wartawan, pakar atau pengamat. 3. Narasumber berita dalam pemberitaan kabut asap dapat dikelompokkan atas: b. Negara : Pemerintah pusat dan daerah, TNI, POLRI, Kementerian, dan Dinas-dinas terkait. c. Masyarakat : masyarakat terdampak dan LSM d. Perusahaan : Pelaku bisnis kehutanan atau tambang yang memanfaatkan lahan di hutan e. AkademisiPraktisi : Ahli yang dimintai keterangan lebih lanjut. 3.8.3 Reliabilitas Tes Intercoder Reliability digunakan, karena sangat penting untuk mengetahui tingkat konsistensi pengukuran, mengetahui apakah kategori yang dibuat sudah operasional dan secara umum untuk mengetahui tingkat objektifitas penelitian. Tes ini dilakukan oleh dua koder. Pengkoder lain di luar peneliti dimaksudkan sebagai perbandingan hasil penghitungan data penelitian agar benar dan terjaga, dimana koder ini diambil dari orang yang berlatar belakang akivitas akademik yang sama dan memahami terhadap prinsip komunikasi serta isi media. Dalam proses menguji kebenaran dan ketepatan ini, pengkoder ke 2 dianggap layak untuk ikut andil dalam proses penelitian karena melihat latar belakang pendidikan yang ditekuni tidak luput dari mengamati perkembangan dan isi media. Dalam penelitian ini, Pengkoder 1 adalah peneliti sendiri dan pengkoder ke 2 adalah Meutia Rachmi Yulanda, seorang mahasiswa Komunikasi USU Stambuk 2012 dan berjenis kelamin perempuan. Alasan peneliti memilih Meutia sebagai pengkoder ke 2 adalah karena Meutia merupakan teman dekat dari peneliti dan juga memiliki ketertarikan terhadap surat kabar dan merupakan anggota dari ogranisasi yang bergerak dibidang pelestarian lingkungan di Medan, ditambah Meutia merupakan mahasiswa yang aktif sebagai anggota yang bertugas sebagai reporter dari Pers Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Mahsiswa Pijar, dimana reporter selalu dituntut untuk paham tentang dunia jurnalistik, sehingga peneliti yakin bahwa Meutia mampu menjadi pengkoder ke 2 dalam penelitian ini. Rumus tes uji reliabilitas antar pengkode tersebut, oleh Holsti di formulakan dengan data nominal dalam bentuk prosentase pada tingkat persamaannya. Rumus tes uji reliabilitas sebagai berikut: Reabilitas Antar Coder = Keterangan : CR = Coeficient Reliability Koefisien Reliabilitas M = Jumlah penyataan yang disetujui oleh dua orang pengkoder N1+N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoder. Meskipun belum ada kesepakatan mengenai standar angka reliabilitas yang mutlak, menurut Lasswell angka 70 - 80 banyak di pakai sebagai jumlah presentase atau kesesuaian antara pemberi koding untuk menentukan kelayakan definisi operasional kategori unit analisis. 3.8.4 Generalisasi Generalisasi atau kesimpulan diambil berdasarkan frekuensi dan presentase kemunculan data-data yang diteliti. Bentuk representasi data yang paling umum pada pokoknya membantu meringkaskan fungsi analisis, berkaitan dengan frekuensi adalah frekuensi absolut seperti jumlah kejadian yang ditemukan Krippendorf, 1991:168. Frekuensi absolut tersebut menjadi acuan dalam pengambilan kesimpulan. Berdasarkan hal tersebut, frekuensi tertinggi menjadi bahan pertimbangan utama untuk menarik kesimpulan. Universitas Sumatera Utara 49 Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data

Dokumen yang terkait

PELANGGARAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PEMBERITAAN BENCANA (ANALISIS ISI BERITA KABUT ASAP SUMATERA DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM PERIODE 18 AGUSTUS 2015 – 10 NOVEMBER 2015)

4 38 149

JURNALISME LINGKUNGAN DALAMPEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI JURNALISME LINGKUNGAN DALAM PEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI INDONESIA (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Eksploitasi Hutan di Indonesia pada SKH Komp

0 2 15

PENDAHULUAN JURNALISME LINGKUNGAN DALAM PEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI INDONESIA (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Eksploitasi Hutan di Indonesia pada SKH Kompas April – Mei 2010).

0 2 44

PENUTUP JURNALISME LINGKUNGAN DALAM PEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI INDONESIA (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Eksploitasi Hutan di Indonesia pada SKH Kompas April – Mei 2010).

0 2 111

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 9

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 2

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 7

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 1 25

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 3

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 1