74
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Studi tentang jurnalisme lingkungan mulai mendapat perhatian ketika permasalahan lingkungan semakin terlihat nyata dan makin sering dijumpai.
Terlebih terkait dengan isu perubahan iklim yang dampaknya semakin terasa. Masalah lingkungan hidup yang dahulu terpisah kini menjadi bagian sehari-hari
dari masyarakat. Penelitian ini membahas penerapan jurnalisme lingkungan yang dilihat dari posisi penempatan berita dan ketentuan pemberitaan jurnalisme
lingkungan berdasarkan kode etik jurnalisme lingkungan serta frekuensi penggunaan narasumber berita. Kebakaran hutan dan lahan terjadi akibat tidak
ketatnya pengawasan di lapangan terkait peraturan konsesi kelapa sawit oleh pemerintah dan pembukaan lahan liar oleh masyarakat dengan cara membakar
hutan sehingga menyebabkan bencana kabut asap yang cukup merugikan baik pada aspek ekonomi, kesehatan, ekologi, sosial dan budaya.
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka didapatkan beberapa kesimpulan yaitu :
1. HarianWaspada menempatkan pemberitaan kabut asap di halaman depan dan headline hanya pada saat critical moment saja. Hal tersebut ditandai
dengan hanya 6 berita atau 9,67 yang dianggap penting untuk ditempatkan di halaman depan sebagai Headline serta terdapat 11 berita
atau 17,74 di halaman depan bukan headline selama kurun waktu 3 bulan.
2. Jenis-jenis berita yang paling banyak muncul adalah straight news dengan persentase sebesar 88,70 atau 55 teks berita. Diikuti oleh jenis penulisan
news analysis dengan 7 teks berita atau sebesar 11,30. Sementara jenis
penulisan Feature tidak terdapat sama sekali dalam pemberitaan mengenai kabut asap 2015
3. Sementara untuk katagorisasi penerapan kode etik jurnalisme lingkungan. Ketentuan jurnalisme lingkungan yang diterapkan secara baik oleh
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
HarianWaspada adalah pada katagorisasi akurasi dengan 56 teks berita
dengan persentase sebesar 90,32. Sementara untuk katagorisasi lainnya seperti penggunaan istilah, pengertian istilah, analogi data dan angka, serta
penyebutan solusi
HarianWaspada tidak
memenuhi ketentuan
pemberitaan lingkungan sesuati kode etik jurnalisme lingkungan. Namun untuk penyebutan dampak, HarianWaspada menyertakan 44 teks berita
dengan persentase 70,97, hal ini cukup baik jika dibandingkan dengan penyebutan solusi namun sangat disayangkan karena penyebutan solusi
seharusnya menjadi prioritas dalam pemberitaan lingkungan, sebab tujuan utama dari pemberitaan lingkungan adalah peningkatan kesadaran.
Pemberitaan lingkungan hidup yang syarat kepentingan, mengharuskan setiap pemberitaannya dituliskan melibatkan berbagai pandangan,
sayangnya Penyajian berita dalam HarianWaspada cenderung tendensius dengan hanya mengakomodir satu pihak saja yaitu mencapai 55 teks berita
dengan persentase sebesar 88,71. Sementara itu HarianWaspada hanya menuliskan 2 teks berita yang meyertakan informasi spekulatif atau
sebesar 3,22 dari 62 teks berita. Angka ini cukup baik, karena dalam pemberitaannya HarianWaspada menyertakan pernyataan dan angka-
angka yang valid dalam pemberitaannya. 4. Frekuensi penggunaan narasumber berita dalam pemberitaan kabut asap di
HarianWaspada didominasi oleh kemunculan Negara dan masyarakat
yaitu masing-masing sebanyak 18 kali dengan persentase kemunculan sebesar 29,03. Terdapat 15 teks berita atau sebesar 24,19 yang
menyertakan akademisi dan praktisi menjadi narasumber beritanya, dan untuk perusahaan tidak dimunculkan sama sekali.
5.2 Saran