Universitas Sumatera Utara
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan terhadap pemberitaan mengenai kabut asap 2015 di harian Waspada, penulis memperoleh hasil sebagai berikut: dari 62
pemberitaannya, Harian Waspada lebih banyak menempatkan berita terkait kabut asap di halaman lain sebanyak 42 teks berita 67,74, Sebaliknya hanya 6 berita
atau 9,67 yang dianggap penting untuk ditempatkan di halaman depan sebagai Headline
. Untuk halaman depan bukan Headline terdapat 11 berita atau pesentasenya mencapai 17,74. Sementara itu, halaman khusus atau rubrik
internasional menempati frekuensi terendah dengan hanya 4,84 saja. Secara teoritik, berita yang dianggap penting bukan hanya karena dimuat
beruntun setiap hari. Tapi juga bagaimana berita tersebut ditempatkan dalam posisi yang mencolok pada halaman masing-masing surat kabar. Apabila suatu
berita diletakkan pada halaman depan maka berita itu merupakan sesuatu yang dianggap sangat penting oleh surat kabar tersebut sehingga menjadi berita utama.
Sedangkan berita di halaman berikutnya dianggap sebagai berita biasa. Katagorisasi jenis-jenis penulisan, Harian Waspada banyak menggunakan
straight news yaitu sejumlah 55 teks berita dengan persentase sebesar 88,70.
Diikuti oleh jenis penulisan news analysis dengan 7 teks berita atau sebesar 11,30. Sementara jenis penulisan Feature tidak terdapat sama sekali dalam
pemberitaan mengenai kabut asap 2015. Hal ini mengingat berita-berita yang ditampilkan di surat kabar harian biasanya berbentuk straight news berita terkini
dan aktual tentang suatu peristiwa. Akurasi kesesuaian judul dengan isi berita pada Harian Waspada dalam
pemberitaan lingkungan hidup terutama kabut asap 2015 cukup baik yaitu mencapai 56 teks berita dengan persentase sebesar 90,32. Sementara masih
terdapat 6 teks berita yang dianggap tidak memenuhi kriteria kesesuaian judul dengan isi atau sebesar 9,68 dari 62 teks berita yang diteliti. Pers
menginformasikan kepada masyarakat pengetahuan terhadap lingkungan hidup dengan informasi yang akurat dan tepat. Kesesuaian judul dalam jurnalisme
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lingkungan diharapkan dapat meningkatkan kepekaan masyarakat akan isu-isu lingkungan.
Terdapat 34 kali dari total 62 teks berita yang menyertakan penggunaan istilah pada pemberitaan kabut asap di Harian Waspada, jika dipersentasekan
jumlah tersebut sama dengan 54,84. Selebihnya, yaitu sebesar 28 teks berita atau sebesar 45,16 tidak menyertakan penggunaan istilah. Jika dibandingkan
dengan katagorisasi penggunaan istilah yang muncul yaitu sebanyak 34 teks, maka hanya 58,82 penggunaan istilah yang disertai penjelasan. Lebih jelasnya,
peneliti hanya menemukan 20 teks berita yang menyertakan pengertian istilah. Nilai tersebut jika dipersentasekan hanya mencapai angka 32,26. Selebihnya 42
teks berita atau 67,74 tidak menyertakan pengertian istilah. Menyertakan pengertian istilah merupakan sebuah keharusan, sebagai upaya menumbuhkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Dengan menyertakan pengertian istilah, masyarakat akan lebih mudah dalam memahami
apa yang terjadi pada lingkungan mereka dan diharapkan sadar untuk memperbaikinya.
Pada katagorisasi analogi angka, hanya terdapat 2 teks berita yang menyertakan analogi data dan angka dalam tulisannya. Angka tersebut hanya
sebesar 3,22 dari 62 teks berita yang diteliti. Sementara itu, 60 teks berita tidak menyertakan analogi data dan angka atau sebesar 96,78. Persentase kemunculan
analogi data dan angka relatif kecil jika dibandingkan dengan frekuensi angka dan data statistik yang muncul yaitu 23 teks berita atau sebesar 37,10. Hanya 8,69
dari keseluruhan data statistik yang menggunakan analogi data dan angka. Angka dan data yang kerapkali disertakan dalam pemberitaan lingkungan, mengharuskan
penggunaan analogi atau penggambaran secara jelas agar urgensi dari setiap isu lingkungan dapat dimengerti dengan mudah bagi masyarakat.
Pada Harian Waspada, hanya terdapat 3,22 teks berita yang memasukkan unsur-unsur spekulasi didalamnya, angka tersebut sama dengan 2
teks berita dari 62 teks yang diteliti. Sementara itu 96,78 atau 60 teks berita tidak terdapat informasi yang bersifat spekulasi. Fakta ini sejalan dengan poin
yang terdapat di kode etik jurnalisme lingkungan yaitu, “Jurnalis harus
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menghindar sejauh mungkin dari informasi yang bersifat spekulatif dugaan, ataupun komentar yang tendensius”.
Teks berita yang menyertakan dampak dari peristiwa kabut asap 2015 adalah sebesar 44 teks berita dengan persentase 70,97. Semantara itu, terdapat
18 teks berita atau 29,03 yang tidak menyertakan dampak dari aspek apapun. Dalam katagori frekuensi kemunculan solusi, hanya sebesar 41,94 dengan 26
teks berita yang meyertakan solusi. Sebaliknya, terdapat 36 teks berita yang tidak menyebutkan solusi atau jika dipersentasekan sebesar 58,06. Dalam kode etik
Jurnalisme lingkungan hidup yang telah disepakati, jurnalis lingkungan berkewajiban menuliskan solusi-solusi bagi segala persoalan lingkungan hidup
ditinjau dari segala aspek terlebih aspek ekologis. Mengingat kompleksnya persoalan lingkungan hidup, maka solusi dan dampak yang ditawakan harus
mewakili berbagai sudut pandang. Solusi-solusi serta dampak dari permasalahan lingkungan hidup yang dikatagorisasikan dalam penelitian ini adalah solusi
ekologis, kesehatan, kebijakan, ekonomi, dan pendidikan. Penyajian berita yang dalam Harian Waspada cenderung tendensius
dengan hanya mengakomodir satu pihak saja dalam teks-teks berita terkait kabut asap yaitu mencapai 55 teks berita dengan persentase sebesar 88,71. Pihak yang
paling banyak diakomodir pendapatnya adalah Negara yang terdiri dari pemerintah pusat dan daerah, dinas-dinas terkait, TNI, Polri, BMKG, dan BPBD.
Sementara frekuensi penyajian berita dua sisi hanya terdapat 7 teks berita saja dengan persentasi sebesar 11,29. Untuk berita-berita yang mengakomodir
pendapat dari berbagai pihak tidak ada dalam teks berita terkait kabut asap 2015 yang diterbitkan oleh Harian Waspada. Secara teoritis, jurnalis harus mampu
memelihara jarak dari berbagai kepentingan, baik itu kepentingan perusahaan, pemerintahan, politisi, maupun organisasi sosial, dengan tidak memasukkan
kepentingan mereka. Sebagai aturan, jurnalis harus melaporkan isu dari berbagai sisi. Harian Waspada tidak menerapkan ketentuan pemberitaan jurnalisme
lingkungan dalam katagorisasi ini. Ruang lingkup pemberitaan yang paling banyak mewarnai pemberitaan
kabut asap 2015 di Harian Waspada adalah skala regional dengan 34 teks berita
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
54,84, diikuti skala lokal dengan 11 teks berita 17,75, nasional dengan 14 teks berita 22,58, dan internasional dengan 3 teks berita 4,83. Ruang
lingkuup pemberitaan tidak terlepas dalam ketentuan pemberitaan lingkungan hidup, hal tersebut dikarenakan ancaman lingkungan hidup harus diketahui oleh
seluruh masyarakat terlepas dari skala pemberitaannya. Pada katagori narasumber berita, Frekuensi kemunculan Negara dan
masyarakat sama yaitu sebanyak 18 kali dengan persentase kemunculan sebesar 29,03. Terdapat 15 teks berita atau sebesar 24,19 yang menyertakan
akademisi dan praktisi menjadi narasumber beritanya Sementara itu, Harian Waspada
tidak menyertakan perusahaan sebagai narasumber beritanya. Hasil ini menyatakan bahwa Harian Waspada tidak berupaya untuk menyertakan
pandangan dari berbagai kepentingan dalam pemberitaannya. Secara teoritis, jurnalis harus melaporkan isu dari berbagai sisi, terlebih masalah lingkungan yang
mengandung kontroversi seperti pemberitaan kabut asap yang syarat akan konflik kepentingan. Jurnalisme lingkungan juga mengharuskan jurnalis untuk senantiasa
memastikan otentisitas narasumber berita untuk menjamin keabsahan data yang didapat.
Universitas Sumatera Utara
74
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan