Narasumber Berita Analisa Data

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pemberitaan mengenai kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan pada tahun 2015 di Harian Waspada didominasi oleh jenis penulisan berita straight news yaitu sejumlah 55 teks berita dengan persentase sebesar 88,70. Diikuti oleh jenis penulisan news analysis dengan 7 teks berita atau sebesar 11,30. Sementara jenis penulisan Feature tidak terdapat sama sekali dalam pemberitaan mengenai kabut asap 2015.

4.1.4 Narasumber Berita

Narasumber merupakan salah satu bagian penting dari suatu berita. Seorang wartawan tidak dapat menyaksikan semua berita, maka ketika mengumpulkan fakta untuk berita yang akan ditulis, wartawan memerlukan sumber berita untuk dimintai keterangan dan pendapat seputar peristiwa yang akan diberitakan. Dalam penelitian ini, narasumber berita terdiri dari Negara yang meliputi Pemerintah Pusat dan Daerah, Dinas terkait, BMKG, BPBD, TNI, Polri serta DPR dan DPRD. Katagori selanjutnya adalah Masyarakat yang terdiri dari masyarakat terdampak kabut asap dan LSM, Perusahaan yang terlibat dalam upaya pembakaran hutan, serta akademisi dan praktisi. Berikut ini penulis menyajikan data frekuensi kehadiran narasumber berita yang dipilih menurut kategori yang sering muncul dalam pemberitaan kabut asap 2015 pada Harian Waspada Edisi 01 September-13 November 2015 : Tabel 4.13 Narasumber berita : Negara Frekuensi Persentase Ada 18 29,03 Tidak Ada 44 70,97 Jumlah 62 100 Sumber : Hasil Pengkodingan Frekuensi kemunculan Negara sebagai narasumber pada berita kabut asap 2015 adalah 18 kali dengan persentase kemunculan sebesar 29,03. Selebihnya Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 44 kali atau 70,97 dari teks berita tidak menyertakan Negara sebagai narasumber berita. Tabel 4.14 Narasumber berita : Masyarakat Frekuensi Persentase Ada 18 29,03 Tidak Ada 44 70,97 Jumlah 62 100 Sumber : Hasil Pengkodingan Frekuensi kemunculan masyarakat sebagai narasumber pada berita kabut asap 2015 adalah 18 kali dengan persentase kemunculan sebesar 29,03. Selebihnya 44 kali atau 70,97 dari teks berita tidak menyertakan masyarakat sebagai narasumber berita. Jika dibandingkan dengan hasil frekuensi kemunculan Negara sebagai narasumber berita, masyarakat memiliki porsi yang sama sebagai pihak yang harus didengarkan pernyataannya. Tabel 4.15 Narasumber berita : Perusahaan Frekuensi Persentase Ada Tidak Ada 62 100 Jumlah 62 100 Sumber : Hasil Pengkodingan Keseluruhan teks berita tidak menyertakan perusahaan sebagai narasumber beritanya. Dari 62 teks berita yang terpilih menjadi sampel, Harian Waspada hanya menyebutkan perusahaan sebagai pihak yang harus disalahkan tanpa meminta keterangan dan penjelasan lebih lanjut dari perusahaan tersebut. Jurnalisme lingkungan bagaimanapun tetap mengedepankan metode jurnalisme baku yang tidak bias atau berat sebelah. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16 Narasumber berita : Akademisi Frekuensi Persentase Ada 15 24,19 Tidak Ada 47 75,81 Jumlah 62 100 Sumber : Hasil Pengkodingan Berdasarkan tabel frekuensi diatas, terdapat 15 teks berita atau sebesar 24,19 yang menyertakan akademisi dan praktisi menjadi narasumber beritanya. Sementara itu, terdapat 47 teks berita dengan persentase sebesar 75,81. Dari keseluruhan hasil tabel frekuensi kemunculan narasumber, masyarakat dan pemerintah menempati posisi yang sama dengan kemunculan sebanyak 18 kali atau sebesar 29,03, diikuti oleh narasumber dari akademisi dan praktisi dengan angka 15 kali kemunculan sementara untuk perusahaan tidak ada sama sekali. Menyertakan pendapat para ahli dimaksudkan untuk mendukung fakta dan informasi yang didapat wartawan dari liputannya. Hal ini dimungkinkan karena hanya sedikit wartawan yang memiliki latar belakang pengetahuan ilmiah sehingga mereka rentan terhadap manipulasi para aktifis lingkungan karena di satu sisi mengabaikan pendapat ilmiah para pakar. Pada Setiap teks berita, Harian Waspada kerapkali menggabungkan dua narasumber berbeda untuk menguatkan ataupun melemahkan pernyataan sebagai wujud dari liputan dua sisi. Untuk itu peneliti memutuskan menghitung satu persatu frekuensi kemunculan narasumber untuk masing-masing teks berita yang diteliti. Dengan begitu diharapkan kemunculan masing-masing narasumber dapat terlihat jelas dan lebih rinci. Seperti contoh teks berita dibawah ini, Harian Waspada menyertakan narasumber dari pemerintah yaitu BMKG, praktisi kesehatan yaitu seorang Dokter Penyakit Tropik Dr. Ummar Zein, dan pengamat Kesehatan Lingkungan USM Indonesia Otniel Ketaren. Hal ini dimaksudkan untuk menguatkan pernyataan masing-masing narasumber bahwa “Medan Dalam Kondisi Darurat Karena Sudah 19 Hari Diselimuti Kabut Asap” Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan terhadap pemberitaan mengenai kabut asap 2015 di harian Waspada, penulis memperoleh hasil sebagai berikut: dari 62 pemberitaannya, Harian Waspada lebih banyak menempatkan berita terkait kabut asap di halaman lain sebanyak 42 teks berita 67,74, Sebaliknya hanya 6 berita atau 9,67 yang dianggap penting untuk ditempatkan di halaman depan sebagai Headline . Untuk halaman depan bukan Headline terdapat 11 berita atau pesentasenya mencapai 17,74. Sementara itu, halaman khusus atau rubrik internasional menempati frekuensi terendah dengan hanya 4,84 saja. Secara teoritik, berita yang dianggap penting bukan hanya karena dimuat beruntun setiap hari. Tapi juga bagaimana berita tersebut ditempatkan dalam posisi yang mencolok pada halaman masing-masing surat kabar. Apabila suatu berita diletakkan pada halaman depan maka berita itu merupakan sesuatu yang dianggap sangat penting oleh surat kabar tersebut sehingga menjadi berita utama. Sedangkan berita di halaman berikutnya dianggap sebagai berita biasa. Katagorisasi jenis-jenis penulisan, Harian Waspada banyak menggunakan straight news yaitu sejumlah 55 teks berita dengan persentase sebesar 88,70. Diikuti oleh jenis penulisan news analysis dengan 7 teks berita atau sebesar 11,30. Sementara jenis penulisan Feature tidak terdapat sama sekali dalam pemberitaan mengenai kabut asap 2015. Hal ini mengingat berita-berita yang ditampilkan di surat kabar harian biasanya berbentuk straight news berita terkini dan aktual tentang suatu peristiwa. Akurasi kesesuaian judul dengan isi berita pada Harian Waspada dalam pemberitaan lingkungan hidup terutama kabut asap 2015 cukup baik yaitu mencapai 56 teks berita dengan persentase sebesar 90,32. Sementara masih terdapat 6 teks berita yang dianggap tidak memenuhi kriteria kesesuaian judul dengan isi atau sebesar 9,68 dari 62 teks berita yang diteliti. Pers menginformasikan kepada masyarakat pengetahuan terhadap lingkungan hidup dengan informasi yang akurat dan tepat. Kesesuaian judul dalam jurnalisme Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PELANGGARAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PEMBERITAAN BENCANA (ANALISIS ISI BERITA KABUT ASAP SUMATERA DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM PERIODE 18 AGUSTUS 2015 – 10 NOVEMBER 2015)

4 38 149

JURNALISME LINGKUNGAN DALAMPEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI JURNALISME LINGKUNGAN DALAM PEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI INDONESIA (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Eksploitasi Hutan di Indonesia pada SKH Komp

0 2 15

PENDAHULUAN JURNALISME LINGKUNGAN DALAM PEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI INDONESIA (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Eksploitasi Hutan di Indonesia pada SKH Kompas April – Mei 2010).

0 2 44

PENUTUP JURNALISME LINGKUNGAN DALAM PEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI INDONESIA (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Eksploitasi Hutan di Indonesia pada SKH Kompas April – Mei 2010).

0 2 111

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 9

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 2

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 7

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 1 25

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 3

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 1