Universitas Sumatera Utara
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan operasionalisasi dari konsep-konsep yang abstrak atau dapat dikatakan definisi operasional disusun berdasarkan pada
penampakan seperti apa gejala yang didefinisikan tersebut. Dengan kata lain, yaitu suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur konsep-
konsep Kurniawan, 2006 : 40. Melalui analisis isi peneliti melakukan pengamatan aspek-aspek yang konkret yang terlihat secara nyata dan dapat
diobservasikan. Setiap definisi operasional tersebut, diturunkan ke dalam seperangkat aturan ataupun proses pencatatan. Definisi operasional dalam
penelitian ini terdiri dari ruang rubrikasi atau posisi penempatan berita, jeni-jenis berita, serta frekuendi penggunaan narasumber berita dan pemberitaan
jurnalisme lingkungan menurut Code Of Ethics For Environmental Journalists. Dengan demikian definisi operasional yang peneliti gunakan adalah
sebagai berikut: 1. Kode Etik Jurnalisme Lingkungan
Kode etik jurnalistik yang berlaku di Indonesia secara menyeluruh telah diratifikasi melalui UU No. 40 Tahun 1999 dan melalui Peraturan Dewan
Pers Nomor: 6Peraturan-DPV2008. Sama halnya dengan peraturan jurnalisme yang ditetapkan oleh Dewan Pers Indonesia, jurnalisme
lingkungan juga memiliki peraturan yang mengatur ketentuan-ketentuan pemberitaan lingkungan hidup. Spesialisasi peliputan lingkungan hidup
yang kompleks dan holistik membuat kode etik jurnalisme umum menjadi kurang tepat untuk dijadikan sebagai acuan. Untuk itu para akademisi dan
praktisi media yang tergabung dalam Center of Journalism, memiliki kesadaran akan perlunya sebuah standar etik khusus bagi jurnalisme
lingkungan. Pada tahun 1998, dilakukan ratifikasi code of ethics dalam event 6th World Congress of Environmental Journalism
yang diselenggarakan di Colombo, Sri Lanka. Poin-poin yang dijadikan unit
analisis dalam penelitian ini adalah poin 1 sampai 5. Poin-poin tersebut dijadikan unit analisis dikarenakan dapat tersurat secara jelas di teks
sehingga dapat memudahkan peneliti untuk dapat merumuskannya
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menjadi katagorisasi tertentu. Poin-poin kode etik jurnalisme lingkungan tersebut adalah :
1 Jurnalis lingkungan harus menginformasikan kepada publik tentang hal-hal yang menjadi ancaman bagi lingkungan mereka,
baik yang berskala global, regional, maupun lokal. 2 Tugas para jurnalis adalah untuk meningkatkan kesadaran publik
akan isu-isu lingkungan. Jurnalis harus berusaha untuk melaporkan dari beragam pandangan yang berkaitan dengan lingkungan.
3 Tugas jurnalis tidak hanya membangun kewaspadaan masyarakat akan hal-hal yang mengancam lingkungan mereka, tetapi juga
menempatkan hal
tersebut sebagai
upaya pembangunan
berkelanjutan. Jurnalis harus berusaha untuk menuliskan solusi- solusi untuk persoalan lingkungan.
4 Jurnalis harus mampu memelihara jarak dari berbagai kepentingan baik itu kepentingan perusahaan, pemerintah, politisi, dan
organisasi sosial dengan tidak memasukkan kepentingan mereka. Sebagai aturan, jurnalis harus melaporkan sebuah isu dari berbagai
sisi, terutama isu lingkungan yang syarat dengan kontroversi. 5 Jurnalis harus menghindar sejauh mungkin dari informasi yang
sifatnya spekulatif dugaan dan komentar-komentar tendensius. Ia harus memastikan otentisitas narasumber, baik dari kalangan
industri, aparat pemerintah, atau dari aktivis lingkungan. Poin 1 mengharuskan jurnalisme lingkungan senantiasa menginformasikan
dampak dari kerusakan lingkungan mereka. Sementara Poin 2 mengharuskan pemberitaan lingkungan dapat meningkatkan kesadaran, yang dapat dicapai
apabila berita tersebut menarik dan mudah untuk dipahami. Seorang jurnalis lingkungan juga dituntut untuk mengetahui istilah teknis dan mengikuti
perkembangan teori tentang lingkungan hidup, mereka juga harus berhati-hati dan senantiasa menyertakan pengertian dari istilah-istilah tersebut Agus:2014 : 73.
Pada poin 3 Jurnalis lingkungan diwajibkan untuk senantiasa menyertakan solusi. Sementara untuk poin 4 dan 5. Jurnalis lingkungan diwajibkan untuk senantiasa
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
meliput dengan berbagai sisi dengan tidak menyertakan informasi yang belum jelas.
2. Posisi Penempatan Berita dalam Harian Waspada : a. Halaman depan headline, yaitu berita yang dianggap sangat layak
diletakkan di halaman depan surat kabar dengan judul yang dapat menarik perhatian masyarakat dan menggunakan huruf relatif lebih
besar. b. Halaman depan, bukan headline, yaitu berita yang ditampilkan
mendampingi headline sehingga tampak semarak berita yang ada pada halaman depan suatu surat kabar tanpa mengurangi nilai berita
tersebut. c. Halaman khusus, yaitu berita-berita yang ditempatkan pada salah
satu rubrik dalam surat kabar secara khusus rubrik internasional d. Halaman lain, yaitu berita-berita tentang kabut asap yang disajikan
di luar dari halaman depan dan halaman khusus. Dalam pemberitaan mengenai kabut asap di Harian Waspada, jenis-
jenis beritanya dapat dikelompokkan atas: a. Straight news
berita langsung, yaitu laporan langsung mengenai suatu peristiwa.
b. Feature , yaitu berita-berita yang disajikan dengan mengetengahkan
sisi humanis atau ketertarikan manusiawi dari suatu peristiwa. c. News Analysis
, yaitu berita yang merupakan analisis lanjutan wartawan tentang suatu peristiwa. Unsur subjektivitas menonjol dan
cenderung berbau opini wartawan, pakar atau pengamat. 3. Narasumber berita terdiri dari :
a. Lembaga Negara: terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga lain milik negara seperti Bappenas, BLH,
BKSDA, dan lembaga penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, polisi hutan, dan TNI.
b. Masyarakat dan LSM : Masyarakat umum atau yang terkena dampak dari kerusakan
lingkungan maupun organisasi lingkungan yang bergerak di
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
bidang lingkungan. Seperti : Walhi, Kophi, greenpeace, dll. Kemudian dijabarkan menjadi : ada atau tidak ada masyarakat
dan LSM yang memberikan pendapat pada berita c. Perusahaan :
Pelaku bisnis kehutanan atau tambang yang memanfaatkan lahan di hutan Kemudian dijabarkan menjadi : ada atau tidak
ada pengusahaindustri yang memberikan pendapat pada berita. d. Akademisi :
Orang-orang yang ahli di bidang tertentu ataupun mempunyai kedudukan akademis. Kemudian dijabarkan menjadi : ada atau
tidak ada akademisi yang memberikan pendapat pada berita.
3.7 Teknik Pengumpulan Data