Jurnalisme Lingkungan Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara Nanggroe Aceh Darussalam, Riau dan Jakarta. Harian Waspada setiap harinya terbit dengan jumlah minimal 20 halaman. Rubrik yang mengisi surat kabar ini antara lain Rubrik Medan Metropolitan, Nusantara, Luar Negeri, Sport, Ekonomi Bisnis, Opini, dan Rubrik Sumatera Utara yang berisi informasi dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Ada juga Rubrik Nanggroe Aceh Darussalam yang memuat berita berita seputar daerah Banda Aceh, Sigli, Bireue dan Lhokseumawe. Harian Waspada setiap harinya terbit dengan jumlah minimal 20 Halaman. Rubrik yang mengisi harian ini antara lain Rubrik Medan Metropolitan, Nusantara, Luar Negeri, Sport, Ekonomi Bisnis, Opini, dan Rubrik Sumatera Utara yang memuat berita dari berbagai daerah di Sumatera Utara, serta Rubrik Nanggroe Aceh Darusalam yang memuat berita dari berbagai daerah di Banda Aceh, Sigli, Bireun, dan Lhoksemawe http:repository.usu.ac.idhandle12345678916665.

2.1.4 Jurnalisme Lingkungan

“Jurnalistik adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yakni : “journalistiek”, dan dalam bahasa Inggris “journalistic” atau “journalism”, yang bersumber pada perkataab “journal” sebagai terjemahaan dari bahasa latin “diurnal” , yang berarti “harian” atau “setiap hari”. Onong Uchjana Effendy mengemukakan secara sederhana jurnalistik dapat didefinisikan sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai pada menyebar luaskan kepada masyarakat Effendy, 1993: 66. Sumadiria berpendapat bahwa secara teknis jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya 2005:65. Jurnalisme lingkungan, meskipun diakui sebagai spesialisasi baru, tetaplah jurnalisme yang harus bertolak dari aturan, norma, dan etika baku di dalam jurnalistik. Menurut Muhammad Badri, dalam konteks ini jurnalisme lingkungan didefinisikan sebagai proses-proses untuk mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan berbagai informasi tentang peristiwa, isu, kecenderungan, dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara praktik dalam kehidupan bermasyarakat yang berhubungan dengan dunia non- manusia di mana manusia berinteraksi di dalamnya, yakni dunia lingkungan hidup dalam pengertian yang umum. Jurnalisme lingkungan hidup mempunyai ciri yang mampu meneropong interaksi saling mempengaruhi antara komponen, aktor, faktor, dan kepentingan yang mempengaruhi lingkungan hidup, dengan orientasi utama pada dampak-dampak negatifnya www.ruangdosen.wordpress.com Peliputan yang terkait dengan masalah lingkungan hidup haruslah menyusur akar masalah sampai tuntas, dan melihat permasalahan dari berbagai sisi yang holistik. Menurut Yayan, pengertian jurnalisme lingkungan juga berkaitan dengan pengertian komunikasi lingkungan. Komunikasi lingkungan, jika merujuk uraian Robert Cox dalam bukunya Environmental Communication And The Public Sphere , adalah studi dan praktik tentang bagaimana individu, lembaga, masyarakat, serta budaya membentuk, menyampaikan, menerima, memahami dan menggunakan pesan tentang lingkungan serta tentang hubungan timbal-balik antara manusia dengan lingkungan Agus : 2014: 2. Menurut Muhammad Badri Agus: 2014: 8, tujuan jurnalisme lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Membantu masyarakat untuk mendapatkan kesadaran sosial atas apa yang terjadi terhadap lingkungan mereka. 2. Membantu masyarakat mendapatkan informasi yang memadai untuk memutuskan sikap. 3. Menggerakkan masyarakat untuk bertindak dan terlibat dalam pelestarian lingkungan hidup. 4. Menekan pemerintah dan DPR untuk mempertimbangkan informasi lingkungan hidup sebagai landasan tindakan dan kebijakan yang akan diambil. 5. Memberikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah dan DPR tentang pelestarian lingkungan atau pengendalian praktik-praktik yang merusak lingukangan. Permasalahan yang kerapkali terjadi dilapangan adalah media massa yang memiliki fungsi mendidik terasa kurang dalam membuka kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga serta mengawal kelestarian lingkungan hidup karena lebih menonjolkan aspek kontrol sosialnya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Maka dari itu, Atmakusumah 1996 : 17 mencoba merumuskan kewajiban- kewajiban wartawan dalam melakukan peliputan tentang lingkungan hidup. 1. Wartawan yang menaruh minat pada masalah lingkungan harus terus menerus mendalami permasalahan-permasalahan mendasar sambil terus menerus mengikuti perkembangan aktual bidang lingkungan. 2. Memihak lingkungan hidup akan terlegitimasi jika disertai dengan pemahaman masalah. Untuk memperoleh peliputan yang baik, wartawan harus berorientasi ke lapangan dan harus mempuyai komitmen, mempunyai pengetahuan umum yang luas dan pengetahuan yang khusus, serta mempunyai pengetahuan teknis dalam mengemas berita di media cetak dalam bentuk yang cocok bagi masyarakat di masa sekarang. 3. Wartawan harus menguasai metode elementer suatu peliputan atau penelitian, karena bobot dari suatu berita adalah reportase langsung ke lapangan atau fakta dalam suatu konteks yang berperspektif dan benar. 4. Wartawan sangat diharapkan ketetapannya dalam menuliskan pemberitaan tentang lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan istilah-istilah ilmiah. 5. Perkembangan hukum lingkungan perlu juga dicermati oleh para wartawan dalam rangka pengembangan pengetahuan akan masalah- masalah aktual. 6. Wartawan harus mengutamakan manusia atau penduduk yang terkena masalah dan bersikap think globally, act locally. 7. Dalam keberpihakannya pada kaum yang lemah, pers harus bertindak fair, karena tanpa hal itu pers tidak membantu memecahkan persoalan. 8. Wartawan harus lebih sering turun ke lapangan agar laporannya komperhensif dan lengkap. Hutan-hutan di Kalimantan dan Sumatera telah habis dibabat untuk kepentingan jangka pendek tanpa mempertimbangkan serta menjaga kelestarian lingkungan. Pemberitaan tersebut meliputi berbagai dimensi seperti dimensi politik, sosial, ekonomi dan ekologi. Jurnalisme lingkungan adalah sebuah konsep jurnalistik yang memberitakan masalah lingkungan hidup dan solusinya, berita- berita yang disajikan lebih mengutamakan masalah kesinambungan lingkungan hidup. Pers mempunyai peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Menurut M. Soemadi Wonohito SH, pemimpin umum Harian Kedaulatan Rakyat, peranan pers lingkungan tersebut adalah Abrar:1993:6 : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya lingkungan hidup yang baik dan sehat. Al Gore menyatakan bahwa Media memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan informasi dan pendidikan agar dapat memberitahu kepada masyarakat tidak hanya akan apa yang sedang terjadi melainkan juga kenapa hal tersebut bisa terjadi dan apa artinya untuk kita hari ini dan di masa yang akan datang. The media have a responsibility to inform and to educate, to tell us not only what is happening today but also why it is happening and what it will mean to us today and tomorrow Rademakers : 2004 :8. Hester dan Wai Lan berpendapat pers menginformasikan kepada mayarakat pengetahuan terhadap lingkungan hidup dengan informasi yang akurat dan tepat. Dalam hal ini pers tidak saja menginformasikan tentang lingkungan yang baik dan sehat tetapi juga memberikan pendidikan secara tidak langsung yaitu kesadaran masyarakat terhadap lingkungan di masa mendatang Haswari : 2010 : 6. Inti dari pemberitaan lingkungan adalah masalah kesadaran yang perlu ditumbuhkan kepada masyarakat luas. Pemberitaan lingkungan hidup terkadang mengandung istilah yang tidak dimengerti oleh orang awam. Oleh sebab itu penjelasan tentang istilah tersebut menjadi penting. Informasi lingkungan hidup yang tidak memberikan gambaran yang jelas hanya akan membingungkan khayalak dan menjadi mubazir Atmakusumah:1996:21. Secara umum, agar informasi lingkungan hidup mudah dipahami oleh pembacanya, penyajian berita sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dipahami, tidak banyak menggunakan grafik dan angka, mengungkapkan proses biologi, kimia dan fisika secara sederhana serta memberikan kutipan dialog yang hidup Abrar:1993:16. 2. Mengangkat isu kemungkinan adanya pencemaran serta bahayanya. Pers berperan sebagai agen pengawas masalah lingkungan. Ketika sebuah lingkungan teranacam akibat eksploitasi manusia. Pers bersiaga dengan memberitakan masalah tersebut kepada masyarakat disertai dengan beragam informasi tentang dampak dan bahaya yang akan terjadi tentang kerusakanpencemaran lingkungan tersebut. Sebelumnya dalam berita Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara yang dijabarkan, sudut pemberitaan tentang masalah lingkungan perlu dijelaskan sehingga memudahkan untuk melihat masalah dengan lebih jelas. Dengan memberitakan isu tersebut, diharapkan akan dilakukan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Menjadi mediator di antara pihak-pihak yang terkait. Pers menjadi mediator bagi pihak-pihak yang terkait masalah lingkungan hidup. Pers menyatukan berbagai pendapat dari berbagai narasumber yang terlibat pada masalah tersebut. Misalnya LSM dengan pengusaha perkebunan kelapa sawit dan pemerintah daerah dalam menyikapi mengenai isu lingkungan tersebut. Peran mediator ini juga disebutkan oleh R. Gregory yaitu “…the news media help develop the public’s perception of health or environmental risk by facilitating a two-way conversation between technical expert and the public and from the public to the scientist and government or industry decision makers” Rademakers : 2004 :6. Menurut Abrar seperti yang disebutkan di awal, pemberitaan tentang masalah lingkungan hidup mengandung konflik dengan pihak-pihak yang terkait. Sepadan dengan itu, Lisa Rademakers mengatakan “…environmental journalism has been a complex beat, encompassing more than just the environment often, politics, economics, and social issues play a part”. Banyaknya aktor yang terlibat pada masalah lingkungan, membuat peran pers sebagai mediator menjadi penting. Pers mengakomodasikan pendapat dan informasi yang perlu diketahui oleh publik ataupun oleh pengambil kebijakan. Oleh sebab itu wartawan lingkungan hidup dituntut untuk melakukan kinerja profesional dalam menyajikan berita lingkungan hidup. Pers tidak membangun berita sendirian, melainkan dengan ketelibatan pihak-pihak lain. Oleh sebab itu wartawan lingkungan perlu mengembangkan jaringan narasumber yang berkaitan dengan masalah lingkungan, yaitu Atmakusumah : 1996:58 : 1. Lembaga Swadaya Masyarakat, baik lokal, nasional dan internasional yang pro lingkungan hidup. LSM mempunyai jaringan yang kuat berupa informasi dan akses ke masyarakat, advokasi, dan konfirmasi yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara terpecaya dalam menghadapi masalah lingkungan. Contoh LSM : Walhi, Greenpeace , WWF, dan sebagainya 2. Lembaga Pemerintahan baik di tingkat daerah seperti pemerintahan daerah setempat, tingkat nasional seperti departemen kehutanan maupun lembaga pemerintahan yang spesifik seperti Badan Pengendali Dampak Lingkungan Bapedal, LBN Lembaga Biologi Nasional dan sebagainya. 3. Lembaga Internasional seperti UNEP, World Bank, UNDP, UNESCO dan sebagainya yang turut berperan dalam masalah lingkungan. 4. Pusat Studi Lingkungan yang berada di perguruan tinggi. PSL ini berada di dalam lingkungan akademisi yang menyikapi masalah lingkungan hidup. Selain itu, peneliti turut menambahkan poin ke-empat dan ke-lima dari narasumber yang perlu dikembangkan dalam meliput masalah lingkungan. Menurut Lisa Rademakers dalam thesisnya mengatakan : “Environmental issues can range from those associated with the natural environment of the earth or those assosiated with environmental threats to the health of living things”. Bahan baku berita lingkungan hidup adalah realitas lingkungan hidup seperti polusi udara, penggundulan hutan, pencemaran air, masalah kesehatan masyarakat dan sebagainya, yang membedakan persoalan lingkungan hidup dengan yang lain adalah juga kompleksitasnya karena melibatkan tidak hanya informasi teknis, tetapi juga ekonomi, politik dan pertimbangan sosial atmkusumah:1996:38 Tabel 2.1 Kategori Pemberitaan Lingkungan menurut Noviriyanto Detwiler 2004 FON 1996 Baskoro 2003 1. Kualitas udara 2. Kualitas air 3. Populasi manusia 4. Zat addiktif 5. Sumber energi 6. Margasatwa dan kawasan konservasi 7.Pergerakan organisasi lingkungan 1. Udara bersih dan penghijauan 2. Perlindungan daerah liar 3. Pencemaran air 4. Erosi tanah dan ekologi agrikultur 5. Pencemaran udara an penanganannya 6. Pencemaran sampah padat 1. Berkaitan dengan pencemaran lingkungan di darat, udara, dan laut 2. Berkaitan dengan pelestarian hutan, mahluk hidup dan keanekaragaman hayati 3. Berkaitan dengan aspek kebijakan policy, undang- Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sumber : http:e-journal.uajy.ac.id1916 Tabel di atas menjelaskan bahwa berita-berita lingkungan hidup adalah berita yang memuat persoalan atau permasalahan lingkungan hidup di dalamnya. Abrar menyatakan bahwa selain itu berita lingkungan juga bisa mengundang konflik kepentingan berbagai pihak. Sehingga dalam penerapannya berita lingkungan hidup selain membutuhkan ketrampilan jurnalistik yang standar, juga membutuhkan pengetahuan yang cukup komperhensif tentang hubungan alam, manusia, pembangunan dan ekonomi secara holistik, dampak fisik dan sosial kerusakan lingkungan hidup termasuk bagaimana cara menanggulangi kerusakan lingkungan hidup tersebut 1993: 9.

2.1.5 Kode Etik Jurnalisme Lingkungan

Dokumen yang terkait

PELANGGARAN KODE ETIK JURNALISTIK DALAM PEMBERITAAN BENCANA (ANALISIS ISI BERITA KABUT ASAP SUMATERA DI MEDIA ONLINE KOMPAS.COM PERIODE 18 AGUSTUS 2015 – 10 NOVEMBER 2015)

4 38 149

JURNALISME LINGKUNGAN DALAMPEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI JURNALISME LINGKUNGAN DALAM PEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI INDONESIA (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Eksploitasi Hutan di Indonesia pada SKH Komp

0 2 15

PENDAHULUAN JURNALISME LINGKUNGAN DALAM PEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI INDONESIA (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Eksploitasi Hutan di Indonesia pada SKH Kompas April – Mei 2010).

0 2 44

PENUTUP JURNALISME LINGKUNGAN DALAM PEMBERITAAN SEPUTAR EKSPLOITASI HUTAN DI INDONESIA (Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan dalam Pemberitaan Eksploitasi Hutan di Indonesia pada SKH Kompas April – Mei 2010).

0 2 111

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 9

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 2

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 7

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 1 25

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 3

Analisis Isi Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Pemberitaan Kabut Asap di Harian Waspada Edisi 01 September – 13 November 2015

0 0 1