15 4
BIAYA
• Mahalnya pelayanan
• Sebandingnya
• Terjangkau tidaknya
• Ada tidakya keringanan
• Kemudahan proses
Sumber: Sabarguna, 2008: 12-13.
2.2 Pengertian Pasien
Mempertegas makna pasien, pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, menyatakan bahwa
pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlakukan baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. Dalam pelayanan bidang medis, tidak terpisah akan adanya seorang tenaga kesehatan dengan konsumen, dalam hal ini
pasien. Pasien dikenal sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan dari pihak rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dalam bidang perawatan kesehatan.
Dari sudut pandangan sosiologis, dapat dikatakan bahwa pasien maupun tenaga kesehatan memainkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat. Dalam
hubungannya dengan tenaga kesehatan, misalnya dokter tenaga kesehatan mempunyai posisi yang dominan apabila dibandingkan dengan kedudukan pasien
yang awam dalam bidang kesehatan, yang mana lebih mengetahui akan bidang pengetahuan tersebut. Dengan demikian pasien senantiasa harus percaya pada
kemampuan dokter tempat dia menyerahkan nasibnya. Pasien sebagai konsumen dalam hal ini, merasa dirinya bergantung dan aman apabila tenaga kesehatan
berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya. Keadaan demikian pada umumnya
16 didasarkan atas kerahasian profesi kedokteran dan keawaman masyarakat yang
menjadi pasien. Situasi tersebut berakar pada dasar-dasar historis dari kepercayaan yang sudah melembaga dan membudaya di dalam masyarakat. Hingga kini pun
kedudukan dokter relatif lebih tinggi dan terhormat. Pasien sebagai konsumen jasa di bidang tenaga kesehatan yang pesat, risiko yang dihadapi semakin tinggi Triwulan
Febriana, 2010: 21.
2.3 Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah hak “fundamental” setiap warga. Hal ini telah ditetapkan oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia WHO 1948. Dalam Undang-undang
Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 1 dikatakan kesehatan adalah setiap orang yang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sedangkan dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 dimana setiap
individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar masyarakat terpenuhi
hak hidup sehatnya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Secara makro, paradigma sehat berarti bahwa pembangunan semua sektor harus
memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan. Minimal harus memberikan kontribusi postif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Sedangkan
secara mikro, paradigma sehat berkonotasi bahwa pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif
serta rehabilitatif.
17 Kesehatan adalah sebuah produk dari pelayanan kesehatan yang terkumpul
pada dua sarana pokok yaitu pelayanan kesehatan individu dan pelayanan kesehatan masyarakat akan tetapi pelayanan kesehatan sering kali dipertukarkan dengan
pemeliharaan kesehatan Admisto, 2007:189. Kesehatan dalam jangka panjang “health oriented approach”, akan menjamin kemandirian mental dan fisik penduduk
yang bermuara kepada terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam kegiatannya, kesehatan memiliki tiga peranan utama, yaitu :
A. Peran Pengobatan Health Program for Survival.
Peran ini merupakan peran tertua dalam sejarah kesehatan, yang merupakan upaya manusia untuk mempertahankan kehidupannya ketika mendapatkan gangguan
kesehatan. Tujuan utamanya adalah membebaskan individu dan keluarga dari penyakit. Dalam perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologinya
selalu mengalami kemajuan yang sangat pasar.
B. Peran Mempersiapkan Generasi Muda yang Cerdas di Masa Mendatang
Health Program for Human Services. Peran kesehatan dalam pembangunan nasional terletak pada peran kesehatan
untuk mempersiapkan bahan baku serta memelihara dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sektor kesehatan melalui TAP MPR 1999 memiliki
argumentasi kuat bahwa pembangunan kesehatan dari setiap individu harus didahulukan sebelum manusia dapat dikembangkan melalui upaya pengembangan
lain seperti pendidikan. Tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka kemajuan yang telah dicapai oleh suatu negara yang tidak bisa dipertahankan apalagi
untuk dikembangkan. Hanya sumber daya manusia yang berkualitas yang mempu
18 menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih di masa
mendatang sehingga mampu mendukung pembangunan berkelanjutan. C.
Peran Membangun Model Ekonomi yang Sehat Produktif Economic Value. Pergeseran lain yang terjadi adalah kesehatan yang dulu hanya untuk
menjawab kebutuhan masyarakat kini merupakan hak asasi manusia. Program- program kesehatan yang dulu dijalankan secara terpusat dari atas ke bawah,
berjangka pendek serta terfragmentasi dan kini menjadi terdesentralisasi dari bawah ke atas, berjangka pendek serta terintegrasi. Pelayanan medis berubah menjadi
pelayanan kesehatan dan partisipasi masyarakat menjadi kemitraan. Pembiayaan kesehatan berubah dari pembayaran di muka atau asuransi kesehatan. Pelayanan
kesehatan tidak lagi bergantung pada subsidi pemerintah dan pembiayaan publik, melainkan subsidi yang didukung pembayaran masyarakat serta pembiayaan oleh
negara dan swasta. Manajemen pelayanan kesehatan berubah dan birokratis menjadi kewiraswastaan. Hal ini antara lain diwujudkan dengan perubahan rumah sakit
pemerintah menjadi badan usaha milik negara Admisto, 2014: 187-189.
2.4 Pelayanan Kesehatan