Pelayanan Kesehatan TINJAUAN PUSTAKA

18 menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih di masa mendatang sehingga mampu mendukung pembangunan berkelanjutan. C. Peran Membangun Model Ekonomi yang Sehat Produktif Economic Value. Pergeseran lain yang terjadi adalah kesehatan yang dulu hanya untuk menjawab kebutuhan masyarakat kini merupakan hak asasi manusia. Program- program kesehatan yang dulu dijalankan secara terpusat dari atas ke bawah, berjangka pendek serta terfragmentasi dan kini menjadi terdesentralisasi dari bawah ke atas, berjangka pendek serta terintegrasi. Pelayanan medis berubah menjadi pelayanan kesehatan dan partisipasi masyarakat menjadi kemitraan. Pembiayaan kesehatan berubah dari pembayaran di muka atau asuransi kesehatan. Pelayanan kesehatan tidak lagi bergantung pada subsidi pemerintah dan pembiayaan publik, melainkan subsidi yang didukung pembayaran masyarakat serta pembiayaan oleh negara dan swasta. Manajemen pelayanan kesehatan berubah dan birokratis menjadi kewiraswastaan. Hal ini antara lain diwujudkan dengan perubahan rumah sakit pemerintah menjadi badan usaha milik negara Admisto, 2014: 187-189.

2.4 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan hal yang penting yang harus dijaga maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai standar pelayanan yang berlaku, agar masyarakat sebagai konsumen dapat merasakan pelayanan yang diberikan. Pelayanan sendiri hakikatnya merupakan suatu usaha untuk membantu menyiapkan segala sesuatu usaha seperti membantu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan orang lain serta dapat memberikan kepuasan sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh konsumen. Terdapat tiga komponen yang terlibat dalam suatu proses pelayanan 19 yakni pelayanan sangat ditentukann oleh kualitas pelayanan yang diberikan, yang melakukan layanan, dan konsumen yang menilai suatu pelayanan melalui harapan yang diinginkannya. Gronsos dalam Tutik dan Shita, 2000: 11, menyatakan bahwa terdapat enam kriteria pokok kualitas pelayanan kesehatan yang baik antara lain : a Profesionalisme dan ketrampilan. b Sikap dan perilaku. c Mudah dicapai dan fleksibel. d Reliable dan terpercaya. e Perbaikan. f Reputasi dan kredibilitas. Selanjutnya Berry dan Zeithaml mengemukakan bahwa dimensi kualitas pelayanan, antara lain : a Reliability mencakup konsistensi kerja dan kemampuan yang dapat dipercaya. b Pemberian pelayanan kesehatan. c Ketrampilan dan pengetahuan standar. d Kemudahan hubungan. e Sikap perilaku. f Informatif. g Dipercaya dan jujur. h Pengamanan dari resiko. i Pemahaman terhadap kebutuhan pasien. j Bukti fisik jasa. 20 Dari kesepuluh dimensi tersebut, Berry dan Zeithaml menyederhanakan menjadi lima dimensi yang meliputi : a Kehandalan yaitu kemampuan menyelesaikan kinerja sesuai dengan standar yang berlaku. b Daya tanggap yaitu ketersediaan dan kesiapan serta kecelakaan petugas dalam memberikan pelayanan. c Jaminan berupa jaminan akan kompetensi petugas. d Kesopanan, kepercayaan, dan keamanan. e Empati meliputi dimensi kemudahan akses komunikasi. f Memahami pelanggan. g Bukti langsung yaitu perwujudan jasa yang ditawarkan. Tingkat keberhasilan kualitas pelayanan kesehatan dapat dibagi menjadi tiga subyek yaitu pemakai, penyelenggara, dan penyandang dana pelayanan kesehatan. Bagi pemakai jasa kesehatan, kualitas pelayanan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramahtamahan petugas melayani pasien. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi muktahir dengan otonomi profesi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sedangkan bagi penyandang dana pelayanan kesehatan lebih terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian penyandang dana pelayanan kesehatan. 21

2.5 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial