26 sosial. Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta
pembayaran dalam hal terjadi penunggakan, kemacetan, atau kekurangan pembayaran, kewenangan melakukan pengawasan dan kewenangan
mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial memperkuat kedudukan Badan Penyeleggara
Jaminan Sosial sebagai badan hukum publik. Program jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan
tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia.
2.5.5 Prinsip SJSN dan Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Sistem Jaminan Sosial nasional telah menetapkan prinsip-prinsip yang sangat berbeda dengan prinsip pasar dan menjadi tugas Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial. Prinsip-prinsip tersebut dirumuskan dengan mengambil pelajaran dari praktik lazim di negara lain.
a Prinsip Kegotongroyongan.
Gotong royong dalam Jaminan Kesehatan Nasional harus terjadi antara peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu, yang berisiko rendah
membantu yang beresiko tinggi, dan yang sehat membantu yang sakit secara nasional. Ketiga unsur gotong royong tersebut tidak terjadi pada mekanisme asuransi
kesehatan komersial yang berbasis mekanisme pasar. Melalui prinsip kegotongroyongan ini kita dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam pancasila. Hanya dengan prinsip ini, cakupan universal dapat dicapai. Prinsip ini diwajibkan dengan kewajiban membayar iuran persentase upah
27 atau relatif proporsional terhadap pendapatan iuran harus cukup tinggi, bukan 2x
PTKP seperti yang diatur Perpres 1112013. Pemerintah dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial harus menjamin terlaksananya kegotongroyongan luas secara
nasional, oleh karenanya, tidak perlu ada daerah yang mengklaim “kami mendanai peserta daerah lain”.
b Prinsip Nirlaba.
Indonesia, istilah nirlaba masih belum dipahami utuh. Kata nirlaba dalam bahasa Inggris disebut nonprofit kini sudah diganti dengan kata non for profit. Bukan
untuk mencari laba. Kata nirlaba di Indonesia sering ditafsirkan sebagai tidak boleh ada surplus atau dengan kata lain untuk memberi keuntungan kepada sebagian orang
atau badan hukum yang disebut pemegang saham. Prinsip ini adalah konsekuensi bagi sebagian orang merupakan hak orang bersaing mengahasilkan dan menjual
produk bemutu dan harga bersaing. Hasil penjualan adalah milik perusahaan atau penjual. Dalam UU SJSN, dana yang terkumpul dari transaksi wajib yang disebut
Dana Amanat yang akan digunakan untuk membayar biaya berobat peserta yang sakit. Tidak boleh ada peserta yang jatuh miskin, harus membayar biaya berobat,
meskipun ia sakait berat menghabiskan biaya berobat lebih dari Rp 1 Miliar setahun. Selain akumulasi iuran, hasil investasi iuran merupakan Dana Amanat. Dana Amanat
harus ditanam atau diinvestasi untuk mendapat nilai tambah yang baik tapi aman. Tetapi hasil pengembangan Dana Amanat hanya digunakan untuk kepentingan
peserta. Oleh karenanya, indikator kinerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial harus diukur dengan seberapa baik peserta mendapat perlindungan. Dana Amanat
mempunyai cirri yang mirip dengan dana Anggara Pendapatan Belanja Negara, kecuali bahwa dana tersebut harus diinvestasi. Akan sangat mendukung kepercayaan
seluruh umat Islam jika investasi dilakukan sesuai dengan investasi syariah. Dana
28 Anggaran Pendapatan Belanja Negara tidak boleh diinvestasikan oleh penyelenggara
pemerintahan atau pengguna kuasa anggaran. Dana Amanat yang belum digunakan, menunggu peserta pension atau sakit, justru harus diinvestasikan. Itulah sebabnya
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dipisahkan dari badan hukum pemerintahan agar dimungkinkan terwujudnya fleksibilitas pengelolaaan Dana Amanat.
c Prinsip Tata Kelola yang Baik, Keterbukaan, Kehati-hatian, Akuntabiitas,
Efesiensi, dan Efektivitas. Negara maju, umunya rakyat lebih senang membayar pajak karena ada pajak,
dana publik atau dana amanat yang dikelola denga baik. Prinsip-prinsip manajemen atau tata kelola yang baik juga berlaku atas dana amanat. Prinsip-prinsip manjemen
atau tata kelola yang baik merupakan pengawas dan seluruh pegawai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jika semua ornag wajib mengiur uang, investasi
harus dilakukan secara terbuka. Prinsip tersebut tidak berbeda dengan dana amal yang disumbangkan umat ke mesjid atau gereja. Penggunaannya harus dilaporkan
secara berkala. d
Prinsip Portabilitas. Prinsip ini berlaku bagi jaminan manfaat baik berupa uang atau layanan yang
menjadi hak peserta. Portable artinya selalu dibawa, selaku berlaku di tanah air, selalu mengikuti kebutuhan peserta dari lahir sampai mati. Karena prinsipnya peserta
harus selalu terjamin atau terlindungi kapan dan dimanapun dia berada di dalam yurisdiksi Indonesia. Jaminan Sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan sampai peserta meninggal dunia. Peserta yang berpindah pekerjaan atau berpindah tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
harus selalu terlindungi. Ketika orang sakit, maka sakit adalah pencetus untuk
29 mendapatkan jaminan kesehatan. Maka Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tidak
boleh membatasi jaminan pada suatu wilayah tertentu. Penetapan dokter primer yang dibayar secara kapitasi berlaku untuk masa normal. Ketika peserta sedang
berpergian di luar wilayah tempat tinggal atau tempat kerja, jaminan harus tetap berlaku. Itulah sebabnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS berskala
nasional dan tidak terkait dengan pemerintahan. Batas administrasi pemerintahan tidak boleh menghambat seorang peserta dari penerimaan layanan kesehatan. Oleh
karenanya, segala permenkes atau perda yang megatur rujukan di suatu wilayah administratif pemerintahan bertentangan dengan prinsip ini tidak boleh dipatuhi.
Atas dasar prinsip portabilitas, Makamah Konstitusi pada tanggal 31 Agustus 2005 menetapkan bahwa penyelenggaraan eksklusif oleh Pemda bertengan dengan UUD
1945. e
Prinsip Keterbukaan. Transparansi merupakan syarat terpenting pejabat publik Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Publik harus mengetahui berbagai aspek yang penting dalam manajemen pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Nasional, termasuk proses seleksi pejabat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dalam Badan Usaha Milik Negara dan badan hukum
Perseoran Terbatas, transparansi hanya terbatas pada pemegang saham. Transparansi juga mencakup sistem besaran gaji, insetif, tunjangan fasilitas dan berbagai aspek
penyelenggaraan manajemen. Jika pejabat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial telah mendapat imbalan yang layak, mereka tidak boleh menerima honor apapun dari
pihak lain Thabarany, 2014: 153-161.
30
2.5.7 Kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial