lxv
Menurut Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka  2004:32 ”bentuk leksikon krama dibedakan menjadi dua macam, yaitu 1 leksikon krama yang bentuknya sama
sekali  berbeda  dengan  bentuk  ngoko  dan  2  leksikon  krama  yang  bentuknya merupakan perubahan leksikon ngoko.”
Leksikon  krama  yang  bentuknya  sama  sekali  berbeda  dengan  bentuk  ngoko tampak seperti contoh di bawah ini.
Krama                        Ngoko                                Makna
ageng                          gedhe                                  ‘besar’ selo                             watu                                    ‘batu’
ajrih                            wedi                                   ‘ takut’ lingsem                       isin                                      ‘malu’
Leksikon krama yang bentuknya merupakan perubahan leksikon ngoko tampak seperti contoh berikut ini.
Krama                       Ngoko                                     Makna
bibar                         bubar                                       ‘selesai’ bingkar                     bungkar                                    ‘bongkar’
nyobi                        nyoba                                        ‘mencoba’ dereng                      durung                                       ‘belum’
kilak                         kulak                                          ‘beli untuk dijual’
d. Leksikon Krama Inggil
Di dalam tingkat tutur bahasa Jawa terdapat leksikon krama inggil. leksikon ini dapat  digunakan  untuk  menghormat  mitra  tutur  dengan  jalan  meninggikan
mitra tutur. Leksikon krama inggil hanya dapat digunakan untuk orang lain atau
lxvi
mitra tutur atau O2, maupun orang yang dibicarakan O3, sedangkan untuk diri sendiri O1 tidak digunakan  leksikon ini. Misalnya:
35 Panjenengan   punapa   badhe  tindak  dhateng  Surabaya? ‘Apakah
Anda akan pergi ke Surabaya.’
36 Piyambakipun punapa badhe tindak dhateng Surabaya?
‘Apakah dia akan pergi ke Surabaya?’
37 Ibu badhe tindak dhateng surabaya? ‘Ibu akan pergi ke Surabaya?’ 38 Mbak Lintang arep tindak menyang Surabaya?
‘Mbak Lintang akan pergi ke Surabaya?’
Kata  tindak  pada  kalimat  35--38  merupakan  leksikon  krama  inggil  yang
hanya  dapat  dipakai    oleh  orang  kedua,  yaitu  oleh  panjenengan  ‘Andakamu’ seperti  pada  kalimat  35,  oleh  ibu  ‘ibu’  seperti  pada  kalimat  37,  oleh  mbak
Lintang  seperti  pada  contoh  38,  dan  dapat  pula  dipakai  oleh  orang  ketiga, yaitu  piyambakipun  ‘dia’  seperti  pada  contoh  36.  Kata  tindak  tidak  dapat
digunakan untuk diri sendiri seperti tampak pada contoh 39 dan 40 berikut ini.
39 Aku arep tindak menyang Surabaya. ‘Saya akan pergi ke Surabaya.’
40 Kula badhe tindak dhateng Surabaya. ‘Saya akan pergi ke Surabaya.’
Secara  sintaksis  kalimat  39  dan  40  termasuk  kalimat  yang  gramatikal  sebab dalam kedua konstruksi itu, unsur-unsur kalimat terpenuhi, yaitu aku dan kula
‘saya’  berfungsi  sebagai  subjek,  arep  tindak  dan  badhe  tindak  ‘akan  pergi’ berfungsi  predikat,  serta  menyang  surabaya  dan  dhateng  Surabaya  ‘ke
Surabaya’  berfungsi  sebagai  keterangan.  Namun,  secara  pragmatis  danatau sosiolinguistis kalimat 39 dan 40 keberterimaan maknanya diragukan. Hal itu
dikarenakan  di  dalam  masyarakat  Jawa  ada  semacam  kesepakatan  bahwa
lxvii
untuk  memberi  penghormatan  kepada  mitra  tutur,  selalu  akan  digunakan prinsip merendahkan diri sendiri dan meninggikan orang lain.
Cara pelaksanaan prinsip itu adalah penutur menggunakan krama andhap untuk diri  sendiri  dan  menggunakan  krama  inggil  untuk  orang  lain.  Akan  tetapi,  jika
leksikon krama inggil tidak memiliki padanan leksikon krama andhap, penutur dapat  menggunakan  leksikon  krama.  Demikian  pula  jika  leksikon  krama  inggil
tidak  memiliki  padanan  leksikon  krama  andhap  atau  leksikon  krama,  penutur dapat  menggunakan  ngoko  untuk  merendahkan  diri  sendiri.  Kalimat  39  dan
40  di  atas  akan  menjadi  berterima  apabila  leksikon  tindak  krama  inggil diganti dengan lunga ngoko atau kesah krama seperti pada contoh 39a dan
40a berikut ini.
39a Aku arep lunga menyang Surabaya.  ‘Saya akan pergi ke Surabaya.’ 40a Kula badhe kesah dhateng Surabaya. ‘Saya akan pergi ke surabaya.’
Leksikon  krama  inggil  ada  yang  mempunyai  padanan  leksikon  krama  dan ngoko,  serta  ada  pula  yang  hanya  mempunyai  padanan  leksikon  ngoko  dan
tidak  mempunyai  padanan  leksikon  lain  Sry  Satriya  Tjatur  Wisnu  Sasangka, 2004:40. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
Krama Inggil          Krama             Ngoko                Makna
dalem                     griya                omah                   ‘rumah’ dhahar                   nedha               mangan               ‘makan’
rawuh                   dumugidugi     teka                      ‘datang’
Krama Inggil       Krama                Ngoko                  Makna
asta                           -                     tangan                  ‘tangan’ babaran                    -                     bayen                    ‘bersalin’
grana                        -                     irung                     ‘hidung’
lxviii
rikma                        -                     rambut                  ‘rambut’ jangga                      -                     gulu                       ‘leher’
e. Leksikon Krama Andhap Leksikon  krama  andhap  adalah  leksikon  yang  digunakan  untuk  menghormati
mitra  tutur  dengan  cara  merendahkan  diri  sendiri.  Leksikon  krama  andhap hanya  dapat  digunakan    untuk  diri  sendiri  dan  tidak  dapat  digunakan  untuk
orang lain, baik untuk 02 maupun O3 seperti contoh berikut ini.
41 Mangke kula kemawon ingkang sowan Pak Agus.
‘Nanti saya saja yang menghadap Pak Agus.’
42 Mengko aku wae sing sowan Pak Agus.
‘Nanti saya saja yang menghadap Pak Agus.’ 43
Mangke panjenengan kemawon ingkang sowan dhateng griya kula.
44 Mengko kowe wae sing sowan menyang omahku.
‘Nanti Anda saja yang datang ke rumah saya.’’ 45
Mangke piyambakipun kemawon ingkang sowan dhateng griya kula.
46 Mengko dheweke wae sing sowan menyang omahku,
‘Nanti dia saja yang datang ke rumah saya.’ Kata  sowan  pada  contoh  41--46  merupakan  leksikon  krama  andhap  yang
hanya  dapat  digunakan  oleh  penutur,  yaitu  kula  atau  aku  ‘saya’  seperti  pada kalimat  41  dan  42,  tetapi  kata  panjenengan  atau  kowe  ‘Andakamu’  pada
kalimat 43 dan 44 dan untuk piyambakipun dan dheweke ‘dia’ seperti pada contoh 45 dan 46 dan kata sowan tidak dapat digunakan untuk O2 dan O3.
Hal  itu  dikarenakan  kata  sowan  merupakan  krama  andhap  yang  hanya  dapat digunakan untuk diri sendiri bukan untuk orang lain.   Oleh karena itu, kalimat
43--46 tidak berterima karena menyalahi aturan tersebut.
lxix
Secara  sintaksis  kalimat  41--46  termasuk  kalimat  yang  gramatikal  sebab unsur-unsur  pengisi  fungsi  kalimat    itu  telah  terpenuhi.  Kalimat  43--46
menjadi  berterima  jika  kata  sowan  yang  merupakan  leksikon  krama  andhap diganti  dengan  leksikon krama  inggil,  yaitu  diganti  dengan  kata rawuh seperti
contoh  43a--46a berikut ini.
43a Mangke panjenengan kemawon ingkang rawuh dhateng griya kula.
‘Nanti Anda saja yang datang ke rumah saya.’
44a Mengko kowe wae sing rawuh menyang omahku.
‘Nanti Anda saja yang datang ke rumah saya.’
45a Mangke piyambakipun kemawon ingkang rawuh dhateng griya kula.
‘Nanti Anda saja yang datang ke rumah saya.’
46a Mengko dheweke wae sing rawuh menyang omahku.
‘Nanti dia saja yang datang ke rumah saya.’ Menurut  Sry  Satriya  Tjatur  Wisnu  Sasangka  2004:45  jumlah  leksikon  krama
andhap hanya ada enam, yaitu paring ‘beri’, matur ‘melapor’ atau ‘berbicara’, ndherek  ‘ikut’,  sowan  atau  marak  ‘menghadapdatangberkunjung’,  suwun
‘minta’ atau ‘mohon’.  Leksikon krama andhap ada yang mempunyai padanan bentuk krama inggil dan ada pula yang tidak. Sebaliknya, leksikon krama inggil
tidak selalu mempunyai padanan leksikon krama andhap.
f. Leksikon Netral