Bentuk Ragam Informal dan Ragam Formal

l suasana tutur itu dinas oficial, maka bentuk tuturannya pun mencerminkan suasana kedinasan itu. Tetapi, jika nada suasana tutur itu indah, maka bentuk tuturnya pun mencerminkan suasana tuturnya indah, estetis. Soepomo Poedjasoedarma 1979:56-69 menggolong-golongkan ragam bahasa masyarakat Jawa ada empat macam, yaitu 1 ragam informal, 2 ragam formal, 3 ragam dinas, dan 4 ragam sastra indah. Selanjutnya Suwito 1982:104-105 mengemukakan berdasarkan fungsi dan situasinya ragam pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi ragam baku dan ragam tidak baku. Berikut ini akan dijelaskan ragam formal dan ragam informal, serta ragam baku dan ragam tidak baku. Sesuai dengan topik penelitian ini.

a. Bentuk Ragam Informal dan Ragam Formal

Soepomo Poedjasoedarma 1979:56 mengutarakan bahwa bentuk dan arti tutur ringkas yang ada di dalam bahasa Indonesia sama dengan bentuk tutur yang digunakan di dalam ragam informal. Dengan demikian ciri-ciri bentuk ragam informal sama dengan ciri-ciri tutur ringkas. Sementara itu, ciri- ciri ragam bahasa formal sama dengan ciri-ciri tutur lengkap. Dalam hal ini baik bahasa Idonesia maupun bahasa Jawa memiliki gejala bentuk yang sama. Jadi baik ragam informal BI maupun ragam informal BJ memiliki ciri-ciri yang sama dengan apa yang ada pada tutur ringkas BI, sedangkan ragam formal BI dan BJ memiliki ciri-ciri yang sama dengan ciri tutur lengkap. Adapun ciri-ciri ragam bahasa informal BI dan BJ, sesuai dengan apa yang digambarkan pada tutur ringkas ialah sebagai berikut: 1 banyak mengalami pemenggalan-pemenggalan deletions, 2 banyak memperoleh manfaat penggunaan, li 4 banyak menunjuk hal-hal yang sifatnya ekstralinguistik, 5 sering mengandung alih kode, baik ke bahasa lain, variasi bahasa, 6 sering mengandung inversi kalimat, dengan menyalahi susunan kata yang biasanya terjadi pada kalimat normal, 7 banyak mengandung bentuk-bentuk dialek sebagai akibat pengaruh bahasa daerah, baik pada unsur fonologinya, morfosintaktiknya, maupun leksikonnya. 8 tipe-tipe kalimat yang terpakai biasanya tipe kalimat tunggal dan majemuk setara yang berfrekuensi tinggi, 9 kata-kata yang terpakai biasanya kata-kata yang tergolong sangat umum dan berfrekuensi tinggi, dan bukannya istilah teknik dan idiom yang rumit yang eksplisit. Berbeda dengan tutur ringkas, atau ragam informal, tutur lengkap atau ragam formal tidak banyak .mengalami pemenggalan-pemenggalan. Semua kalimat dalam wacana diujarkan dengan lengkap dan runtut. Demikian pula semua frasa dalam kalimat, semua kata dalam frasa, dan semua suku kata dalam kata. Penggunaan intonasi kalimat, kata seru, partikel sebagai penanda kehendak dibatasi sampai seminim mungkin, dan sebagai gantinya dipakai kata-kata leksikal yang bermakna content words. Di dalam tutur lengkap atau ragam formal jarang terdapat alih kode dan pemakaian bentuk dialek, kecuali adanya sitir langsung yang mau tak mau harus dibuat. Ragam bahasa formal selalu mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap standar baku.

b. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku